"Mama! Motor Vana nggak mau nyala!"
Di halaman depan, Ivana berteriak memanggil sang mama sembari mencoba menyalakan motor maticnya yang entah mengapa tiba-tiba membuat masalah dengannya. Mengenakan baju putih berlengan pendek dan celana training bergaris putih, Ivana mengoba mendorong pegas motor menggunakan sepatu nike putih.
Miranda yang mendengar suara Ivana menyeka tangannya dari air, dan ia melangkah keluar dari dapur menuju halaman depan.
"Ada apa, Na?" tanya Miranda.
Ivana menoleh kearah Miranda dengan panik. "Ma, motor Vana ga mau nyala."
Miranda menyaksikan Ivana mencoba menyalakan motornya, namun tetap tidak bisa. Ivana melihat jam tangan yang melingkar di tangannya dan berucap, "Mana papa dan kak Arjun udah berangkat kerja lagi. Vana pesan ojek online aja, ya?"
Miranda terdiam selama beberapa saat sebelum menghentikan Ivana yang hendak memesan taksi online. Miranda dengan tenang menarik Ivana menuju rumah seberang setelah menyelipkan helm Ivana ke dalam pelukan gadis itu. Ivana yang ditarik tiba-tiba belum bisa bereaksi sebelum maniknya melebar dengan firasat buruk ketika Miranda dengan santai menekan bel rumah Ardila.
Ting .... Tong ...
"Ma, ngapain kita kesini?" tanya Ivana.
Miranda menunjuk motor sport merah di halaman dan berkata, "Ares belum berangkat. Kamu menumpang Ares saja, toh searah."
Ivana menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, ma. Vana pesan ojek online saja. Vana nggak enak mau bareng sama Ares."
Miranda mengabaikan ucapan Ivana dan dengan tenang menunggu pintu dibuka oleh Ardila yang sudah sampai di seberang pintu. Begitu pintu dibuka, Miranda dengan riang berkata kepada Ardila. "Dek, mau nitip Vana biar bareng sama Ares boleh? Soalnya motor Vana mogok."
Mendengar perkataan Miranda membuat Ardila tersenyum dan dengan ramah mengangguk. "Boleh dong, mbak!"
Ardila menoleh pada Ivana dan berucap, "Sebentar ya, Na. Tante panggilkan Ares sebentar."
Ivana tersenyum canggung dan mengangguk. "Iya tante."
Begitu Ardila meninggalkan pintu depan, Ivana buru-buru merogoh bagian dalam tasnya dan menemukan satu pack masker yang sama-sama bermotif kelinci dan memakainya, sebelum mengenakan helm. Ivana juga tidak lupa mengambil kacamata bundar dan segera memakainya. Miranda hendak bertanya kepada Ivana jam berapa ia akan pulang ketika ia terkejut mendapati penampilan putrinya yang seketika berubah.
"Vana, kenapa pakai kacamata dan masker seperti itu?" tanya Miranda heran.
Ivana menjawab dengan tenang. "Banyak debu di jalan ma."
Mendengarkan alasan Ivana, Miranda menepis keheranannya dan menganggukkan kepalanya dengan tenang sembari menunggu Ardila kembali. Melihat bahwa Miranda tidak bertanya lebih lanjut, Ivana merasa tenang. Tidak mungkin ia berkata kepada mamanya bahwa penampilannya adalah kamuflase baginya untuk menghindari terlihat oleh fans fanatik Ares.
Lima menit kemudian, Ardila kembali bersama dengan Ares dibelakangnya.
Pemuda itu mengenakan baju putih polos dan celana training putih panjang. Bawahannya, mengenakan sneaker. Diluarannya, Ares mengenakan jaket baseball warna biru gelap dengan lengan berwarna putih yang nampak sangat modis ditubuh atletisnya.
"Ares, ini tante Miranda."
Ardila memperkenalkan Miranda kepada sang putra. Ares dengan tenang membuka suaranya dan memperkenalkan dirinya sendiri dengan nada datar. "Ares, tante."
