5. Nia Hilang

Gopi yang baru saja kembali dari meminta kunci cadangan kepada pihak yang berwenang pada kapal pesiar pun, terkejut di saat tidak melihat keberadaan Nia di depan kamarnya.

Gopi takut jika terjadi sesuatu kepada atasannya itu, karena banyak sekali model-model lain yang ingin menghancurkan karir Nia. Mencari kelemahan dan kekurangan dari Nia yang selalu terlihat sempurna. Bagaimana tidak, Nia berada di kalangan yang berada. Bahkan, kedua abangnya memimpin salah satu perusahaan raksasa yang di tanah air.

Nia terlalu sempurna. Wajahnya terlihat sangat cantik dan menawan. Tubuhnya memang tidak terlalu tinggi, layaknya model pada umumnya. Akan tetapi, kecantikan Nia membuat perusahaan periklanan mana pun ingin bekerja sama dengannya.

"Duh, di mana sih Mbak Nia?" guman Gopi khawatir.

Gopi pun mencari kembali Nia ke tempat di mana wanita itu menghadiri pesta. Setelah Gopi mencari ke seluruh ruangan hingga berjam-jam, tetapi dia tidak juga menemukan keberadaan Nia.

"Duh, di mana sih kamu, Mbak," lirih Gopi yang rasanya ingin menangis.

Gopi pun berusaha mencari ke seluruh kapal, bahkan dirinya sampai tidak tidur semalam.

"Apa aku laporkan saja hal ini kepada Pak Devan?" gumam Gopi.

"Tidak, bagaimana jika beliau marah karena aku tidak becus menjaga Mbak Nia. Bisa-bisa aku di pecat lagi," lirih Gopi dengan gelisah.

"Tapi, harus ke mana lagi aku mencari Mbak Nia?"

Gopi mencengkram erat tali tasnya. Bahkan saat ini air matanya sudah mengalir membasahi pipinya.

"Sepertinya tidak ada cara lain. Aku harus melaporkan hal ini kepada Pak Devan. Biarlah aku kehilangan pekerjaan, yang terpenting Mbak Nia dapat di temukan dengan segera."

Gopi pun memutuskan untuk memberitahukan kepada Devan jika dirinya kehilangan Nia.

"Apa?" kejut Pandi, di saat mendengar apa yang baru saja Gopi katakan. "Kenapa kamu bisa ceroboh sih?" geram Pandi dan bergegas mengambil ponselnya untuk menghubungi Devan.

"Ayo, kamu ikut saya." Pandi menutup pintu kamarnya, mengajak Gopi untuk bertemu dengan Devan.

Devan terlihat menggeram kesal, menatap tajam ke arah Gopi yang saat ini sudah menundukkan kepalanya.

"Bagaimana bisa kamu seteledoran itu?" geram Devan kepada Gopi.

"Maafkan saya, Pak. Saya tidak sengaja. Saya hanya meninggalkan Mbak Nia sebentar saja, untuk mengambil kunci kamar," ujar Gopi menjelaskan.

Devan menghela napasnya secara kasar. "Cepat, cari Nia melalui CCTV," titah Devan ke pada Pandi.

"Siap, Pak." Pandi pun mengajak Gopi untuk keluar dari kamar Devan, karena atasannya itu harus mengganti pakaiannya.

Pandi pun mencari penanggung jawab kapal pesiar, meminta izin untuk memeriksa cctv untuk mencari Nia. Tak lupa, mereka mengambil rekaman cctv tersebut untuk di tunjukkan kepada Devan, saat sudah menemukan Nia.

"Bagaimana?" tanya Devan yang sudah melihat Pandi dan Gopi kembali.

Pandi terlihat kebingungan bagaimana cara menjelaskannya kepada Devan. Setelah pria itu selidiki, siapa yang telah menculik Nia, ternyata pria itu bukanlah pria biasa, melainkan dari salah satu penerus perusahaan Moza.

"Kenapa diam?" tanya Devan dengan alis yang terangkat sebelah.

"Apa kamu sudah menemukan Nia?" ulang Devan.

"Sudah, Pak," jawab Pandi gugup.

Devan pun meminta rekaman cctv yang ada di ponsel Pandi.

"Ini, Pak." Dengan ragu, Pandi memberikan ponselnya kepada Devan.

DDevan melihat rekaman cctv tersebut. Betapa marahnya dia di saat melihat adik perempuan satu-satunya di cium oleh seorang pria.

