11 - Ancaman Lucas

Nia menelan ludahnya dengan kasar, di saat melihat Lucas semakin mendekat ke arahnya dengan tatapan mata yang tajam. Nia pun refleks memundurkan langkahnya, karena merasa takut dan terintimidasi dengan tatapan Lucas yang mengerikan, seolah ingin menelan dirinya secara hidup-hidup saat ini.

"Apa kamu akan menggugurkan anak itu??" tanya Lucas dengan tatapan matanya yang dingin.

"I-itu---"

Melihat dari cara Nia yang merasa takut dan gugup, Lucas bisa menebak, jika Nia berniat untuk menggugurkan kandungannya, jika ternyata benih yang di tanam Lucas pada malam itu, berbuah dan membentuk sebuah janin, bagi penerus keluarga Moza dan juga Pamungkas.

"Akhh … "

Lucas menarik lengan Nia secara kasar, membuat wanita itu meringis kesakitan. "Jangan pernah berpikir untuk mengguggurkannya!" geram Lucas dengan penuh nada peringatan. "Jika ternyata kamu hamil dan berniat untuk menggugurkannya, maka aku tidak akan pernah segan-segan untuk memenjarakan kamu!"

Lucas melepas lengan Nia secara kasar, membuat wanita itu langsung mengusap lengannya yang terasa sakit.

"Sungguh menyebalkan. Bagaimana bisa aku bertemu dengan wanita psiko seperti ini!" geram Lucas sambil membersihkan tangannya dengan hand sanitizer.

Nia melirik tajam ke arah Lucas, masih dengan mengusap lengannya yang terasa perih.

"Dasar manusia aneh. Sok bersih. Dia yang menyentuhku, tapi dia yang merasa jijik," desis Nia. "Lihat saja, jika kamu berani menyentuhku lagi, maka aku akan membuat hidupmu menderita."

Nia berdecak kesal, mengingat ancaman Lucas. "Pokoknya aku harus waspada. Aku tidak boleh hamil. Sebaiknya aku segera mencari obat untuk pencegah kehamilan!"

*

Lucas kembali masuk ke dalam rumah, membuat David mengernyitkan keningnya, di saat melihat calon adik iparnya itu.

"Kenapa dia muncul dari sana??" gumam David.

Saat David ingin mendekati Lucas, tiba-tiba saja dia melihat Nia keluar dari tempat yang sama dengan Lucas.

"Apa Nia bersama dengan Lucas??" batinnya. "Tapi, untuk apa mereka bersama di sana? Apa mereka sedang membuat kesepakatan?"

David masih memperhatikan Nia dan Lucas secara bergantian. Di mana terlihat wajah Lucas yang datar dan dingin, seolah tidak terjadi masalah sedikit pun. Akan tetapi, berbeda dengan Nia yang terlihat kesal. Di tambah lagi, sedari tadi adiknya itu terus saja menatap ke arah Lucas dengan tajam.

"Apa telah terjadi sesuatu?" gumam David.

"Sesuatu apa yang terjadi?" tanya Devan yang menghampiri sang adik.

"Hmm? Tidak ada, Mas," jawab David sambil tersenyum.

David tidak ingin menambah beban pikiran Devan. Biarkan ini menjadi masalah untuk dirinya sendiri saja. David akan memperhatikan Lucas dan Nia dari jauh, mencari tahu apa rahasia yang sedang mereka sembunyikan saat ini.

"Tunggu, apa Lucas meminta Nia untuk menggugurkan kandungan??" tebak David dalam hati.

*

Seluruh keluarga Moza sudah kembali pulang, suasana rumah Devan pun langsung terlihat sepi.

"Mulai sekarang, kamu harus mengurangi jadwal pemotretan kamu, Nia. Batalkan pemotretan yang tidak terlalu mendesak," titah Devan.

"Tapi, Mas---"

"Kamu harus tetap terlihat cantik saat menikah nanti. Walaupun Mas tidak tahu, apakah pernikahan kamu dan Lucas akan berjalan lama atau tidak. Setidaknya, jika pernikahan kamu dan Lucas ternyata langgeng, maka foto saat pernikahan kamu dengan pria itu, akan tetap terlihat cantik," ujar Devan sambil tersenyum kecil.

"Iya, Mas," jawab Nia pelan.

Nia menghela napasnya pelan, sebenarnya dia enggan untuk mengurangi jadwal pemotretannya, karena dengan bekerja, Nia bisa melupakan semua masalahnya. Dan juga, saat calon mertuanya itu menghubungi dirinya untuk mencoba gaun pengantin, maka Nia punya alasan untuk tidak bisa hadir. Jujur saja, Nia sangat tidak ingin pernikahan ini terjadi.

