Devan menatap sang adik yang saat ini bukan lagi menjadi tanggung jawabnya. Rasa haru tak mampu Devan bendung lagi, hingga akhirnya air mata yang sedari tadi dia tahan pun, akhirnya menetes membasahi pipi. Dengan cepat, Devan mengalihkan wajahnya, agar tidak di lihat oleh sang adik, jika dia meneteskan air matanya. Tapi terlambat, Nia sudah melihat jika sang abang menangis karena dirinya.
Untuk pertama kalinya, Nia melihat jika Devan menangis karena dirinya. Nia berharap, jika tangisan itu adalah tangisan bahagia, bukan rasa bersalah atau pun sebuah kegagalan Devan sebagai seorang abang yang seharusnya menjaga sang adik agar tetap aman dan terlindungi di dalam lindungannya.
Karena Nia dan Lucas sudah menjadi pasangan suami istri, jadi penghulu pun meminta kepada Nia untuk mencium punggung tangan sang suami, begitu juga sebaliknya, di mana Lucas mencium kening Nia.
Lucas menelan ludahnya dengan kasar, tangannya terasa basah karena sudah gugup dan takut, harus bersentuhan dengan Nia. Sebelumnya, Papi Leo sudah memperingatkan Lucas, agar tidak mempermalukan nama baik keluarga, di depan keluarga yang lainnya.
Ya, tidak semua keluarga yang hadir tahu, jika Lucas dan Nia menikah karena sebuah kecelakaan yang tidak di sengaja, melainkan untuk mempererat hubungan keluarga Moza dan Pamungkas.
Devan, David, Papi Leo, Mami Anggun, dan Oma Laura pun duduk di kursi yang sudah di sediakan. Mereka sedang menunggu kedatangan pengantin baru yang akan melakukan sungkeman.
Dengan di bantu oleh Tasya, Nia pun berlutut di hadapan Oma Laura, untuk meminta restu dari tetua di keluarga Moza. Setelah Nia meminta restu dari keluarga Moza, Nia pun berpindah ke sang abang yang selama ini menjaga dirinya.
Devan tak mampu lagi menahan air matanya, hingga akhirnya dia pun menangis sampai sesenggukan, begitu juga dengan David yang juga sudah berlinangan air mata. Tak kuasa rasanya melepas satu-satunya adik perempuan yang mereka miliki, dengan pernikahan yang terjadi karena sebuah kecelakaan. Di tambah lagi, keberadaan sang ibu yang saat ini tidak diketahui keberadaannya. Ketiganya begitu merindui sosok ibu mereka.
Setelah Nia selesai memberikan sungkeman, di susul oleh Lucas. Pria itu awalnya terlihat biasa saja, saat mencium punggung tangan Oma Laura, Papi Leo, dan Mami Anggun. Akan tetapi, saat ingin mencium punggung tangan Devan dan David, wajah pria itu terlihat menahan rasa mual. Bahkan, untuk mengulurkan tangannya saja, Lucas merasa enggan.
"Lucas, ayo kasih salam ke Abang ipar kamu," titah Mama Kesya.
Lucas menelan ludahnya dengan kasar, menarik napas panjang dan menghelanya secara perlahan. Dia menutup mata dan membayangkan, jika saat ini Devan dan David adalah pasiennya, di mana membutuhkan pertolongannya dengan segera. Hanya itu satu-satunya cara bagi Lucas, agar bisa menyentuh tangan orang lain.
Lucas pun berhasil saat menyalami tangan Devan, akan tetapi di saat ingin mencium punggung tangan pria itu, rasa mualnya pun kembali muncul. Bahkan, sudah membuat perutnya terasa berputar.
"Ayo, Lucas!" titah Mama Kesya lagi, di saat Lucas hanya memandang tangan Devan saja.
Secara perlahan, Lucas pun mendekatkan wajahnya ke punggung tangan Devan, menempelkan hidungnya ke punggung tangan Abang iparnya itu, hingga detik selanjutnya, dia benar-benar tak mampu lagi menahan rasa mual yang sedari tadi di tahannya.
"Uuwwmmpp..." Lucas melepas tangan Devan, berlari menjauh menuju ke kamar mandi.
"Lucaas!!" panggil Mama Anggun.
Semua orang juga sudah memanggil pria itu, akan tetapi Lucas tetap berlalu begitu saja, tanpa memperdulikan orang-orang yang sudah memanggilnya.
