ATOTFS 5: Si Kelinci Aneh

Terik matahari yang panas menyapa kulit para remaja yang pada saat itu tengah dipanggang dilapangan, selayaknya ikan asing yang tengah dijemur.

"Jaga punggungmu tetap tegap!"

"Bagaimana posisi tanganmu?! Kau pikir sudah benar!?"

"Mata fokus kedepan bukan kebawah! Apa kau fokus melihat pantat teman didepanmu, hah!"

Ditengah panas dan rasa lelah berdiri di lapangan, suara pendamping yang terus menerus terdengar mengoreksi mereka yang salah dalam melakukan posisi berdiri tegap. Suasana semakin tegang, dan tak jarang menemukan beberapa wajah yang pucat dan memerah, antara malu, kesal dan letih setelah hampir dua jam dijemur setelah jam istirahat berakhir.

Diantara remaja-remaja kelelahan, Ivana adalah yang paling terlihat tidak baik.

Wajahnya pucat, dengan keringat yang tidak berhenti mengalir dari pelipis dan berakhir dilehernya yang kini mengkilat oleh keringat. Karena melewatkan jam makan siang yang seharusnya menjadi kondisi dimana dia memulihkan energinya dengan makanan setelah sebelumnya energinya dikuras habis oleh kegiatan baris berbaris, kini Ivana harus merasakan efek kekurangan energi karena tidak sempat mengisi perutnya pada jam istirahat. Kepala Ivana terasa pusing dan tubuhnya lemah. Namun, Ivana masih mencoba menyesuaikan posturnya agar tidak terkena arahan dari pembimbing yang merupakan anggota OSIS SMA Galatia.

Disebelah Ivana, Evie menyadari keanehan Ivana.

"Na, gapapa?" bisik Evie.

Ivana menoleh samar dan tersenyum tipis. Bibir pucatnya bergerak untuk berbicara. "Gapapa, Vie."

"Yakin gapapa? Kalau nggak kuat, aku panggilkan kakak OSIS biar kamu dibawa mundur, ya?"

Ivana hendak menolak ketika ia mendengar sebuah suara menginterupsi keduanya.

"Kenapa kalian?! Ngobrol?"

Seorang perempuan yang merupakan salah satu anggota OSIS mendekati keduanya dan menyilangkan tangan didepan dada dengan ekspresi galak. Keningnya mengerut begitu melihat sosok Ivana dan Evie. "Dari tadi kalian ngobrol terus! Tidak niat ikut pelatihan? Pulang saja sana!"

Evie dengan sopan mencoba menjelaskan. "Maaf, kak. Tadi teman saya keliahatan kurang sehat, jadi saya tanya apa teman saya baik-baik saja."

"Siapa yang suruh kamu bicara?!"

Mendengar sentakan itu, Evie menciut dan ia menunduk. Evie mengepalkan tangannya menahan rasa sakit hati dibentak hanya karena mencoba menjelaskan mengapa ia berbisik dengan Ivana. Ia bahkan sudah berbicara dengan nada sopan dan rendah hati, namun anggota OSIS tersebut justru membentaknya dan sama sekali tidak memiliki sedikit saja keramahan.

"Bel, ada apa sih?"

Seorang anggota OSIS lain datang mendekat dan bertanya dengan suara yang lebih pelan. Abela menoleh dan mendengus dengan kesal. "Mereka ketahuan mengobrol dan justru melawan saat diberi tahu."

Evie mendongak dan menatap Abela dengan tatapan tidak terima. Bagaimanapun, ia bahkan tidak melawan dan mencoba menjelaskan situasinya, namun Abela justru dengan tegas menargetkan mereka seolah memiliki dendam pribadi dengan keduanya. Evie berkata, "Maaf kak. Saya tidak bermaksud melawan. Saya hanya berusaha menjelaskan bahwa saya bukan mengobrol, namun saya mengkhawatirkan keadaan teman saya. Saya melihat ekspresinya nampak salah dan maka dari itu saya menanyakan keadaannya, bukannya mengobrol."

Sembari berkata, Evie menunjuk Ivana.

Abela memarahi Evie lagi, namun pemuda disamping Abela menoleh menatap Ivana. Barulah pada saat itu, pemuda itu mengerutkan kening begitu melihat ekspresi Ivana yang salah. "Hei, kamu gapapa?"

Pada detik berikutnya, Ivana yang sejak tadi pening dan berkunang-kunang pada akhirnya tidak bisa menahan dirinya, dan pingsan.

...***...

Melangkah memasuki bangunan rumahnya, Ivana berjalan dengan gontai. Tiap langkahnya terasa berat dan bahkan ekspresi letih diwajahnya yang kuyu karena keringat tidak bisa disembunyikan. Hari ini benar-benar hari yang berat. Sudahlah ia kelaparan dan bahkan sampai pingsan. Belum lagi dia membuat Evie bermasalah dengan OSIS yang menyebalkan.

"Mana adek kakak yang pingsan?!"

Memasuki area ruang keluarga, kata-kata itu masuk ke pendengaran Ivana. Ivana cemberut dan memandang sang kakak laki-laki yang sedang duduk disofa sembari menikmati camilan kering didalam toples kaca. Wajahnya tampan, namun sekarang dihiasi oleh ekspresi mengejek jahil yang memang selalu dimiliki oleh Arjuna jika berhadapan dengan Arjuna.

"Bang Arjun mau pingsan juga? Vana bantu."

Arjuna dengan santai mengedikkan bahunya dan berujar, "Abang kan strong, ga kaya adek, lemah."

Ivana tanpa kata melemparkan tasnya kepada Arjuna yang dengan sigap menahan tas yang terlempar ke arahnya, sementara pelaku pelemparan tas sudah dengan tenang menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua.

Membuka pintu kamarnya dan masuk, Ivana mengambil handuk dari tempat gantungan dan segera mencuci muka sebelum kembali ke kamarnya dan langsung berbaring di sofa di kamarnya. Karena begitu kelelahan, tidak sampai lima menit, Ivana sudah terlelap kedalam alam mimpi dengan masih mengenakan seragam olahraga yang dikenakannya sejak pagi.

Disisi lain, pemuda itu menghentikan sepeda motornya di garasi rumahnya. Ares melangkah turun dan berjalan memasuki rumahnya untuk bertemu dengan sang mama yang tengah mencuci peralatan makan yang akan ditata selepas dikeluarkan dari kardus. Melihat sang putra, Ardila dengan tenang menyapanya sembari tersenyum.

"Sudah pulang, nak?"

Ares hanya mengangguk samar sembari meletakkan paper bag ditangannya ke atas meja.

"Oh, syukurlah bekalnya sampai. Maaf ya, nak. Mama tadi benar-benar kelupaan naruh bekalnya kedalam tas. Untung saja Ivana belum berangkat, jadi mama masih sempat menitipkan bekal ke Ivana."

Ardila bertanya dengan penasaran. "Tadi bagaimana Ivana ngasih bekalnya? Sekalian berkenalan, kan?"

Ares memandang Ardila dengan tanpa ekspresi, sebelum dia berbicara dengan nada datar yang selalu ia gunakan dimanapun dan kapanpun, bahkan pada siapapun.

"Aku capek, mau istirahat."

Melihat putranya tidak ingin mengatakan apapun, Ardila hanya bisa tersenyum pasrah. Nampaknya harapannya agar Ares bisa berteman dengan orang lain dan bisa membuka dirinya pada orang lain masih sangat jauh. Ardila harus minta maaf pada Ivana jika Ares tidak mengatakan apapun pada Ivana. Disisi lain, Ares yang tengah melangkah menaiki tangga dengan wajah dingin mengingat perkataan sang mama.

Mau tak mau, Ares mengingat kejadian sewaktu disekolah berjam-jam yang lalu.

Ketika ingatannya menampilkan topi, kacamata dan masker kelinci, sudut bibir Ares mau tak mau sedikit terangkat dengan samar.

Hanya ada satu kata dibenaknya.

——kelinci aneh.

Episodes
1 Tetangga Baru
2 ATOTFS 2: Ares Dan Ardila
3 ATOTFS 3: Bekal Makan Siang
4 ATOTFS 4: Gerak Gerik Mencurigakan
5 ATOTFS 5: Si Kelinci Aneh
6 ATOTFS 6: Berangkat Bareng Ares
7 ATOTFS 7: Kenapa Harus Ares?
8 ATOTFS 8: Memang Layak
9 ATOTFS 9: Telpon Dan Permen
10 ATOTFS 10: Ares Dipalak?
11 ATOTFS 11: Plester Kelinci Dan Kelas
12 ATOTFS 12: Pura-Pura Tidak Kenal
13 ATOTFS 13: Rumor Baru Soal Ares
14 ATOTFS 14: Takut Anjing?
15 ATOTFS 15: Pertunangan?
16 ATOTFS 16: Jam Tangan
17 ATOTFS 17: Ivana Kecewa
18 ATOTFS 18: Pacar Ares
19 ATOTFS 19: Aira Dihukum
20 ATOTFS 20: Kemarahan Aira
21 ATOTFS 21: Apartement Asing
22 ATOTFS 22: Janjian Pulang Bareng
23 ATOTFS 23: Uang Pacar
24 ATOTFS 24: Pertengkaran
25 ATOTFS 25: Tidak Suka Diabaikan
26 ATOTFS 26: Lihat Pacarnya Ares
27 ATOTFS 27: Ketegangan Di Rumah
28 ATOTFS 28: Dibalik Senyuman
29 ATOTFS 29: Setelah Pulang Sekolah
30 ATOTFS 30: Mereka Mafia?
31 ATOTFS 31: Keputusan Dadakan
32 ATOTFS 32: Ke Pantai Sama Tetangga
33 ATOTFS 33: Tawa Yang Lama Hilang
34 ATOTFS 34: Foto Bertiga
35 ATOTFS 35: Joanna Juga Mau
36 ATOTFS 36: Apa Hubungan Kalian?
37 ATOTFS 37: Jeda Acara Makan
38 ATOTFS 38: Ares, Aku Takut!
39 ATOTFS 39: Percaya Dan Setipis Tali
40 ATOTFS 40: Tugas Pertama
41 ATOTFS 41: Godaan
42 ATOTFS 42: Pernyataan Cinta
43 ATOTFS 43: Ciuman Tidak Langsung
44 ATOTFS 44: Roan
45 ATOTFS 45: Aku Peduli
46 ATOTFS 46: Aku Ingin Melihatnya
47 ATOTFS 47: Seperti Pangeran
48 ATOTFS 48: Kecelakaan Lomba
49 ATOTFS 49: Kamu Menangis?
50 ATOTFS 50: Target Baru?
51 ATOTFS 51: Pasangan Ivana
52 ATOTFS 52: Hanya Aira
53 ATOTFS 53: Hadiah Dari Ardila
54 ATOTFS 54: Bos Yang Baik
55 ATOTFS 55: Datang Bersama
56 ATOTFS 56: Jangan Takut
57 ATOTFS 57: Ga Peka
58 ATOTFS 58: Uwu Sampai Kabur
59 ATOTFS 59: Joanna Ingin Perubahan
60 ATOTFS 60: Membawamu Kebanyak Tempat
61 ATOTFS 61: Tak Mau Pulang
62 ATOTFS 62: Cantik Yang Mana?
63 ATOTFS 63: Ayo Ikut
64 ATOTFS 64: Pertama Kali Bolos
65 ATOTFS 65: Suka Dan Tutor
66 ATOTFS 66: Joanna Kenapa?
67 ATOTFS 67: Rencana Jenguk
68 ATOTFS 68: Orang Tua Yang Ketat
69 ATOTFS 69: Akan Aku Gendong
70 ATOTFS 70: Masalah Yang Menanti
71 ATOTFS 71: Ajakan Kemah
72 ATOTFS 72: Bertemu Kenalan Di Club
73 ATOTFS 73: Hutang Budi
74 ATOTFS 74: Ada Aku
75 ATOTFS 75: Sampai Di Tempat Kemah
76 ATOTFS 76: Mau Aku Pijat?
77 ATOTFS 77: Bukan Anak Bermasalah
78 ATOTFS 78: Jangan Menutupi Isak Tangismu
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Tetangga Baru
2
ATOTFS 2: Ares Dan Ardila
3
ATOTFS 3: Bekal Makan Siang
4
ATOTFS 4: Gerak Gerik Mencurigakan
5
ATOTFS 5: Si Kelinci Aneh
6
ATOTFS 6: Berangkat Bareng Ares
7
ATOTFS 7: Kenapa Harus Ares?
8
ATOTFS 8: Memang Layak
9
ATOTFS 9: Telpon Dan Permen
10
ATOTFS 10: Ares Dipalak?
11
ATOTFS 11: Plester Kelinci Dan Kelas
12
ATOTFS 12: Pura-Pura Tidak Kenal
13
ATOTFS 13: Rumor Baru Soal Ares
14
ATOTFS 14: Takut Anjing?
15
ATOTFS 15: Pertunangan?
16
ATOTFS 16: Jam Tangan
17
ATOTFS 17: Ivana Kecewa
18
ATOTFS 18: Pacar Ares
19
ATOTFS 19: Aira Dihukum
20
ATOTFS 20: Kemarahan Aira
21
ATOTFS 21: Apartement Asing
22
ATOTFS 22: Janjian Pulang Bareng
23
ATOTFS 23: Uang Pacar
24
ATOTFS 24: Pertengkaran
25
ATOTFS 25: Tidak Suka Diabaikan
26
ATOTFS 26: Lihat Pacarnya Ares
27
ATOTFS 27: Ketegangan Di Rumah
28
ATOTFS 28: Dibalik Senyuman
29
ATOTFS 29: Setelah Pulang Sekolah
30
ATOTFS 30: Mereka Mafia?
31
ATOTFS 31: Keputusan Dadakan
32
ATOTFS 32: Ke Pantai Sama Tetangga
33
ATOTFS 33: Tawa Yang Lama Hilang
34
ATOTFS 34: Foto Bertiga
35
ATOTFS 35: Joanna Juga Mau
36
ATOTFS 36: Apa Hubungan Kalian?
37
ATOTFS 37: Jeda Acara Makan
38
ATOTFS 38: Ares, Aku Takut!
39
ATOTFS 39: Percaya Dan Setipis Tali
40
ATOTFS 40: Tugas Pertama
41
ATOTFS 41: Godaan
42
ATOTFS 42: Pernyataan Cinta
43
ATOTFS 43: Ciuman Tidak Langsung
44
ATOTFS 44: Roan
45
ATOTFS 45: Aku Peduli
46
ATOTFS 46: Aku Ingin Melihatnya
47
ATOTFS 47: Seperti Pangeran
48
ATOTFS 48: Kecelakaan Lomba
49
ATOTFS 49: Kamu Menangis?
50
ATOTFS 50: Target Baru?
51
ATOTFS 51: Pasangan Ivana
52
ATOTFS 52: Hanya Aira
53
ATOTFS 53: Hadiah Dari Ardila
54
ATOTFS 54: Bos Yang Baik
55
ATOTFS 55: Datang Bersama
56
ATOTFS 56: Jangan Takut
57
ATOTFS 57: Ga Peka
58
ATOTFS 58: Uwu Sampai Kabur
59
ATOTFS 59: Joanna Ingin Perubahan
60
ATOTFS 60: Membawamu Kebanyak Tempat
61
ATOTFS 61: Tak Mau Pulang
62
ATOTFS 62: Cantik Yang Mana?
63
ATOTFS 63: Ayo Ikut
64
ATOTFS 64: Pertama Kali Bolos
65
ATOTFS 65: Suka Dan Tutor
66
ATOTFS 66: Joanna Kenapa?
67
ATOTFS 67: Rencana Jenguk
68
ATOTFS 68: Orang Tua Yang Ketat
69
ATOTFS 69: Akan Aku Gendong
70
ATOTFS 70: Masalah Yang Menanti
71
ATOTFS 71: Ajakan Kemah
72
ATOTFS 72: Bertemu Kenalan Di Club
73
ATOTFS 73: Hutang Budi
74
ATOTFS 74: Ada Aku
75
ATOTFS 75: Sampai Di Tempat Kemah
76
ATOTFS 76: Mau Aku Pijat?
77
ATOTFS 77: Bukan Anak Bermasalah
78
ATOTFS 78: Jangan Menutupi Isak Tangismu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!