Miranda tertegun melihat penampilan Ares dan kemudian tersenyum didetik berikutnya. "Wah, Ares ganteng sekali ya."
Yang dipuji jusru diam dan Ardila yang merespon. Manik Ares bergerak dan jatuh pada sosok di belakang Miranda.
Manik Ares sedikit menyipit dan mau tak mau membatin. "Masih aneh."
Pada akhirnya setelah berbasa-basi, Ivana harus menerima nasibnya untuk menumpang pada Ares. Dibawah tatapan dua wanita yang berdiri berdampingan didepan rumah Ardila, Ivana melirik Ares yang sudah duduk dengan tenang dimotornya. Ivana melangkah mendekat dengan ragu dan mencoba naik ke motor Ares.
Pada percobaan pertama, Ivana gagal naik karena ia tidak bisa naik dan tidak berani memegang Ares. Pada percobaan kedua, Ivana mulai meneguk ludah dengan malu karena ia tetap tidak bisa naik. Dan pada percobaan ketika, Ardila yang menonton dari belakang tidak bisa menahan kesabarannya dan berkata kepada Ivana.
"Vana, naiknya sambil pegang bahunya Ares. Kalau tidak pegangan, susah naiknya."
Ivana mengerakkan kepalanya yang menandakan ia mengerti. Namun begitu ia melirik Ares kembali, keberaniannya menciut. Ivana diam selama dua detik sebelum mengeratkan gigi dan berbisik diantara giginya.
"Maaf."
Sebelum ia meraih bahu Ares sebagai bantuannya untuk naik ke motor tinggi Ares. Setelah gerakan cepat naiknya, Ivana menarik tangannya menjauh dari bahu Ares yang tidak bereaksi sama sekali. Ivana memperhatikan responnya dan dengan samar menghela nafas dengan lega. Ivana menoleh dan melambaikan tangannya kearah Miranda dan Ardila, seolah berpamitan saat motor Ares mulai bergerak menjauhi area perumahan itu.
Kemudian di sepanjang jalan, Ivana duduk tegak bak patung dan bahkan tidak berani menggerakkan ujung jarinya.
...***...
Sepuluh menit kemudian, motor merah itu berhenti di parkiran SMA Galatia. Begitu motor berhenti, Ivana segera melompat turun dari motor. Tentu saja ia menggunakan bantuan bahu Ares lagi, namun seperti memegang bara api, Ivana dengan segera melepasnya dalam hitungan detik.
"Itu .... makasih."
Ivana berucap dengan ragu, hanya untuk mendengar deheman Ares sebagai balasan untuk ucapan terimakasihnya. Ivana melirik Ares yang dengan tenang melepaskan helmnya dan mau tak mau berpikir apakah dia tidak mendengar ucapan terimakasihnya. Ivana hendak berucap sekali lagi ketika maniknya tidak sengaja menangkap beberapa orang yang nampak melihat kearah keduanya.
"Itu Ares, kan?"
"Iya, Ares. Tapi, siapa yang dia disebelahnya, ya?"
"Jangan bilang Ares udah ada pacar."
"Hah? Pacarnya Ares? Seriusan? Bukannya katanya dia dingin banget? Seriusan udah ada pacar?"
"Eh, enak banget! Siapa yang dibonceng Ares itu?"
Ivana tiba-tiba membeku.
Jangan bilang diantara mereka ada salah satu fans fanatiknya Ares?
Atau jangan-jangan semuanya?!
Ivana meneguk ludahnya dan kemudian didetik berikutnya berbalik dan berjalan menjauh dengan sangat cepat, seolah ia tengah dikejar sesuatu yang mengerikan. Dibelakangnya, Ares yang meletakkan helm hitamnya diatas motornya melirik kepergian Ivana dengan sebelah alis yang agak terangkat.
Ares melangkah turun dan berjalan menjauh dari parkiran dengan satu pikiran yang bergema dikepalanya.
——lagi-lagi kabur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments