Rose 13 - Permintaan Maaf Edward

"Jadi? Wilayah mana yang kalian inginkan?" Ucap Yoane.

Julian dan juga Juliette tidak memberikan jawaban pasti dan hanya menyerahkan segala keputusan kepada kakek nya tersebut. Yoane juga menegaskan jika kali ini mereka sudah tidak bisa bergantung kepada Alan dan tidak boleh terlihat bersama dengan dirinya.

"Semua orang sudah mengetahui siapa Alan dan aku tidak akan membiarkan kalian bersama dengan dirinya. Begitupun dengan Julian, kau tidak boleh menyentuh Desa Esclaville lagi mulai hari ini" Tambah Yoane.

Yoane menjelaskan jika pada awal pengasingan, ia akan membiayai segala kebutuhan mereka selama 3 bulan pertama termasuk dengan biaya sewa untuk tempat yang akan mereka tinggali, tetapi untuk selebihnya aku tidak akan melakukan apapun. Kalian harus berbaur menjadi penduduk biasa dan bekerja seperti yang lainnya untuk mendapatkan uang.

"Aku juga melakukan ini tidak hanya kepada kalian, dengan Lily, Alan dan ketiga buah hatiku yang lain aku juga menerapkan hal yang sama. Lily menjadi seorang pekerja ladang dan Alan ia melakukan apapun untuk dapat bisa makan, begitupun dengan ketiga anakku yang lainnya. Kalian bisa menyebut di wilayah mana kalian akan tinggal, aku akan membayarnya"

"Ayah, tetapi ini terlalu mendadak, bagaimana mereka bisa mendapatkan tempat secepat itu? Mereka hanyalah anak-anak". Potong Alan.

Raja Yoane pun memperbolehkan Alan untuk menemani mereka selama 1 minggu awal untuk membantu keponakannya itu untuk mencari tempat tinggal dan lainnya. Jika semua sudah selesai Alan segera harus kembali ke Yoane karena saat ini ia sudah tidak hisa berkeliaran seperti dulu lagi.

Ditengah-tengah pembicaraan mereka, 1 pelayan bernama Jade pun tiba-tiba menaiki lantai 2 dan mengatakan jika ada seseorang yang mencari mereka dan meminta izin untuk bertemu dengan Julian.

"Siapa? Mengapa ia tahu jika Julian berada disini?" Tanya Yoane.

Pelayan tersebut pun menjawab ....

"Yang Mulia, beliau adalah pria yang sering terlihat bersama Yang Mulia Russel, Tuan Edward"

Julian segera bangun dari kursinya dan menyuruh pelayan itu untuk mempersilahkan Edward untuk naik. Sejak pesta berlangsung hingga kematian ayahnya, Julian memang sama sekali belum bertemu dengan Edward. Edward pergi untuk mengurus segalanya, tetapi ia tidak terlihat datang ke pemakaman orang yang telah ia layani selama bertahun-tahun itu.

"Edward!" Seketika Edward menaiki lantai 2 ia langsung memeluk Julian dan terus mengusap-usap punggungnya.

Sambil memeluknya, Edward terus meminta permohonan maaf kepada putra dari sahabatnya tersebut karena tidak bisa menjaga Ayahnya dengan baik, Mendengar permintaan Edward, Julian pun kembali mengingat semuanya dan menangis, kali ini tangisan seperti raungan terdengar jelas dari mulut Julian, ia sama sekali tidak menahannya walaupun banyak orang lain yang tengah berada disekitarnya saat ini.

Seluruh ruangan seketika hening, terlihat beberapa pelayan lainnya yang mendengar hal tersebut dari lantai 1 panik lalu mereka segera datang ke lantai 2 karena mengira sesuatu hal buruk telah terjadi dan pada akhirnya mereka pun hanya terdiam melihat pemandangan yang berada di hadapan mereka.

.

"Suatu hari aku akan benar-benar membunuh Rhianon dengan kedua tanganku sendiri karena telah membuat keluargaku menjadi seperti ini" Celetuk Yoane sambil menggepalkan kedua tangannya diatas meja.

"Julian, sudah cukup, semua akan baik-baik saja" Ucap Edward sambil terus mengusap-usap punggung Julian dan menciumi kepalanya.

"................"

Tak disangka, Julian tiba-tiba berhenti menangis dan ketika Edward melepaskan Julian dari dekapan nya, Julian justru tidak sadarkan diri. Satu-persatu dari mereka segera bangun dari tempat duduknya sesaat melihat Julian yang tiba-tiba tidak sadarkan diri seperti itu, para pelayan pun mulai memberanikan diri mendekat untuk mengecek keadaan dari Julian.

"Julian? Juli?" Edward langsung menepuk-nepuk wajah Julian untuk menyadarkannya, tetapi Julian tidak merespon apapun.

"Ya Tuhan apa yang terjadi padanya?" Sambung Juliette dengan memasang wajah cemas.

Menyadari jika Julian telah pingsan karena menangis tanpa henti, Edward pun segera menggendongnya ke sebuah sofa yang berada di pojok ruangan.

Julliete terlihat terus mengipasi saudaranya tersebut dan Theodore terus menerus memijat kaki dari sahabatnya itu. Dan mereka benar-benar terlupa dengan makanan yang telah mereka pesan sebelumnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!