Melihat Vincent yang menghentikan pembicaraan secara tiba-tiba, Julian pun menolak untuk menuruti perintah Vincent untuk berganti pakaian.
Untuk menjelaskan hal tersebut, Vincent hanya mengatakan jika ia tidak bisa memberikan jawaban apapun karena itu masih hanyalah sebuah spekulasi.
"Sebenarnya ku lebih penasaran darimana Rhianon mendapatkan senjata api yang digunakannya" Tutup Vincent sambil mematikan rokok miliknya.
Vincent segera berdiri dan membuka lemari pakaian nya, menyuruh Julian untuk memilih sendiri pakaian mana yang ia ingin gunakan.
Setelah mengerti bahwa pembicaraan mereka belum bisa dibawa lebih jauh, Julian akhirnya segera ikut berdiri dan melihat isi dari lemari pakaian milik Vincent dan memilih sebuah atasan bermodel turtle neck berwarna hitam. Vincent sedikit memasang wajah terkejut saat Julian memilih atasan tersebut tetapi ia memilih tidak mengatakan apapun.
Sesaat mamasuki mobil Vincent mengatakan kepada Julian untuk kembali merubah warna rambutnya seperti semula dengan alasan memiliki warna berambut perak seperti saat ini, membuatnya sedikit tidak nyaman.
"Kau terlihat seperti Jade karena postur tubuh kalian hampir terlihat sama, dan aku benar-benar tidak menyukainya" Ucap Vincent.
Julian menolaknya dengan alasan jika ia akan mudah dikenali jika memiliki rambut seperti semula.
"Bukankah sebagian orang telah mengetahui jika saat ini kau memiliki rambut berwarna perak? Orang-orang itu akan berpikir jika kau pasti akan menyembunyikan warna rambut aslimu. Kembalikan seperti semula karena warna cokelat adalah warna rambut yang sangat umum sehingga tidak akan mudah untuk dikenali secara langsung" Perintah Vincent.
Julian mengangguk dan merasa apa yang dikatakan oleh Vincent ada benarnya.
Setelah berkendara sekitar hampir sepuluh menit, Vincent menghentikan mobilnya di depan bangunan yang bertuliskan "Human Shop" diatas pintu mereka. Melihat hal tersebut Julian merasa sedikit cemas sesaat membaca tulisan di papan nama tersebut dan menanyakan kepada Vincent mengapa ia membawanya ketempat itu.
*Klik*
Vincent melepaskan sabuk pengaman dan mengambil nafas panjang, ia mengatakan kepada Julian jika ia dengan sengaja meminjam Julian dari adiknya selama 1 hari untuk memperlihatkan sisi tergelap dari tanah kelahirannya tersebut.
Dengan ragu Julian pun mengikuti Vincent turun dari mobilnya. Sesaat membuka pintu bangunan tersebut, ruangan yang cukup gelap terlihat di hadapan mereka.
"Ah, Tuan Vincent!!! Apa yang sedang kau cari saat ini?" Ucap salah satu laki-laki bertubuh gemuk bertelanjang dada menyambut kedatangan kami sambil tersenyum lebar.
Dengan santai Vincent menjawab jika ia saat ini sedang mencari seorang gadis untuk bekerja di klub malam miliknya. Dengan senyum lebar seperti terlihat senang mendapatkan seorang pelanggan, laki-laki bertubuh gemuk itu pun membawa mereka berdua memasuki lebih dalam dari tempat tersebut.
Semakin masuk ke dalam bangunan tersebut, mulai terdengar suara tangisan wanita dan juga anak kecil, teriakan mereka meminta tolong dan suara seperti besi yang sedang dipukul secara berulang-ulang. Mendengar itu semua secara spontan Julian langsung memegang baju bagian bawah milik Vincent dari belakang karena dirinya mulai merasa tidak nyaman. Julian sangat ingin meminta kepada Vincent untuk keluar dari tempat ini tetapi merasa segan untuk mengatakan kepadanya.
Mereka berdua telah tiba di depan sebuah pintu lainnya, sebuah pintu bernomor 3 terlihat jelas tertulis disana. Pria bertubuh gemuk tersebut langsung merogoh celana dan mengeluarkan rentengan kunci yang sangat banyak yang telah diikat menjadi satu dari dalam sakunya sambil memilah-milih dan mencari sebuah nomor yang telah ditempeli dengan sebuah label putih di setiap kuncinya.
"Ah ini dia nomor 3, Tuan Vincent, silahkan!"
Pintu kayu itu pun berdecit kencang ketika pria itu mendorongnya dan ..........
Julian langsung mencubit kuat pinggang Vincent tanpa sadar ketika pintu tersebut telah terbuka sepenuhnya. Menyadari hal tersebut dan sedikit merasa kesakitan, Vincent segera menangkap tangan Julian dan segera melepaskan secara paksa dari pinggangnya.
"Silahkan masuk Tuan,anda bisa memilih manapun yang anda inginkan" Ucap Pria gemuk itu sekali lagi.
Terlihat begitu banyak kandang seukuran hewan buas yang biasa dipakai untuk mengurung seekor harimau berjejer banyak di dalam ruangan tersebut, suara tangisan dan teriakan semakin jelas terdengar karena memang dari sana lah sumber dari suara tersebut berasal. Vincent segera melangkahkan kakinya untuk segera masuk, tetapi Julian menghentikan Vincent dengan kembali menarik baju miliknya.
