Sraaapp …
Lucas mengembangkan kantong plastik hitam yang Nia simpan di saku jasnya. Pria itu pun menunduk dan memasukkan sedikit wajahnya ke dalam kantong plastik.
"Uweeeekkk …"
Nia, Devan, Tasya, dan David pun menyengir jijik, saat Lucas mengeluarkan isi lambungnya ke dalam plastik.
"Uuwweeeeekkk …." Lucas lagi-lagi mengeluarkan isi lambungnya, di mana saat ini hanya rasa pahit yang dia rasakan.
"Apa yang sudah Mas lakukan? Kenapa dia bisa sampai muntah seperti itu?" tanya Nia penasaran, karena David langsung membersihkan tangannya dengan tisu basah yang ada di dalam kantong celana pria itu.
"Mas hanya mengoleskan sambal terasi mentah," bisik Lucas.
Nia pun membulatkan matanya saat mendengar jawaban David.
"Uweekkk …"
Nia dan David kembali menoleh ke arah Lucas yang terlihat sudah berlutut di samping kursi pengantin. Walaupun merasa jijik, Nia dan David merasa puas, karena telah membuat pria sombong itu tersiksa.
Ya, siapa suruh Lucas bersikap angkuh kepada Nia dan David. Itulah hukuman yang pantas untuk seorang Lucas yang sombong dan menyebalkan.
Tasya merasa tak tega, dia pun menepuk pelan punggung Lucas. "Pelan-pelan saja keluarkannya."
"Uuwweeeekkk …" Lucas pun semakin mual dan ingin mengeluarkan isi lambungnya lagi, karena mendapatkan sentuhan dari Tasya.
Setiap Tasya menepuk punggung Lucas, pria itu pun kembali memuntahkan isi lambungnya.
"Sayang, sebaiknya kamu jangan menyentuh dia," bisik Devan, menebak dari pergerakan Tasya yang menyentuh pungguh Lucas, sehingga membuat pria itu kembali merasa mual.
"Ah, ya!" Tasya pun langsung mengangkat tangannya dari punggung Lucas.
"Maaf, aku hanya ingin meredakan rasa mual kamu," ujar Tasya kepada Lucas.
Lucas membuang ludahnya sekali, kemudian dia menganggukkan kepalanya. "Yaa!"
Seorang pria yang memakai baju batik pun, menghampiri Lucas sambil membawa tisu dan juga air mineral di tangannya. Lucas pun mengambil beberapa lembar tisu dan meneguk air mineral tersebut.
"Apa kamu ada permen??" tanya Lucas yang merasa jika mulut dan tenggorokannya terasa sangat pahit sekali.
"Ada, Pak." Asisten Lucas itu pun memberikan sebuah permen yang ada di saku celananya kepada Lucas.
"Terima kasih!" Lucas mengambil permen tersebut, membuka bungkusnya dan langsung memasukkan isi permen itu ke dalam mulut.
Ah ya, di sini posisi asistennya Lucas memakai sarung tangan karet yang biasa di pakai oleh para dokter. Jadi, saat ingin bersentuhan dengan Lucas, pria itu menggunakan sarung tangan tersebut, kemudian melepaskannya setelah selesai berurusan dengan Lucas. Agak ribet memang, tapi untungnya gaji yang di dapat oleh pria itu sesuai dengan kerepotan yang harus dia hadapi setiap harinya.
Lucas melirik ke arah David dan Nia yang terlihat tersenyum kecil ke arahnya. Sumpah, tangan David benar-benar sangat bau sekali. Jika seluruh keluarga besar Lucas menyukai sambal terasi, maka berbeda dengan pria itu. Ya, Lucas memang berbeda dan paling unik dari para sahabat yang juga merangkap sebagai sepupunya itu.
"Kamu baik-baik saja, Lucas?" tanya David seolah pria itu merasa khawatir.
Lucas tersenyum. "Ya.”
“Syukurlah. Sebaiknya kamu setelah acara ini memeriksakan diri ke dokter,” saran David sambil tersenyum lebar.
Lucas mengepalkan tangannya, merasa geram dengan Abang iparnya itu. Tapi, di balik kelakuan jahil David, pastinya pria itu merasa kesal dan dendam dengan diri Lucas. Pasti pria itu sangat ingin menghajar dirinya, akan tetapi dia menahan perasaan itu, demi menghargai keputusan Devan dan orang tuanya.
Lucas memaklumi itu, karena jika posisinya di balik, maka Lucas pasti akan melakukan hal yang sama. Bahkan mungkin lebih parah dari ini.
“Karena kamu baik-baik saja, bagaimana kalau kita foto bersama?” ajak David.
“Kamu yakin mau foto? Di saat kondisi kamu terlihat lemas, Lucas?” tanya Tasya merasa khawatir.
“Saya baik-baik saja—-” Lucas terlihat bingung memanggil Tasya dengan sebutan apa.
“Panggil Mbak aja. Saya kan kakak ipar kamu juga sekarang,” ujar Tasya yang mengerti apa yang ada di dalam pikiran Lucas.
“Iya, Mbak.”
“Karena kamu baik-baik saja, ayo kita segera berfoto, jangan sampai kamu keburu tumbang,” kekeh David.
Lucas tersenyum, dia pun mempersilahkan ipar-iparnya itu untuk mengambil posisi.
Nia langsung merangkul lengan Lucas, tersenyum lebar saat fotografer mulai berhitung mundur.
“Andai saja pernikahan ini hanya sebuah mimpi! Andai saja pria yang aku gandeng saat ini adalah Martin,” batin Nia yang merasa hatinya tercabik-cabik.
Devan dan Tasya kembali memberikan selamat kepada Lucas dan Nia. Berdoa semoga pernikahan mereka langgeng sampai maut memisahkan.
“Ingat, cinta dan benci itu perbedaannya sangat tipis sekali. Jangan terlalu benci, karena nantinya kamu akan jatuh terlalu dalam di hatinya,” bisik Tasya kepada Nia, sambil mengedipkan matanya sebelah.
Nia mencebikkan bibirnya, masih menyangkal dengan apa yang dikatakan oleh sang kakak ipar. Mungkin, apa yang di katakan oleh Tasya adalah pengalaman pribadi wanita itu, membenci Devan terlalu dalam, dan sekarang mencintai Devan teramat sangat dalam. Tapi, itu kisah Tasya, bukan kisah Nia.
“Tidak akan pernah, Mbak. Di hatiku hanya ada dia,” ujar Nia sambil tersenyum, di mana matanya juga ikut bergerak menangkap sosok yang baru saja naik ke pelaminan.
Dia. Orang yang ku cintai hanya dia.
Senyuman Nia yang lebar dan manis itu pun, seketika memudar, di saat melihat sosok pria tampan berparas bule yang baru saja naik ke atas panggung. Di antara pria-pria tampan yang naik, hanya satu yang mengambil perhatian Nia.
“Martin!” gumam Nia pelan, yang mana masih di dengar oleh Tasya.
“Ya?” Tasya pun menoleh ke arah pandang Nia, dia mengernyitkan keningnya, karena tidak tahu pada siapa Nia memandang. Sungguh, yang naik ke atas panggung adalah pria-pria tampan yang berstatus sebagai keluarga Moza.
“Apa kabar, Pak Devan, Pak David,” sapa Veer sambil mengulurkan tangannya.
“Baik, Pak Veer.”
Veer mengenal baik Devan dan David, karena dia yang memegang kontrak kerjasama antara perusahaan Moza dan perusahaan keluarga Devan.
“Ah ya, perkenalkan ini Fatih, dia yang memimpin perusahaan kami di bidang kecantikan,” ujar Veer memperkenalkan Fatih.
Fatih pun berjabat tangan dengan David dan Devan, mereka berbincang hanya untuk sekedar basa basi dan perkenalan saja.
Sedangkan Martin, pria itu menatap Nia penuh dengan perasaan terluka. Martin tersenyum kecil, sebelum dia mengalihkan pandangannya ke arah Lucas.
“Selamat, Luc, semoga kamu hidup bahagia bersama istri kamu,” ucap Martin.
“Hmm, ya. Makasih, Tin. Gue doain, semoga Lo dan kekasih rahasia lo itu segera naik ke atas pelaminan.”
Martin kembali tersenyum kecil. Bagaimana bisa dia naik ke atas pelaminan, jika kekasih rahasianya itu telah menjadi istri orang lain.
Martin berpindah kepada Nia, dia mengulurkan tangannya kepada wanita itu.
“Selamat, semoga kamu berbahagia dengan pernikahan ini,” ujar Martin dengan perasaan terluka.
Nia tahu apa yang Martin rasakan, karena dia juga merasakan hal yang sama. Dia pun menggelengkan kepalanya, seolah mengatakan kalau dirinya tak bahagia.
Martin menatap tangannya yang diabaikan oleh Nia, dia pun kembali tersenyum kecil. Martin ingin melangkah jauh, tapi Nia memanggilnya, sehingga membuat langkahnya pun tertahan.
“Mark, a-aku—-”
“Waah, ternyata ini istrinya Lucas!” sapa Zein yang tidak tahu, jika Nia dan Martin memiliki hubungan.
“Cantik banget istri kamu, Luc. Kirain gak bakal jomblo seumur hidup,” kekehnya.
Lucas hanya tersenyum kecil, kemudian dia menoleh ke arah Nia yang saat ini tidak lagi terlihat bahagia seperti tadi. Lucas mengernyitkan keningnya, merasa heran dengan ekspresi yang diberikan oleh Nia.
“Ayo, kita berbaris untuk berfoto,” titah Fatih yang langsung di turuti oleh semuanya.
Martin berdiri di samping Nia, membuat wanita itu semakin merasa bersalah.
“Bagaimana bisa dia berada di circle Moza? Bukankah keluarga Moza hanya berteman dengan circle mereka saja?” batin Nia. “Apa itu artinya, jika Martin bagian dari keluarga Moza?”
Nia memandang satu persatu pria yang saat ini memberikan selamat kepada dirinya dan Lucas. Dia menutup matanya rapat, di saat melewatkan semua informasi tentang Lucas.
Nia melihat ke arah Martin yang berdiri tak jauh darinya, dia pun mendekat ke arah mantan sang kekasih, di saat yang lain tengah sibuk menggoda Lucas.
“Maafkan aku, aku bisa jelaskan semuanya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Anik Trisubekti
Marthin menunggu penjelasanmu Nia
2024-01-12
0