6 - Gara-gara Pengaruh Obat

Lucas sudah memakai pakaiannya, begitu juga dengan Nia. Wanita itu terpaksa memakai pakaian milik Lucas, karena baju yang Nia kenakan tadi malam sudah di tidak berbentuk lagi. Entah bagaimana ganasnya Lucas, sehingga bisa mencabik-cabik baju Nia.

"Bagaimana cara anda menjelaskannya ini, Dokter Lucas?" tanya Devan dengan tatapan dan aura yang dingin.

Lucas melihat video yang ada di dalam ponsel Pandi, di mana video tersebut berasal dari rekaman cctv koridor kamarnya.

Saat itu, Lucas terlihat sedang berjalan sempoyongan sambil berpegangan pada tembok. Pria itu tidak lagi terlihat mengenakan jas dan juga dasinya. Bahkan, tiga kancing teratas kemeja Lucas telah terlihat terbuka. Intinya, penampilan pria itu benar-benar terlihat kacau. Tidak seperti Lucas pada umumnya yang selalu terlihat rapi.

Lucas menutup mulutnya, di saat dia tanpa sengaja menabrak tubuh Nia dan langsung menarik tubuh wanita itu untuk di ciuminya dengan ganas.

Ya, sekai lagi pria yang ada di video terlihat tidak seperti Lucas yang sebenarnya. Ingin rasanya Lucas mengelak dan mengatakan jika pria yang ada di video bukanlah dirinya, akan tetapi Lucas tidak bisa, karena pria yang ada di dalam video memang dirinya.

Lucas menarik tubuh Nia tanpa melepaskan ciuman ganas pria itu, padahal terlihat jika Nia sudah memberontak di dalam pelukannya. Dia mengambil kunci kamar yang berbentuk kartu di dalam saku celananya, kemudian menempelkan kartu tersebut ke pintu, hingga pintu itu pun terbuka.

Lucas yang ada di dalam video benar-benar membawa masuk Nia ke dalam kamarnya. Ya, dialah yang telah menarik Nia ke dalam kamarnya, bukan wanita itu yang memaksa untuk masuk.

Lucas menjambak rambutnya, menggeram pelan karena telah melakukan sebuah kesalahan. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam, berapa kali dia melakukan hal itu kepada Nia, akan tetapi Lucas tidak dapat mengingatnya.

"Dan untuk bukti lainnya." Suara Devan mengambil atensi Lucas, membuat pria itu menoleh ke arahnya.

Devan menunjuk ke arah tempat tidur, di mana terdapat bercak merah dan seprai yang masih basah, sebagai bukti percintaan yang telah di lakukan oleh Lucas dan Nia. Ya, walaupun mereka tidak melakukannya dengan atas dasar cinta.

"Bisa anda jelaskan? DOK-TER LU-CAS?" tanya Devan dengan menekan satu persatu kata dari nama Lucas.

Lucas mengangkat kepalanya ke atas. Sepertinya saat ini dia membutuhkan oksigen pada kepalanya.

"Bagaimana cara kamu mempertanggung jawabkan semua ini?" tanya Devan yang rasanya ingin sekali menonjok kembali wajah Lucas yang sudah terlihat babak belur.

Ya, saat Devan masuk ke dalam kamar Lucas, hal yang pertama kali pria itu lakukan adalah berjalan dengan langkah yang besar ke arah Lucas dan melayangkan tinjunya ke wajah pria itu. Bahkan Lucas sampai tidak bisa membela dirinya, padahal Lucas memiliki ilmu bela diri yang cukup baik.

Lucas benar-benar babak belur di buat oleh Devan.

"Saya sudah menghubungi orang tua kamu, dan mengatakan kejadian ini kepada mereka," ungkap Devan yang mana lagi-lagi membuat Lucas terkejut.

"Ap-apa? Tapi kenapa? Kenapa harus memberitahu orang tua saya?" tanya Lucas.

"Karena masalah ini harus dibahas hingga tuntas."

*

Lucas hanya bisa menundukkan kepalanya, menerima amukan dan kemarahan sang papi.

"Lucas, kamu itu Papi suruh gantiin Papi ke sana, hanya sekedar mengisi kehadiran saja. Bukannya untuk meniduri seorang gadis," geram Papi Leo.

Lucas hanya diam. Membela diri pun rasanya percuma saja, karena video yang ada di kapal pesiar, telah sampai ke tangan Papi Leo.

