Peringatan Narendra

Pimpinan pihak HRD mendapatkan teguran karena memasukan karyawan yang masih duduk dibangku sekolah.

Hal itu dikarenakan karena dia langsung menginformasikan tentang pengangkatan Nadia, setelah Nadia pulang.

"Kenapa harus anak itu?"tanya sang pimpinan dengan serius.

"Maaf tuan. Tetapi dari semua tes yang kami beri, hanya dia yang mampu menyelesaikan dengan nilai sempurna," jawabnya dengan gugup.

"Memangnya berapa orang yang melakukan tes?"

"Ada dua puluh orang di bagian IT. Selebihnya melamar dibidang keuangan dan pemasaran."

"Apa kamu membawa surat lamarannya?"

"Ini tuan."

Shaka membaca satu persatu data yang diberikan oleh Bram. Bukan hanya surat lamaran mereka saja yang Bram berikan. Namun hasil tes yang sudah ia lakukan juga dilampirkan.

Betapa terkejutnya Shaka begitu membaca surat lamaran milik Nadia. Begitupun hasil tesnya.

"Apakah gadis ini yang kamu pilih?" tanya Shaka sambil menunjukkan milik Nadia.

"Benar tuan. Dia memang masih duduk dibangku SMA, namun keahlianya melebihi pelamar lain yang sudah sarjana."

"Meskipun begitu...apakah kamu tidak memikirkan dampaknya?"

"Maksud tuan?"

"Huhf....sejak dulu perusahaan selalu memilih karyawan yang bisa bekerja secara profesional. Apa kamu pikir dia bisa bersikap profesional?"

"...?"

"Dia masih kelas dua belas. Kamu tahu kan...anak kelas dua belas lebih sibuk dari kelas lainya. Ada banyak les yang harus mereka ikuti. Kamu yakin dia masih bisa bersikap profesional?"

Deg!

Bram gemetar mendengar penuturan Shaka yang terkesan datar. Apa yang diucapkan pimpinannya itu semua masuk akal.

Sebenarnya Shaka sendiri merasa takjub dengan hasil tes yang sudah Nadia kerjakan. Namun dia juga harus bersikap realistis.

Apalagi yang perusahaan butuhkan saat ini bukan hanya ahli IT biasa saja. Dia juga membutuhkan seorang hecker. Dia tidak yakin jika Nadia mampu melakukannya.

"Sekarang apa yang harus saya lakukan, Tuan?"

Bram bingung. Apalagi dia sudah menerima Nadia menjadi karyawan.

"Begini saja. Jika besok dia mulai bekerja, suruh langsung menghadap saya."

"Baik Tuan."

"Kamu boleh pergi."

"Terimakasih Tuan."

Bram keluar dari ruangan Shaka dengan hati berdebar. Untung Shaka tidak marah. Padahal ia sudah deg deg ser.

Sedangkan Nadia sudah berada di rumahnya. Hatinya merasa senang karena sudah memiliki pekerjaan. Padahal ia sudah bersiap seandainya tidak diterima.

Ketika Nadia sampai dirumah, Narendra masih berada di rumah. Dia berada di ruang tamu dengan laptop dipangkuannya.

Sebenarnya Nadia malas bertemu dengan kakaknya. Mau menyapa malas, tidak disapa dibilang sombong dan tidak punya adab.

"Aku pulang," seru Nadia akhirnya.

"Dari mana?" tanya Rendra datar .

Nadia kira Rendra akan cuek padanya. Dari ingatan yang ia peroleh, Nadia asli tidak pernah dihiraukan oleh Narendra. Bahkan saat Nadia memberi perhatian, Rendra bersikap cuek.

"Dari rumah teman," jawab Nadia asal.

"Bukannya kamu tidak punya teman?" tanya Rendra keceplosan.

Entah kenapa dia merasa khawatir saat Nadia belum pulang hingga sore hari. Akhirnya ia meminta asistennya untuk mencari tahu kemana kepergiannya.

Betapa terkejutnya Narendra begitu mengetahui jika Nadia pergi ke kantor Shaka. Meskipun Narendra dan Arshaka tidak bersahabat namun keduanya memiliki hubungan bisnis.

"Kakak jangan sok tau. Bersikap saja seperti biasa. Tidak perlu bersikap basa-basi seperti itu."

"Kakak cuma mau kasih kamu peringatan. Sekolah yang benar. Jangan melakukan hal yang bisa mempermalukan keluarga."

Nadia menatap Narendra tajam. Dia tidak terima dibilang seperti itu. Namun dia malas untuk membalas ucapannya.

Tiba-tiba Nadia tersenyum miring begitu mempunyai ide yang bisa membuat Narendra kalang kabut.

"Kakak tenang saja. Aku bukan lagi anak kecil yang suka membuat masalah."

"Syukurlah kalau begitu. Kalau sampai kakak dengar kamu buat masalah... Kakak tidak segan untuk menghukum."

"Oke!"

Tidak mau mendengar ucapan pedas sang kakak, Nadia memutuskan untuk masuk kedalam kamar. Dia akan memberi pelajaran buat sang kakak.

"Mau kemana kamu!"

"Kamar," jawab Nadia enteng. Dia melenggang begitu saja tanpa menghiraukan teriakan Narendra.

"Nadia!"

"Bodo amat lah," gumam Nadia terkekeh. Dia mendengar ucapan itu dari teman-temannya.

Narendra merasa geram dengan Nadia. Entahlah...dia merasa Nadia sudah berubah. Biasanya Nadia akan mencari perhatian padanya. Namun sejak dia bertemu, Nadia selalu cuek.

"Kamu berubah dek..."gumam Narendra sambil menatap Nadia yang sudah menghilang ke kamar.

Setibanya di dalam kamar Nadia langsung beraksi. Dia mencoba menyadap isi ponsel sang kakak. Dia akan lihat apa ada sesuatu yang membuat sang kakak malu.

Ternyata isi ponsel Narendra biasa saja. Tidak ada hal yang memalukan. Jadi Nadia mencoba mengusik usahanya.

"Gotcha....selamat bekerja keras brother!"

Terpopuler

Comments

Sri Puji

Sri Puji

yg mncari prhtian sdh mati rendra 😁 byngkn dri bayi lahir gk prnh mrsakn ASI sdh gitu hdp sma kluarga gk brotak cpek dech 😃😃

2024-03-18

2

Sandisalbiah

Sandisalbiah

hah.. aneh sih kalau satu keluarga tp seperti org asing..

2024-03-08

0

Kartika Lina

Kartika Lina

emang enak dicuekin

2024-02-20

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!