Menikahi Dokter Anti Romantic

Menikahi Dokter Anti Romantic

1. Kapal Pesiar.

"Hanya dua malam, Luc. Ayolah, kamu gantiin Papi, ya?" pinta Papi Leo memohon.

"Pi, Papi tau kan kalau Lucas itu sangat benci dengan kapal pesiar?"

"Hanya kali ini, Papi janji," rayu Papi Leo. "Kamu mau ya gantiin Papi!" bujuk Papi Leo lagi dengan imutnya, membuat Lucas memutar bola matanya malas.

"Lagi pula, kejadian itu sudah lama sekali, Luc. Masa kamu belum bisa melupakan kejadian itu, sih? Mau sampai kapan kamu terus terpuruk di dalam rasa kecewa kamu?" tanya Papi Leo.

Ya, mau sampai kapan Lucas terpuruk di dalam rasa sakit itu? Bahkan, si saat seluruh keluarga dan teman-tamannya berlibur dengan kapal pesiar, Lucas memilih untuk menghabiskan waktu dengan bekerja.

Sebenci itu Lucas dengan kapal pesiar.

Lucas menggeram kesal. Pria itu pun menarik napas dan menghelanya secara kasar dan panjang.

"Oke, tapi sepulang dari pertemuan itu, Lucas cuti selama sebulan." Lucas pun memberikan penawaran yang pastinya dia tidak ingin merasa rugi.

"Sebulan? Apa kamu tidak memiliki pasien untuk di rawat? Apa kamu tidak memiliki jadwal operasi?" tanya Papi Leo dengan terkejut.

"Rumah sakit kita banyak dokter bedah saraf yang hebat, Pi. Bukan hanya Lucas," ujar Lucas mengingatkan.

"Tapi----"

"Sudah hampir tiga tahun Lucas tidak mengambil cuti, Pi. Jadi, biarkan Lucas berlibur dalam satu bulan ini," pintanya sambil tersenyum miring.

Papi Leo menatap sang putra, menghela napasnya dengan kasar sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang. Wajah imut yang di tampilkan oleh Papi Leo tadi pun entah bersembunyi ke mana.

"Ya atau tidak?" ujar Lucas. "Atau lupakan kapal pesiar."

"Oke ... Oke , baiklah. Papi setuju." Papi Leo pun terpaksa menyetujui permintaan Lucas, di mana membuat pria tersenyum penuh kemenangan.

Jika tidak dalam keadaan terpaksa, mungkin Papi tidak akan meminta Lucas untuk menggantikannya. Hari di mana Papi Leo harus pergi menghadiri acara pertemuan para klien dan penanam saham di kapal pesiar, bertepatan dengan hari ulang tahun sang istri. Untuk itu, Papi Leo ingin memberikan kejutan spesial kepada istri tercintanya itu yang telah memberikan dua orang anak yang cantik dan tampan.

"Deal?" ujar Lucas sambil mengulurkan tanganya.

Papi Leo tersenyum saat menatap tangan sang putra terulur ke arahnya. "Deal?" sambut Papi Leo, tapi dengan cepat Lucas menarik tangannya agar tidak berjabatan dengan sang papi.

"Luc, ini tangan Papi, bukan tangan orang asing," kesal Papi Leo.

"Ya, Lucas tau. Tapi, siapa yang tahu tangan itu sudah bersalaman dengan siapa, tanp Papi membersihkannya terlebih dahulu sebelum masuk ke sini," ujar Lucas dengan tersenyum tipis.

"Kamu ini." Papi Leo hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Jika dirinya tidak bisa memakai pakaian pernah di pakai orang lain, atau meminum minuman di gelas yang sama dengan orang lain, mau itu saudara sendiri atau orang tua sendiri, maka Lucas lebih dari itu. Dia tidak bisa di sentuh atau tidak ingin bersentuhan dengan orang yang tidak di kenalnya. Bahkan, bersentuhan dengan saudaranya saja Lucas masih berpikir dua kali. Pria itu baru akan mau di sentuh dan di peluk jika mereka sudah membersihkan tangan dengan mencucinya pakai sabun atau menggunakan hand sanitizer.

Ya, segeli dan sejijik itu Lucas untuk bersentuhan. Karena dirinya menderita fobia yang di sebut haphephobia. Di mana si penderita sangat takut dan merasa jijik untuk bersentuhan dengan orang lain, bahkan dengan keluarganya sendiri.

