"Jadi, beneran udah ada pacar?"
"Patah hati, deh! Padahal aku udah berharap banget kalau dia nggak punya pacar, walaupun nggak bisa jadi pacarnya, tapi tetap saja rasanya sakit bayangin dia mesra-mesraan sama yang lain."
Yang lain menyahuti dengan canda, "Emangnya kamu siapanya sampai berhak gitu. Gimanapun, cowok seganteng dia emang nggak mungkin masih jomblo."
"Iya sih. Masuk akal banget."
"Malahan kalau belum punya pacar, aneh banget, kan?"
"Oh, jangan-jangan dia selalu dingin dan cuek begitu sama cewek karena dia nggak mau pacarnya mikir dia bakalan selingkuh, lagi?"
Yang lain mendengarkan ucapannya dan kemudian segera mengangguk setuju. Yang berambut pendek membuat pose seolah ia tengah mendekap sesuatu di dadanya dan pipinya bersemu merah muda cerah. "Ahh! Aku juga mau cowok kaya dia, yang bisa jaga diri dari wanita lain dan cuma cinta sama aku."
Suara kikikan mereka cukup keras, dan Ivana yang sejak tadi ada di samping mereka kala ia duduk di bangkunya mengerutkan keningnya dengan samar. Ia menoleh kepada Evie dan bertanya dengan nada penasaran. "Vie, mereka ngomongin soal apa, sih?"
Evie menggelengkan kepalanya saat dia mengalihkan tatapannya dari buku bacaannya. "Eh, aku ga tau Na. Kayanya ngomongin cowok, kan?"
Ivana mengangguk karena apa yang dia dengar memang nampaknya tengah membicarakan soal laki-laki. Tentu saja dilihat juga dari bagaimana pipi mereka bersemu merah muda dan bagaimana mereka semua berbincang dengan sangat semangat.
"Eh, ngomong-ngomong nanti pulang sekolah mau nggak temenin aku beli buku?"
Tidak ingin berlarut dalam masalah apa yang diperbincangkan oleh teman-teman perempuan sekelasnya, Ivana mengalihkan permbicaraan ke topik lain yang membuat semangat Evie segera terangkat juga. Pasalnya, gadis berdarah campuran itu suka sekali jika harus berada di tempat yang banyak buku seperti perpustakaan atau toko buku. Satu-satunya tempat dimana Evie bisa berselam dalam lautan ilmu atau setidaknya, lautan imajinasi.
"Mau!"
Ivana hendak melanjutkan perkataannya kembali ketika Ivana mendengar sebuah nama yang akrab disekitarnya, terdengar lebih berbisik.
"Menurut kalian, pacar Ares dari sekolah ini atau bukan, ya?"
"Sayang banget yang di forum sekolah fotonya cuma dari belakang, jadi nggak kelihatan mukanya."
Ivana menoleh dan memandang mereka yang masih berbisik sebelum menaikkan sebelah alisnya. Ia meraih ponselnya begitu mendengar mereka mengatakan sesuatu tentang forum sekolah. Ivana membuka forum sekolah dan melihat topik terhangat yang ada. Ada sebuah tautan yang menunjukkan sebuah postingan, dengan sebuah foto yang terlampir.
Merasa penasaran dan aneh begitu melihat judul postingan-Apa Benar Ares Sudah Punya Pacar?-Ivana mengklik postingan itu dan detik berikutnya melebarkan matanya.
Ada sebuah foto berlatar belakang restoran mewah didalamnya. Dan objek utama di dalam foto itu tentu saja Ares, dan yang satu lagi, adalah seorang gadis bersurai coklat yang tampak dari belakang. Ivana dapat dengan jelas mengenali sosok itu, karena gadis itu adalah dirinya sendiri. Bukan hanya itu, nampaknya foto itu didapat tepat pada saat dia memberikan hadiah kepada Ares. Karena pencahayaan restoran yang cukup hangat dan remang pada saat itu, kontur wajah Ares nampak melembut, seolah membuat gambaran bahwa dia memasang wajah lembut dan penuh kasih sayang kepada kekasihnya.
Padahal Ivana yang ada disana dengan jelas tahu bahwa Ares bahkan tidak memiliki ekspresi apalagi tatapan lembut!
Ivana menggelengkan kepalanya dan menatap pemandangan ponselnya dengan gugup.
Masalahnya adalah, bagaimana seseorang bisa menebarkan foto seperti itu?
Ivana menoleh kesekitarnya dengan samar dan mengamati situasi selama beberapa waktu. Nampaknya tidak ada yang menyadari bahwa gadis itu adalah dirinya. Bagaimanapun hanya tampak dari belakang, cukup sulit untuk mengetahui seseorang hanya dari siluet belakang.
"Tampaknya aku masih selamat." Batin Ivana.
Jika sampai ketahuan para penggemar Ares, bahkan meskipun dia bukan kekasih Ares, Ivana tidak tahu apa yang akan terjadi kepadanya dimasa depan!
Disisi lain disaat yang hampir bersamaan, Ares melangkah memasuki kelasnya ketika hampir seluruh penghuni kelas menoleh untuk memandangnya. Namun seperti biasanya, Ares hampir tidak memandang mereka dan dengan tenang melangkahkan kakinya menuju bangkunya. Berbeda dengan beberapa kelas lain yang dapat memilih teman sebangkunya, kelas dengan wali kelas seorang guru killer itu membagi tempat duduk sesuai dengan undian. Dan karena kolom tempat duduk sudah dipasang di belakang, mereka tidak bisa mengubah tempat duduk atau mereka akan berakhir mendapatkan hukuman.
Kebetulannya, Ares yang tidak suka banyak bicara atau memang hampir tidak pernah bicara ditempatkan satu meja dengan Joanna.
Gadis yang memang memiliki pembawaan tenang dan tidak berbicara jika tidak penting itu cukup membuat Ares tidak terganggu dengan kehadirannya, ya, kecuali beberapa hal seperti aroma parfumnya yang bagaimanapun cukup menyengat di hidung Ares yang sensitif. Tapi lebih dari itu, bagi Ares, nampaknya lebih baik duduk dengan Joanna daripada yang lain, apalagi Januar-sang sahabat yang luar biasa berisik.
Melihat kedatangan Ares yang segera duduk disebelahnya tanpa kata membuat Joanna meliriknya selama beberapa detik sebelum menarik tatapannya dan kemudian menunduk untuk melanjutkan pekerjaannya di mata pelajaran matematika dan kimia.
"Ares!"
Suara Januar terdengar menggema dikelas begitu Ares mendaratkan pantatnya ke bangku. Sepasang manik hitamnya yang dingin melirik Januar tanpa ekspresi. Sementara Januar segera mengeluarkan serangkaian kalimat sepanjang kereta yang membuat suasana menjadi riuh. "Jelasin ke aku! Kau sudah punya pacar kenapa nggak bilang? Nggak bilang ke orang lain aku bisa maklum, tapi aku sahabatmu dari bayi lho, Res! Wah! Tega banget main rahasia-rahasiaan!"
Januar masuk ke kelas X IPA 1 bukan karena dia begitu pintar, bukan juga karena prestasi akademik dalam mata pelajaran tertentu, namun karena dia punya koneksi.
Orangtuanya berteman dekat dengan kepala sekolah, yang tepatnya bisa dibilang sahabat orangtuanya. Sehingga karena koneksi, Januar bisa mendapatkan lingkungan kelas yang nyaman karena permintaan ayahnya.
Bagaimanapun, Januar juga senang karena bisa sekelas dengan Ares. Tentu saja dengan tujuan menyalin semua pekerjaan rumahnya dan menanyakan gosip terbaru tentangnya.
"Januar, maaf. Boleh tolong dikecilkan suaranya? Aku lagi ngerjain soal dan suara keras kamu agak ganggu."
Bukannya Ares yang menjawab, namun Joanna yang merespon. Suasana kelas X IPA 1 memang selalu tenang karena memang biasanya hampir sebagian besar dari mereka belajar agar dapat mempertahankan diri tetap berada di kelas tersebut. Namun juga ada beberapa pembuat kebisingan, salah satunya adalah Januar.
Kebanyakan orang yang sedang belajar terkadang terganggu dengan kebisingan yang dibuat oleh beberapa orang, namun mereka tidak berani menegur dan diam-diam menggerutu marah didalam hati. Namun Joanna adalah tipe yang diajarkan untuk berterus terang untuk sesuatu yang salah. Makanya Joanna dengan berani menegur Januar yang berisik.
"Oh, maaf! Aku nggak maksud buat berisik."
Januar mengatupkan tangannya dan tersenyum malu. "Aku bakalan ngomong lebih pelan."
Joanna menatapnya selama dua detik, menaikkan kacamatanya dan kembali menunduk untuk menenggelamkan dirinya pada soal-soal.
Memastikan bahwa Joanna nampaknya tidak marah atau terganggu lagi, Januar mendekat ke Ares dan berkata dengan suara rendah. "Jangan pikir aku lupa ya, Res. Jadi gimana? Sejak kapan kau punya pacar? Kenapa nggak bilang-bilang?"
"Dari sekolah ini, kah? Dari kelas ini bukan? Atau kelas lain?"
Tidak mendapatkan respon dari Ares, Januar berdecak kesal dan hendak bertanya lagi ketika Ares menatapnya tajam dan berucap, "Kalau kau sudah tau, mau apa?"
Mendengar pertanyaan Ares, Januar segera memikirkannya. Mau apa? Ya mau menebarkan gosip dan menebarkan berita tentang kekasih Ares, lah! Bukannya luar biasa jika bisa tahu gadis seperti apa yang bisa membuat kulkas dua pintu itu luluh?!
"Ya pasti ngasih tahu orang lain, lah!"
"Terus?" tanya Ares dingin.
Terus?
Ya terus ... terus apa?
Januar mendengus dan bergumam pada akhirnya. "Pelit banget, huh!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments