"Yang terpenting, tidak ada satu wartawan pun yang meliput pernikahan ini," pinta Nia.
"Setuju!"
Lucas langsung menjawab, membuat semua orang yang ada di ruangan itu pun menoleh ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Lucas dengan menaikkan alisnya sebelah. "Apa ada yang salah?" sambungnya. "Lucas hanya menyetujui permintaan dia, apa ada yang salah?"
Papi Leo menghela napasnya pelan dengan mata tertutup. Putra sulungnya itu memang sedikit berbeda. Dia selalu dengan berani mengeluarkan pendapatnya tanpa segan, di saat orang tua sedang berunding.
Bukannya Lucas tidak sopan, bukan. Akan tetapi, dia hanya mengutarakan apa yang ada di dalam kepalanya saja. Tapi, di saat waktu yang tidak tepat.
"Baiklah, jika keduanya sudah setuju, saya rasa tidak ada masalah," ujar Devan mengambil atensi Papi leo kembali.
"Jika itu yang sudah menjadi keputusan Tuan Devan, maka saya akan mengikutinya. Lagi pula, pernikahan ini akan sesuai dengan apa yang Nia inginkan," putus Papi Leo.
"Baiklah kalau begitu. Saya serahkan semuanya kepada Tuan Leo," ujar Devan.
"Sekarang, mari kita putuskan tanggal baik untuk melaksanakan pernikahan ini." Papi Leo pun memberikan tanggal baik untuk pernikahan Lucas dan Nia, did mana waku pernikahan mereka akan berlangsung sejak dua minggu dari sekarang.
Setelah pembasahan tentang pernikahan selesai, Devan pun mempersilahkan calon besannya untuk mencicipi hidangan yang sudah di siapkan.
"Andai saja aku bisa memukul wajahnya sekali saja, mungkin aku akan sangat merasa puas sekali," ujar David kepada Devan.
"Tenanglah, aku sudah memberikannya pukulan," sahut Devan sambil berbisik. "Tapi, kenapa memar pada wajahnya cepat sekali hilang? Sungguh sangat di sayangkan. Padahal, wajahnya akan terlihat lebih bagus dengan memar yang aku berikan."
"Pria licik, pasti dia memakai make up wanita untuk menutupinya," sahut David. "Seperti Mas yang menutupi noda merah di leher," sambung David yang mana membuat Devan menatapnya tajam.
David tersenyum miring, dia sangat suka sekali menggoda sang abang, di mana wajah dingin pria itu akan terlihat merona persis seperti kepiting rebus.
"Loh, kok pada ngobrol di sini, sih? Ayo, temani tamunya makan," tegur Tasya dan mendorong tubuh Devan dan David untuk menemani tamu-tamu mereka makan.
Di sisi lain, Nia mencari kesempatan untuk mengajak Lucas berbicara. Dia terus memperhatikan calon suaminya, mencari cara agar bisa menarik Lucas ke tempat yang lebih sepi.
"Ini kesempatan bagus," gumam Nia, di saat melihat Lucas menerima panggilan telepon dari seseorang.
Nia pun mengikuti Lucas secara perlahan, memperhatikan sekitar agar tidak ada yang melihatnya.
"Semuanya aman, tidak ada yang melihat." Nia dengan cepat mengikuti Lucas yang menuju ke arah taman yang ada bagian tengah rumah ini. Di mana Devan sengaja mendesign rumahnya dan memberikan taman bunga di dalam rumah.
Taman bunga yang berada dalam rumah itu, terdapat pintu sebagai pembatas. Nia dengan cepat menutup pintunya secara perlahan, agar Lucas tidak menyadari keberadaannya.
"Kita bicarakan nanti," ucap Lucas yang menyadari jika sedari tadi ada yang terus memperhatikannya.
Awalnya Nia berniat ingin menguping, dengan siapa Lucas berbicara. Apakah pria itu memiliki pacar? Jika iya, maka akan mudah bagi Nia untuk menawarkan kesepakatan dengan pria itu.
"Kenapa kamu mengikutiku?" ujar Lucas yang mana membuat Nia terkejut.
"Hah?"
Nia terdiam di tempatnya berdiri, hingga Lucas berbalik ke arahnya sambil menyimpan ponsel yang ada ddi tangannya ke saku celana.
"Aku tahu, jika sedari tadi kamu terus memperhatikanku, hingga kamu mengikutiku ke sini. Ada apa?" tanya Lucas lagi.
Oh ... I-itu--" Nia merasa bingung harus berkata apa. Dia terlalu terkejut, sehingga membuat kata-kata yang sudah dia susun di dalam kepala, hilang dalam seketika.
"Apa ada yang ingin kamu katakan?" tanya Lucas.
"Atau kamu ingin membatalkan pernikahan ini?" sambungnya lagi.
Ya, itu dia. Nia ingin mengajak Lucas berbicara untuk membatalkan pernikahan ini.
"Apa kamu punya ide?" tanya Nia yang sudah kembali bersikap sombong dan angkuh dihadapan Lucas.
Lucas berdecak pelan, di saat melihat Nia yang tadi terlihat polos dan bodoh, sekarang kembali bersikap angkuh.
"Tidak ada," jawab Lucas yang membuat Nia merasa kecewa.
"Kenapa tidak ada? Bukannya kamu sebenarnya menolak pernikahan ini?" tanya Nia.
"Ya, aku memang menolaknya. Tapi, aku bukan pria brengsek yang lepas tangan tanpa ingin bertanggung jawab," tegas Lucas.
" Apa itu artinya, kamu tetap setuju dengan pernikahan ini?" tanya Nia memastikan.
"Bukankah perkataanku sudah jelas!" sahut Lucas.
Nia berdecak kesal melihat kesombongan Lucas. Ya, dia memang tidak sepintar pria yang ada did hadapannya saat ini. Bahkan, Nia tidak sehebat seperti kedua abangnya. Yang Nia miliki hanyalah kecantikan dan tubuh yang bagus. Maka dari itu, dari pada memilih menjadi pembisnis seperti kedua abangnya, Nia memilih menjadi seorang model. Lagi pula, wajah dan bodyd-nya sangat mendukung menjadi seorang model.
"Oke, baiklah kalau begitu. Terserah dengan apa pun alasan kamu," cibir Nia. "Jika kamu tidak bisa membatalkan pernikahan ini, maka aku akan menawarkan kesepatakan kepada kamu," sambungnya yang mana membuat Lucas menaikkan alisnya sebelah.
"Kesepakatan?" Lucas tertawa kecil dengan mimik wajah menyebalkan.
"Apa itu lucu?" tanya Nia kesal saat melihat Lucas menertawakannya dengan sinis.
"Tidak," jawab Lucas cepat.
Sebenarnya, Lucas sudah menduga jika hal ini akan terjadi. Nia adalah seorang model yang sedang naik daun. Sudah pasti, jika dia akan menawarkan kesepakatan. Lucas sudah menduga itu.
"Dasar aneh," gumam Nia kesal.
"Jadi, katakan, apa kesepakatan yang ingin kamu tawarkan?" tanya Lucas.
Berdua dengan Nia saat ini, membuat dirinya merasa tidak nyaman. Ah … membayangkan jika dia akan tinggal di rumah yang sama dengan wanita itu, pastinya akan membuat Lucas akan semakin merasa tidak nyaman. Tapi, dia tidak bisa menghindar, karena sebagai seorang laki-laki, Lucas harus bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan kepada Nia.
"Begini, karena pernikahan kita akan diadakan secara tertutup, maka tidak akan ada yang tahu tentang pernikahan ini. Iya 'kan??" ujar Nia yang diangguk pelan oleh Lucas.
"Lalu??"
"Aku ingin tinggal berpisah dengan kamu," ujar Nia yang mana membuat Lucas mengernyitkan keningnya. "Aku tidak ingin tinggal di satu rumah yang sama, walaupun kita akan tinggal di kamar yang berbeda. Bisa saja, kamu khilaf dan kembali melakukan 'hal itu'," sambungnya lagi dengan melirik Lucas tajam.
Nia berdehem pelan, kemudian menelan ludahnya secara perlahan.
"Aku tidak ingin jika kamu menyentuhku lagi, maka aku akan hamil. Tidak! Aku tidak boleh hamil, karena aku masih ingin mengejar karirku," tegas Nia.
"Tunggu! Kamu takut aku menyentuhmu lagi dan hamil??" Lucas mengulang ucapan Nia.
"Iya. Aku tidak ingin hamil. Setidaknya bukan saat ini, dan juga bukan dari kamu!" gumam Nia diakhir kalimatnya.
"Lalu, bagaimana jika kamu hamil saat ini??" tanya Lucas dan memperhatikan wajah Nia secara seksama.
"I-itu tidak akan mungkin terjadi," jawabnya gugup. "Kita baru melakukannya sekali, mana mungkin aku akan hamil." Nia refleks menyentuh perutnya.
Lucas menghela napas kasar. Dia melangkah mendekati Nia.
"Bagaimana jika kamu hamil, setelah kita melakukannya pertama kali??" tanya Lucas dengan nada yang dingin dan tatapan matanya yang tajam, membuat Nia merasa takut dan terintimidasi, sehingga dia refleks memundurkan langkahnya, di setiap Lucas semakin mendekat.
"Apa kamu akan menggugurkan anak itu??"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Anik Trisubekti
udah nikah aja jatuh cintanya belakangan🤭
2024-01-03
0