Tapi anehnya, kenapa dia bisa menjadi seorang dokter yang pekerjaannya sudah pasti menyentuh orang asing hampir setiap harinya. Iya kan?

Kesepakatan telah di buat. Lucas pun akhirnya bersedia untuk menggantikan Papi Leo hadir di dalam pertemuan yang di adakan di kapal pesiar.

*

Lucas menghela napasnya panjang, membuat Bang Fatih yang mengantarnya ke pelabuhan pun terkekeh.

"Kenapa? Masih belum bisa move on?" ledek Bang Fatih.

Mungkin, bagi sebagian orang mendatangi tempat yang memiliki kenangan masa lalu dengan seseorang yang pernah sangat di cintai adalah hal yang biasa. Tapi tidak dengan Lucas, karena rasa sakit itu sungguh sangat amat membekas.

Lucas bukanlah tipe pria yang bisa jatuh cinta dengan siapa saja, akan tetapi, pria itu akan jatuh cinta jika respon tubuhnya tidak merasa terganggu dan jijik untuk menyentuh wanita tersebut.

Dan ya, Stella berhasil membuat Lucas menyentuhnya. Walaupun hanya sekedar pegangan tangan saja.

"Siapa yang belum move on?" kesal Lucas.

Bang Fatih pun kembali terkekeh, tak perlu menjawab kembali pertanyaan Lucas, melihat raut wajah pria itu yang terlihat kesal saja sudah merasa sangat puas sekali.

Ya, seperti apa yang dibilang oleh Bang Fatih, jika Lucas belum bis melupakan wanita yang sudah membuatnya jatuh cinta.

Suara klakson dari kapal pesiar pun mengambil atensi Bang Fatih dan Lucas.

"Sudah di panggil tuh, pergi sana," usir Bang Fatih. "Selamat mengenang masa lalu ... Semoga kamu tidak bertemu dengan Stella," godanya.

Lucas menatap tajam ke arah Bang Fatih, menggeram kesal dan rasanya ingin menerkan pria itu hidup-hidup. Dia pun menarik napas panjang dan menatap kapal pesiar yang terlihat sangat besar dan megah di depannya.

"Baiklah. Ayo, Luc, kamu pasti bisa melakukannya," batin Lucas menyemangati dirinya sendiri.

Lucas pun naik ke atas kapal pesiar di bagian terakhir penumpang, di mana tidak lagi banyak orang yang naik ke atasnya.

"Permisi!"

Bukk ...

Tas yang ada di bahu Lucas pun terjatuh, di saat seorang wanita menabrak dirinya.

"Aah, maaf. Saya benar-benar minta maaf," sesal wanita itu dan langsung pergi begitu saja.

"Dasar tidak ada sopan santunnya," cibir Lucas dan mengambil tas yang berada di lantai.

"Ck, bikin ribet aja." Lucas mengambil hand sanitizer yang ada di dalam saku jaketnya, menuangkan sedikit isinya dan membalurkan keseluruh telapak hingga punggung tangannya.

Lucas melanjutkan kembali perjalanannya menuju di mana kamarnya berada.

"Haaahh ... Nyaman banget," ujar Lucas saat sudah berada di dalam kamar dan merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

Sebelumnya, Lucas memeriksa kondisi tempat tidur. Apakah ada noda atau kotoran yang menempel. Di saat memastikan semuanya bersih, Lucas pun menyemprotkan desinfektan ke seluruh ruangan, sebelum dia menggunakan ruangan tersebut.

Drrrtt ... Drrtt ...

Suara ponsel membuat Lucas membuk matanya kembali. Dia pun mengambil ponselnya yang ada di saku celana. Di bacanya pesan yang masuk ke dalam benda pipihnya, di mana pesan tersebut adalah jadwal yang harus di hadiri oleh Lucas malam ini.

"Huff, tak bisakah aku tetap berada di dalam kamar!" gumam Lucas yang sudah melempar asal ponselnya ke samping.

Ya, Lucas merasa sangat malas sekali bertemu dengan orang banyak, di tambah lagi tempat yang akan dia datangi pastinya akan dihadiri oleh banyak orang.

Terpopuler

Comments

muna aprilia

muna aprilia

lnjut

2024-03-21

0

Febriyanti Valentina Putri

Febriyanti Valentina Putri

hadir bang

2024-02-25

0

Febriyanti Valentina Putri

Febriyanti Valentina Putri

fuul bahagia

2024-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!