"Bagaimana caraku menyembunyikan pernikahan ini darinya?" batin Nia.

Sebenarnya, Nia memiliki seorang kekasih. Di mana dia sudah merencanakan pernikahannya dengan pria itu. Nia ingin menghabiskan semua kontrak kerjanya tahun ini, sehingga sang kekasih bisa melamar dirinya secara resmi dan melangsungkan pernikahan mereka berdua.

Tapi, jika Nia menikah dengan Lucas, bagaimana dengan rencana pernikahannya dengan sang kekasih?

Nia selama ini tidak pernah dekat dengan seorang pria, seperti dirinya dekat dengan sang kekasih. Bersama dengan pria itu, Nia merasa nyaman dan terlindungi. Sosok kekasih Nia sangat dewasa dan selalu mengerti akan sifat kekanak-kanakannya. Bahkan, setiap Nia bersikap manja, maka sang kekasih pasti selalu bisa menjadi tempat sandarannya.

Nia kembali menghela napasnya lagi dengan kasar. Andai saja dirinya seorang keturunan naga, bisa di pastikan napas yang Nia keluarkan pasti mengandung api dan membakar habis lantai yang dia pijakkan.

"Ada apa, hmm?" tanya Tasya, membuat Nia sedikit terkejut.

Nia menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak ada, Mbak."

Tasya mengusap rambut sang adik ipar yang tingginya lebih tinggi dari dirinya. "Mbak tahu, jika kamu pasti sedang memikirkan tentang pernikahan kamu," ujar Tasya. "Tapi, apa kamu sudah membicarakan 'hal itu' dengan calon suami kamu??" tanyanya.

Hal yang dimaksud oleh Tasya adalah sebuah kesepakatan yang ditawarkan oleh Nia untuk Lucas.

"Sudah, Mbak, tapi sepertinya itu tidak berhasil," jawab Nia dengan lesu.

"Hmm, memangnya apa yang kamu katakan?" tanya Tasya penasaran.

"Aku menawarkan kepadanya untuk tinggal di tempat yang berpisah, Mbak. Tawaran itu aku lakukan hanya untuk berjaga-jaga agar dia tidak menyentuhku lagi," ujar Nia.

"Ya ampun, Nia. Wajar saja jika dia menolaknya!" Tasya menggelengkan kepalanya pelan. "Kenapa kamu tidak meminta untuk tinggal di kamar yang terpisah??"

"Sebenarnya Nia ingin bilang itu, Mbak. Tapi, seperti yang Nia katakan tadi, jika Nia tidak ingin dia kembali khilaf dan---" Nia menarik napas dan menghelanya secara kasar.

"Mbak paham," ujar Tasya sambil mengusap bahu Nia secara lembut. "Ya sudah kalau begitu, sebaiknya kamu tidur, ya. Besok ada pemotretan 'kan?"

"Iya, Mbak." Nia menurut. Dia pun pergi meninggalkan Tasya yang masih berbenak ruangan dengan di bantu oleh asisten rumah tangga.

Sesampainya di dalam kamar, Nia langsung merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, tanpa mengganti pakaian atau pun menghapus make up nya terlebih dahulu. "Bagaimana cara aku mengakhiri semua ini??"

Cling …

Sebuah pesan masuk ke ponsel Nia, membuat wanita itu bergegas mengambil ponselnya.

"Apa kabar? Bagaimana kamu hari ini?"

Nia tersenyum kecil, di saat membaca pesan dari sang kekasih.

"I'm fine, and i miss u."  Send.

Nia menghela napasnya pelan. Rasa lelahnya sejenak hilang di saat mendapatkan pesan dari sang kekasih. Tak butuh waktu lama pesan Nia terkirim, wanita itu dikejutkan dengan panggilan yang masuk ke dalam ponselnya. Siapa lagi pelakunya jika bukan kekasih pujaan hati Nia.

"I miss u too .." ujar kekasih Nia dengan senyuman yang lebar.

Dua tahun saling mengenal, lalu merasa cocok dan menjalin hubungan selama setahun, membuat Nia semakin yakin untuk menikah muda dengan jarak umur yang cukup jauh dari sang kekasih. Lagi pula, sosok kekasih Nia adalah  orang yang selama ini dia cari sebagai seorang pasangan hidup. Pria dewasa berhati lembut, penyayang, pelindung, dan memahami segala keinginan dan kemauan Nia.

Lalu, bagaimana hubungan Nia dan kekasihnya? Jika Nia harus menikah dengan Lucas yang sangat bertolak belakang dengan sosok pria idaman Nia?

Terpopuler

Comments

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

belajar ikhlas menerima takdir Nia, kenali dulu Lucas kalau sdh kenal kamu pasti akan jatuh cinta

2024-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!