Vincent menegok dan menatap mata Julian sambil tersenyum kecil seolah mengatakan jika semua akan baik-baik saja, tetapi Julian menggelengkan kepalanya sebagai tanda penolakan.
"Tuan Vincent??" ucap pria gemuk itu lagi ketika menyadari Vincent tidak melangkahkan kakinya.
"Ah maafkan aku, sepertinya tangisan dan teriakan mereka membuat temanku sedikit ketakutan" Jawab Vincent.
Tak disangka, jawaban Vincent justru memancing amarah dari pria itu, ia langsung berteriak dan melontarkan kalimat sumpah serapah kepada orang-orang yang sedang berada di dalam kandang dan menyuruh mereka untuk diam. Pria itu bahkan terlihat mengambil sebatang kayu dari pojok ruangan dan mulai memukul-mukul sisi luar dari kandang tersebut untuk menakut-nakuti mereka.
Vincent kembali menatap Julian dan mengatakan .....
"Jika kita berdua tidak masuk dan keluar dari ruangan ini begitu saja, entah apa yang pria itu akan lakukan kepada orang-orang yang dikurung itu setelah ini karena telah membuat uangnya pergi begitu saja, apa kau yakin?"
Mendengar hal tersebut, Julian pun memberanikan diri, Vincent memegang tangan Julian dan menuntun nya untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.
Semakin jelas Julian melihat keadaan di dalam ruangan remang tersebut, terlihat orang-orang di dalam sana semua duduk di dalam kandang dengan tangan dan kaki yang terantai, lalat yang berkerumun di dalam kandang mereka yang disebabkan oleh bekas makanan milik mereka, tak hanya perempuan, bahkan laki-laki dan anak sekitar usia 5 tahun pun berada di tempat tersebut.
"Tuan Vincent, walaupun mereka terlihat seperti ini tetapi jika kau mendandaninya, sudah pasti akan menjadi lebih baik!" Ucap pria itu.
Dengan langkah kecil, selangkah demi selangkah Julian dan Vincent berkeliling ruangan tersebut mengikuti si pria gemuk yang memandu mereka , pria itu menjelaskan satu-persatu semua manusia yang berada di dalam kandang seperti sebuah barang dagangan, seperti menjelaskan berapa umur mereka dan darimana mereka berasal.
"Aaaaah~! Tuan Vincent, Lihatlah ini!!!"Pria gemuk itu tiba-tiba terlihat begitu bersemangat, ia memegang sebuah kandang bernomor 3-L dan menepuk-nepuk kandang tersebut dengan wajah penuh kebanggaan.
"Ini adalah barang terbaru kami, apa kau tahu?" Pria gemuk itu tiba-tiba mendekati wajah Vincent dan berbisik ....
"Dia sepertinya memiliki latar belakang yang luar biasa!" Ucap pria gemuk itu.
Vincent tentu saja langsung menanyakan apa maksud dari perkataan pria itu, ia pun mejelaskan jika gadis yang berada di kandang nomor 3-L tersebut memiliki tubuh yang indah dan bahasa yang baik seolah ia merupakan anak dari keluarga yang terpandang, tidak seperti tangkapan yang lainnya memiliki bahasa yang tidak baik dan tubuh yang kotor.
Vincent segera meletakkan lututnya di lantai untuk melihat wajah dari gadis itu lebih dekat untuk mengetahui apakah dirinya mengenalnya atau tidak.
"Tuan Vincent, anda tidak perlu khawatir karena sepertinya anak ini bukan berasal kubu Seneis ( Rose, Yoane, Edelweis dan Luna ), anda tidak akan dirugikan jika suatu saat pihak kerajaan lain akan mencarinya dan membawanya kembali gadis ini ke negerinya karena dia berasal dari negeri yang cukup jauh, saya menjamin itu!!" Tegas pria itu.
Vincent masih berusaha untuk melihat wajah gadis itu dari dekat, ia menutupi wajah yang ia miliki dengan lutut dan kedua tangannya sehingga vincent merasa sedikit kesulitan.
"Berapa usia gadis ini?" Tanya Vincent.
"Mungkin sekitar 23 tahun?" Jawab pria gemuk itu dengan ragu.
Vincent segera berdiri kembali dan mengatakan kepada pria gemuk itu untuk segera mengurusnya.
"Apa kau memilihnya Tuan Vincent? Harganya adalah 1000 keping emas!" Ucap pria itu.
Vincent terlihat terkejut sesaat mendengar harga yang diberikan oleh pria itu dan menanyakan kepadanya,
"Apakah tidak bisa dibeli dengan mata uang biasa?" Tanya Vincent, tetapi sayang sekali si penjual itu mengatakan tidak bisa.
Perlu diketahui sebenarnya Rose dan kerajaan lainnya memiliki mata uangnya tersendiri, tetapi keping emas juga tentu saja masih sangat berlaku, terlebih di perdagangan gelap dan illegal semacam ini yang kebanyakan hanya menerima keping emas sebagai pembayaran mereka. Itu disebabkan karena banyaknya tangan dari beberapa negeri lain yang ikut andil dalam bisnis tersebut, sehingga keping emas lebih mudah untuk dipergunakan karena pada akhirnya mereka akan membayar semua orang-orang dibelakang mereka dengan keping emas supaya lebih mudah menukarnya di negeri manapun atau negeri mereka sendiri.
"Tuan Vincent, jika anda memilih seorang budak lokal, kami bisa menerima pembayaran dengan mata uang biasa, apakah anda akan memilih yang lain??" ucap pria gemuk tersebut.
🌹Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments