Lucas dan Nia sedari tadi terlihat terus saja berdebat. Entah apa yang mereka perdebatkan, yang jelas, dari kejauhan Lucas dan Nia terlihat sangat serasi sekali. Mereka terlihat seperti pasangan yang ABG yang sedang jatuh cinta, tapi malu untuk mengatakannya.
Martin yang terus memandang ke arah Nia, merasa hatinya hancur berkeping-keping, di saat melihat Nia tersenyum bahagia kala berfoto dengan sang suami.
"Mungkin kalian bukan ditakdirkan untuk berjodoh," ujar Lana membesarkan hati sang abang.
"Kenapa?" tanya Fatih yang tidak tahu apa-apa.
Lana pun menoleh ke arah sang sahabat. "Oh, ternyata Nia adalah kekasih Martin selama ini," ujarnya memberitahu.
"Apa?" Fatih benar-benar terkejut. Dia tidak menyangka, jika ternyata wanita yang selama ini membuat Martin jatuh cinta, telah menikah dengan Lucas.
Seolah takdir sedang mempermainkan kehidupan Lucas dan Martin saat ini.
"Tin, sebaiknya kamu lupakan dia. Lucas tidak akan pernah melepaskannya," ujar Fatih memberitahu.
Martin mengernyitkan kening, dia pun menoleh ke arah Fatih. "Lucas tidak mencintainya!"
"Ya, Lucas memang tidak mencintainya. Tapi, Lucas bukan orang yang suka mempermainkan sebuah pernikahan. Dalam prinsipnya, dia akan menikah seumur hidup sekali. Dia akan mempertahankan apa pun yang terjadi dalam hidupnya, termasuk rumah tangganya. Untuk itu, aku sangat yakin sekali, jika Lucas tidak akan pernah melepaskan Nia dengan mudah," jelas Fatih.
"Aku sangat mengenal bagaimana Lucas," sambungnya lagi meyakinkan Martin.
"Nia tidak mencintai Lucas," gumam Martin.
"Lucas akan membuatnya jatuh cinta. Percayalah."
Hati Martin benar-benar terasa hancur. Dia berfikir jika akan mendapatkan dukungan dari saudara-saudara barunya itu. Tapi, kenyataannya mereka malah membuat hati Martin semakin hancur dan terpukul.
"Ini kenyatannya, Tin, kamu harus terima itu!" Fatih pun menepuk bahu Martin dengan pelan.
Martin kembali menatap ke arah Nia dan Lucas yang berada di pelaminan. Di mana saat ini Nia sedang merangkul lengan Martin dan tersenyum lebar ke depan kamer, seolah mengatakan jika dia benar-benar bahagia dengan pernikahan ini.
Bukankah jika Nia tidak menyukai Lucas, maka dia tidak akan tersenyum lebar? Tapi ini---
Satu hal lagi, Martin tahu jika Lucas adalah orang yang sulit di sentuh. Bahkan saat dia menyentuh pria itu, Lucas sampai membersihkan tangannya dengan menggunakan hand sanitizer. Tapi saat Nia merangkul lengan pria itu, Lucas terlihat biasa saja. Dan hebatnya, pria itu tidak merasa mual dan ingin muntah.
Tadi, saat Lucas mencium punggung tangan Devan, pria itu langsung muntah. Itu menandakan, jika reaksi tubuh Lucas menerima keberadaan Nia 'kan? Karena pria itu tidak merasa muntah saat Nia menyentuhnya. Bahkan, saat Lucas mencium kening Nia tadi.
Hati Martin semakin hancur, di saat melihat Lucas mengambil tangan Nia dan menuangkan hand sanitizer ke telapak tangan istrinya itu. Sungguh pemandangan yang sangat ... Sangat menyakitkan hati Martin.
"Kami mau berfoto dengan Lucas, kamu mau ikut?" ajak Fatih.
Sebenarnya Fatih merasa tidak tega mengatakan hal itu kepada Martin. Tapi, dia harus, karena agar Martin tidak berharap atau pun mencari cara agar Nia dan Lucas berpisah. Jika sampai hal itu terjadi, maka rasanya hubungan Lucas dan Martin pasti akan sangat canggung sekali.
Dan saat ini saja, jika Lucas mengetahui kalau Martin dan Nia menjalin hubungan. Mungkin, Lucas akan merasa sangat canggung bertemu dengan Martin. Dia akan merasa sangat bersalah kepada Martin. Untuk itu, Fatih dan yang lainnya sepakat untuk menyembunyikan tentang hubungan Nia dan Martin dari Lucas.
"Kalau kamu tidak mau, gak papa kok. Kami mengerti," ujar Fatih sambil menepuk pelan bahu Martin yang tegap.
"Aku ikut," jawab Martin yang mana membuat Fatih sedikit terkejut.
Fatih, Lana, Veer, Martin, dan yang lainnya pun berjalan menuju ke arah pelaminan untuk mengambil foto yang akan dijadikan sebagai kenang-kenangan.
Di sisi lain.
Nia tersenyum semakin lebar, di saat Devan, David, dan Tasya naik ke atas pelaminan.
"Kamu cantik sekali, Nia," puji Tasya yang sedari tadi tak bisa memalingkan pandangannya dari wajah Nia.
"Terima kasih, Mbak. Tapi, ini sudah yang ke seratus kalinya Mbak katakan aku cantik," kekeh Nia.
"Bahkan sampai ke seribu kali pun, Mbak akan tetap mengulang mengatakannya, karena kamu memang benra-benar terlihat sangat cantik, Nia," sahut Tasya.
Tasya pun melirik ke arah Lucas. "Iya 'kan Lucas! Nia terlihat sangat cantik 'kan?" tanya Tasya.
Lucas hanya menjawab dengan senyuman kecil saja.
"Mbak anggap itu sebagai jawaban 'iya'," ujar Tasya.
Lucas pun kembali tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Dokter Lucas, saya harap, kamu bisa menjaga dan berjanji untu tidak pernah menyakiti Nia," ujar Devan yang sudah mengambil alih obrolan Tasya.
"Insya Allah, saya akan berusaha sebisa saya untuk menjaga Nia, Tuan Devan," jawab Lucas.
"Duh, kalian ini sudah menjadi ipar. Masa iya manggilnya dengan sebutan dokter dan tuan sih? Gak enak banget di dengarnya," cibir Tasya tak suka.
"Mas, kamu cukup memanggil Lucas dengan namanya saja, karena dia sudah menjadi adik ipar kamu saat ini," jelas Tasya. "Begitu juga dengan kamu, Lucas, jangan lagi memanggil suami saya dengan sebutan tuan, akan tetapi cukup memanggilnya dengan sebutan Mas Devan," titah Tasya. "Bisa kan?"
Lucas mengangguk pelan. "Akan saya coba."
"Kalau begitu, silakan panggil," titah Tasya.
Lucas menelan ludahnya secara perlahan. Matanya menatap wajah Devan yang seolah menanti dirinya untuk memanggil dengan sebutan 'mas'.
Lucas tersenyum kecil. "Mas Devan?" panggilnya yang mana membuat sudut bibir Devan membentuk sebuah senyuman.
"Ya, Lucas," jawab Devan menunjukkan keramahannya.
Jika Devan terlihat tersenyum ramah dengan Lucas, berbeda dengan David. Pria itu terlihat masih merasa kesal dengan Lucas.
"Lihat saja, kali ini pasti berhasil," batin David menatap penuh arti kepada Lucas.
"Jika Lucas memanggil Mas Devan, dengan sebutan 'mas', itu berarti Lucas juga harus memanggil aku dengan sebutan 'mas," ujar David. "Ya, walaupun umur kami sebaya, tapi kan saat ini Lucas sudah menjadi istri Nia. Dan itu artinya, jika Lucas adalah adik ipar aku, iya 'kan?" tanya David kepada Tasya.
"Ya, kamu benar," jawab Tasya sambil tersenyum.
"Kalau begitu, selamat datang adik iparku." David membuka tangannya lebar-lebar, kemudian memeluk tubuh Lucas, membuat pria itu kembali merasa mual.
Tapi, saat Lucas merasa mual, dia merasa jika rasa mualnya itu berbeda dari yang sebelumnya. Apa ini karena efek dari obat yang dia minum?
Merasa jika Lucas baik-baik saja, David pun sedikit merasa kesal. Tapi, dia masih punya satu cara lagi, yaitu, menyentuh wajah Lucas dengan tangannya yang sudah berbau terasi mentah.
"Waaah, wajah kamu terlihat sangat bersih dan mulus. Apa kamu melakukan perawatan?" tanya David sambil mengusap-usap pipi Lucas dan mencubit hidungnya.
"Uwwkk ..." Lucas pun langsung bereaksi. Jika tadi dia merasa mampu menahan rasa mualnya, tapi di saat tangan David tercium sangat bau sekali, membuat Lucas pun tak tahan untuk mengeluarkan kembali isi perutnya.
Dia bergegas merogoh saku bajunya untuk mengambil kantong plastik yang dimasukkan oleh Nia tadi.
Sraaapp ...
Uweeeekkkkk ...
Lucas pun akhirnya mengeluarkan kembali cairan yang ada di dalam lambungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Anik Trisubekti
jail banget mas David 😄
2024-01-11
0