"Dasar brengsek. Temui manager dan minta mereka membuka pintu kamar si brengsek ini," titah Devan yang langsung di angguki oleh Pandi.

"Baik, Pak."

Pandi pun langsung bergegas untuk mencari manager yang bertanggung jawab. Dengan kekuasaan yang mereka miliki, tidak sulit untuk meminta manager tersebut membuka pintu kamar Lucas secara paksa.

Di tempat lain.

"Akkhh ...." Lucas memegangi kepalanya yang berdenyut hebat, di saat dirinya pertama kali membuka mata.

"Tunggu, kenapa tangan gue kebas, ya?" batin Lucas.

Lucas membuka matanya secara perlahan, menoleh ke arah samping kanannya. Betapa terkejutnya Lucas, di saat melihat seorang wanita masih tertidur nyenyak dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya.

"Aaaa ..." kejut Lucas dan menarik lengannya, sehingga membuat wanita yang tidur di sebelahnya terbangun dan terkejut.

"Awww ..." ringis wanita itu sambil memegangi kepalanya yang juga terasa pusing. "Apaan sih, Gop, bisa pelan gak sih!" gerutunya dengan suara yang serak khas bangun tidur.

Lucas langsung memeriksa tubuhnya yang berada di dalam selimut. Sungguh sial, tak sehelai benang pun menutupi singanya. Dan, yang lebih parahnya lagi, wanita yang berada di satu selimut dengannya juga tidak memakai apa pun.

"Aaaa ...." pekik Lucas menutup kembali selimut yang dia buka.

Wanita itu menoleh ke arah Lucas yang berteriak, dari matanya yang cipit, hingga membulat di saat menyadari jika yang tidur di sebelahnya bukanlah Gopi, melainkan pria tak di kenal.

"Aaaaa ...." Nia menarik selimut yang di pegang erat oleh Lucas untuk menutupi singanya, di mana mereka sebenarnya menggunakan selimut yang sama.

"Ngapain lo di sini, hah?" pekik Nia menatap tajam ke arah Lucas. "Ngapain Lo di kamar gue?"

Tapi, di saat dirinya menggeser bokongnya, wanita itu pun meringis pelan, merasakan nyeri yang begitu hebat pada bagian inti tubuhnya yang privasi.

"Seharusnya saya yang tanya, kenapa anda ada di sini?" bentak Lucas balik.

Lucas memperhatikan seluruh ruangan yang mereka tempati saat ini, di mana ruangan itu adalah kamar Lucas.

"Ini adalah kamar saya," sambung Lucas yang mana membuat Nia mengernyitkan keningnya.

Nia pun langsung melihat ke sekeliling kamar yang saat ini dia tiduri. Benar saja, jika kamar itu bukanlah kamar dirinya.

Nia terdiam, dia mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam. Terakhir kali yang Nia ingat adalah jika dirinya diberikan minuman beralkohol tinggi dengan temannya.

Ya, teman yang saat ini akan menjadi musuh Nia. Teman yang sudah menusuknya dari belakang.

"Sialan, ini semua gara-gara alkohol brengsek itu," geram Nia pelan.

Nia kembali berusaha mengingat apa yang terjadi, akan tetapi dia tetap tidak bisa mengingat kejadian selanjutnya. Lalu, bagaimana dirinya bisa ada di sini?

Nia menoleh ke arah Lucas yang saat ini terlihat menyemprotkan dirinya entah dengan apa.

"Pasti lo sengaja memanfaatin kondisi gue semalam, kan?" tuduh Nia, yang mana membuat Lucas menghentikan pergerakannya.

"Apa? Manfaatin kondisi anda?" Lucas tertawa miring. "Atau, jangan-jangan anda yang sudah memasukkan sesuatu ke dalam makan saya?" tuduh Lucas. "Iya kan?"

"Apa? Enak saja kalau tuduh. Lo pasti sengaja membalikkan fakta! Iya kan?" geram Nia mengenggam erat selimut untuk menutupi tubuhnya yang terbuka.

"Apa? Anda pikir saya---"

Ceklek ...

Nia dan Lucas pun menoleh ke arah pintu yang terbuka, di mana terlihat manager kapal pesiar dan juga Devan--abang dari Nia.

"M-Maas Devan?" gugup Nia yang mana membuat Lucas menoleh ke arahnya.

"Kaliaaann---"

Terpopuler

Comments

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

langsung halalin mereka Van

2023-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!