"Mau di taruh di mana wajah Papi, hah? Mau taruh di mana nama baik keluarga kita?" pekik Papi Leo, sehingga suaranya bergema di kamar Lucas.

"Pi, alangkah baiknya kita mendengarkan penjelasan Lucas dulu, Pi," saran Mami Anggun menenangkan sang suami yang sudah terselimuti oleh emosi.

"Penjelasan yang bagaimana, Mi? Mami dengar sendiri kan apa yang dia katakan tadi? Jika dia tidak bersalah. Di mana letak tidak bersalahnya itu, Mi? Sedangkan sudah jelas-jelas jika dia yang menarik adiknya Pak Devan ke kamarnya," geram Papi Leo.

"Tenang dulu ya, Pi. Kita bicarakan hal ini dengan kepala dingin. Lagi pula, Lucas juga baru saja tiba."

"Akkhh ... "Geram Papi Leo dan meninju dinding untuk melampiaskan amarahnya.

Ingin memukul wajah Lucas, rasanya sungguh tidak tega, karena wajah putra sulungnya itu sudah terlihat babak belur akibat pukulan yang diberikan oleh Devan. Entah berapa banyak pukulan yang diberikan oleh Devan, sehingga membuat bibir Lucas pecah, matanya lebam, bahkan pipinya juga terlihat membiru.

Ahh .. andai saja Papi Leo berada di posisi Devan saat itu, mungkin bisa di pastikan jika saat ini Lucas sudah terbaring di rumah sakit. Bisa di katakan jika saat ini Lucas masih beruntung, karena pria itu masih bisa kembali pulang ke rumah dengan selamat.

"Aku harus mencari tahu, siapa dalang dari semua ini," batin Lucas. "Aku sangat yakin sekali, jika makanan yang terakhir kali aku makan pasti terdapat obat perangsang. Sekarang, aku hanya perlu tau siapa dalang yang sudah membuat aku kehilangan kesadaran, sehingga sampai menodai seorang gadis tidak bersalah." Lucas menghela napasnya dengan kasar dan pelan.

"Akkh, mana gadis itu adik dari klien perusahaan Moza!" geram Lucas dalam hati. "Emang cari mati lo, Luc."

*

Fatih, Abi, Veer, Lana, dan Zein sudah berkumpul di rumah Papi Leo. Mereka semua saat ini sudah berada di pinggir kolam renang dan duduk di gazebo yang tersedia di sana, bersama dengan Lucas, si topik utama masalah yang timbul kali ini.

"Bagaimana bisa, Luc? Bagaimana bisa lo tidurin anak orang?"' tanya Zein.

"Ya bisalah. Yang gak bisa itu kalau dia tidurin anak monyet," sahut Fatih yang di acungi jempol oleh Lana.

"Tih, kita lagi serius," tegur Veer yang memang paling tenang di antara yang lainnya.

Abi yang memang baru bergabung dengan circle dari keluar sang istri pun, memilih diam dan menjadi pendengar yang baik. Ya, walaupun sesekali Abi akan mengeluarkan suaranya juga.

"Gue juga gak tau. Yang terakhir kali gue ingat, kalau gue berada di cafe, sambil menikmati udara malam. Setelahnya, gue merasa kepanasan di sekujur tubuh gue," akui Lucas.

"Teros, apa lagi yang lo ingat?" tanya Zein lagi.

"Tidak ada. Gue tidak mengingat apa-apa lagi. Bahkan, saat gue mencium wanita itu, gue juga tidak mengingatnya," jawab Lucas dengan serius.

"Yah, kasihan banget. Padahal itu momen yang langka loh. Apa lagi itu pertama kalinya bagi kalian berdua. Masa lo bisa-bisanya gak ingat, sih?" tanya Lana yang mana kali ini di hadiahi toyoran kepala oleh Zein.

"Mulutnya," cibir Zein.

"Kan penasaran aja, Zein," kekeh Lana.

Lucas hanya melirik tajam ke arah Lana. Pria itu tidak heran dengan mulut sahabatnya itu, apa lagi jika sudah di sandingkan dengan Fatih. Mereka berdua adalah pasangan yang paling cocok sedunia.

"Gue rasa kita harus mengambil cctv yang ada di kapal pesiar. Lebih tepatnya di cafe di mana lo memesan makanan," usul Veer yang di setujui oleh semua orang.

Terpopuler

Comments

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

Semangat up nya mak Rira 😘😘😘

2023-12-13

0

Dlaaa FM

Dlaaa FM

Lanjutannnnnnn

2023-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!