"Biar Fatih yang menyusulnya," ujar Fatih dan mengejar Lucas yang sudah berlari jauh.
"Emm, Tuan Devan, maafkan anak saya," Papi Leo pun merasa bersalah dan malu.
"Lucas itu orangnya--"
"Ya, saya mengerti," jawab Devan.
Papi Leo pun bernapas lega, di saat mendengar jawaban Devan.
Ya, Devan memang memahami dan mengerti apa yang di derita oleh Lucas. Selama sakit, Devan banyak tahu penyakit langka apa saja yang dapat terjadi di sekelilingnya. Termasuk apa yang saat ini terjadi pada Lucas.
Berbeda dengan Devan yang memaklumi Lucas, David malah merasa kesal dan juga di permalukan. Bagaimana bisa seorang adik ipar tidak meminta restu kepada keluarga mempelai wanita?
David pun tersenyum miring, dia memiliki rencana untuk membalas semua perbuatan Lucas yang seolah merendahkan keluarganya.
Di tempat lain.
Fatih menunggu Lucas keluar dari kamar mandi dengan sabar. Pria itu dapat mendengar suara muntahan Lucas yang terdengar sangat menjijikkan. Setelah lima menit kemudian, Lucas pun akhirnya membuka pintu kamar mandi.
"Gimana? Udah lega?" tanya Fatih sambil memberikan sebotol air mineral.
"Yaah, lumayan," jawab Lucas dengan lemas.
Wajahnya terlihat sangat pucat sekali, tidak seperti saat sebelum melakukan sungkeman.
"Mau AQ panggil dokter?" tawar Fatih.
Lucas melirik ke arah sahabatnya itu. "Apa Lo lupa? Kalau gue ini seroang dokter," jawab Lucas ketus.
"Ya sih. Tapi, mana ada dokter yang bisa nyembuhin dirinya sendiri?" ledek Fatih dan membuat Lucas semakin merasa kesal.
"Diam!"
Lucas merasa tidak enak dengan Devan, dia pun memutuskan untuk kembali ke ballroom, meminta maaf kepada Devan dan melanjutkan acara pernikahannya.
"Sebaiknya Lo istirahat aja dulu," titah Fatih.
"Gue gak sakit," jawab Lucas dan berlalu melewati Fatih.
Fatih menghela napasnya pelan, membiarkan sahabatnya itu memutuskan apa yang terbaik bagi dia.
Semua mata langsung tertuju kepada Lucas yang baru saja kembali. Dia melihat jika David dan Papi Leo sudah tidak lagi duduk di kursi, di mana tempat dia dan sang istri melakukan sungkeman.
Lucas pun kembali menghela napasnya. Dia pun mengabaikan pandangan orang lain ke atasnya. Melangkahkan kaki masuk semakin dalam di ballroom, Lucas pun semakin mendekat ke arah Devan.
"Tuan Devan," sapa Lucas.
"Ya?"
"Maafkan soal tadi. Saya hanya----"
"Sudah lah, tidak mengapa. Lagi pula mengerti tentang kondisi kamu," jawab Devan ramah.
Devan tidak ingin mempermasalahkan sikap Lucas tadi, yang langsung kabur saat ingin mencium tangannya. Lagi pula, Lucas begitu bukan karena dia sengaja, melainkan karena di dalam diri pria itu terdapat sebuah fobia yang jarang dimiliki oleh orang lain.
Lucas tersenyum kecil, di saat Devan memaafkan dirinya. Tapi, bagaimana dengan David? Apakah David juga akan memaafkan dirinya?
Lucas melirik ke arah David, terlihat pria itu tersenyum penuh arti kepadanya.
"Apa arti dari senyuman itu?" batin Lucas yang masih merasa sedikit mual, tapi sudah lebih baik-baik saja.
David sudah siap untuk membuat adik iparnya itu menderita.
MC bertanya, apakah acara sungkeman harus dilanjutkan? Devan berkata tidak perlu, karena hal itu sama saja dengan menyiksa pengantin pria.
mendengar jawaban Devan, Lucas benar-benar merasa sangat bersyukur sekali. Berbeda dengan David yang terlihat kesal dengan keputusan sang Abang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Anik Trisubekti
jadi penasaran sm rencananya David
2024-01-08
0