Ivana melajukan motornya disepanjang jalan menuju perumahannya. Karena mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran yang dia suka dan dia kuasai dengan baik, Ivana mengerjakan ujian dengan cepat dan tanpa ragu, sehingga setelah Ares yang selalu pertama keluar, Ivana juga keluar.
Ivana hendak melewati tikungan di dekat area pertokoan ketika manik Ivana menangkap sesuatu yang membuatnya tanpa sadar menghentikan motornya dipinggir jalan. Ivana menyipitkan matanya untuk memandang pemandangan didepannya lebih jelas, sebelum maniknya melebar dengan penuh kejutan.
Di dekat sebuah gang diantara dua toko yang pada saat itu sedang sepi pelanggan, Ivana melihat seorang pemuda tengah berdiri didekat dinding. Dihadapannya, ada lima atau enam orang yang memiliki penampilan mirip seperti preman.
"Beneran Ares, dong!" gumam Ivana.
Ivana turun dari motornya selepas mencabut kunci dan meletakan helm diatas spion. Ivana diam-diam mendekati gang dimana Ares tengah berhadapan dengan tiga preman yang nampaknya tidak berniat baik-baik. Dengan penampilan Ares yang memang sangat kentara aura orang kayanya, Ivana dapat dengan mudah meyakini jika para preman itu ingin memalak Ares yang mungkin sedang mampir untuk membeli sesuatu di toko yang ada di dekat gang.
Ivana hendak memikirkan bagaimana ia bisa membantu Ares, ketika detik berikutnya ia tertegun saat melihat Ares mengayunkan kakinya dan menendang perut salah satu preman yang ada didekatnya hingga membuat preman itu terdorong kebelakang dan menabrak tempat sampah hingga terbalik. Bukan hanya Ivana yang terkejut, sekelompok preman itu juga terkejut bukan main. Ketika mereka mencegat pemuda yang diberitahu untuk diberi pelajaran, mereka berpikir bahwa dengan penampilan mereka yang sangar, Ares akan ketakutan dan berlutut sembari memohon pengampunan, kemudian mereka mengirimkan video tersebut kepada orang yang menyuruh mereka dan mendapatkan uang setelahnya.
Namun, perkembangan apa ini?
Memandang sekumpulan preman yang linglung didepannya, Ares dengan tenang menurunkan kakinya. Tatapannya dingin dan tanpa ekspresi.
Mendapati rekan mereka di lemparkan dengan tendangan begitu saja, mereka menjadi marah dan bergegas menyerang Ares bersamaan. Ivana yang memperhatikan dengan cemas dari balik dinding merasa bahwa apa yang dilihatnya benar-benar merupakan pertarungan yang seharusnya tidak adil, namun ajaibnya, bukannya pihak bertangan banyak yang menang, namun pihak bertangan dua yang lebih unggul dan bahkan mendominasi.
Karena bertarung menggunakan insting, Ares mengayunkan tinjunya dan kakinya dengan agresif. Gerakannya tidak teratur, namun setiap ayunannya memiliki kekuatan maksimal sehingga membuat korban yang terkena serangannya langsung ambruk ditanah. Kendati demikian, dengan hanya mengandalkan dua tangan ditengah pertempuran melawan banyak lawan, tentu saja tidak terhindarkan bagi Ares untuk mendapatkan pukulan di beberapa bagian tubuhnya, bahkan juga wajahnya.
Salah satu dari antara preman yang terbaring di tanah perlahan bangkit berdiri. Ia menggelengkan kepalanya sesaat untuk mengusir rasa pusing. Melihat bahwa rekannya yang lain masih berusaha keras untuk mengalahkan Ares, pria yang sekiranya berusia diatas dua puluh tahun itu mengambil sebatang kayu dari tempat sampah disampingnya dan hendak berlari kearah Ares.
Ivana menyaksikan krisis itu dan sebelum otaknya bereaksi, tubuhnya terlebih dahulu bergerak. Ia mengulurkan tangannya, menahan kaki pria itu sehingga membuat pria itu tersandung dan terjatuh tengkurap dengan wajah menghantam tanah keras.
Ada suara retakan diiringi suara jeritan yang membuat Ivana tertegun ditempatnya.
Sepertinya dia berhasil mematahkan hidung seseorang.
Dua orang yang masih berurusan dengan Ares terhenti kala mendengar lolongan penuh kesakitan itu. Mereka menoleh setelah memberi jarak pada Ares dan tersentak marah mendapati sosok Ivana memegangi sebelah kaki pria yang berguling-guling ditanah sembari memegangi hidungnya yang mengeluarkan hampir seliter darah. Melihat tatapan yang diarahkan padanya, Ivana bangkit berdiri setelah melepaskan kaki pria itu dan memandang mereka dengan senyuman canggung.
"Anu, aku ... aku tidak sengaja lewat."
"Kau pikir kami bodoh, hah?"
Salah satu dari mereka dengan marah tersenyum dan hendak mendekati Ivana ketika sebuah kekuatan dari belakang menyeret kerah bajunya dan melemparkannya ke sudut dengan kasar, bahkan sebelum ia bisa bereaksi.
Ivana memandang Ares yang nyaris seperti melakukan pembantaian. Ivana meneguk ludahnya dengan kasar dan dengan sadar diri mundur, mencari tempat aman, sampai lima menit kemudian, Ares menyeka darah yang terciprat diwajahnya dengan punggung tangannya dan melihat dengan dingin preman terakhir yang dijatuhkannya.
Melihat pertarungan sudah selesai, Ivana memberanikan diri bertanya, "Itu .... kamu gapapa?"
Ares melirik Ivana dan mengerutkan keningnya.
"Kenapa disini?"
"Hah?"
Ivana membeo terkejut mendengar pertanyaan balik Ares. Ivana segera berkata, "Aku lihat kamu di gang, aku pikir kamu mau dipalak."
Ares hendak mengatakan sesuatu ketika samar ia mendengar sesuatu dari jauh. Sirine mobil polisi. Ares menoleh bersamaan dengan Ivana yang dengan sadar diri menjelaskan. "Aku tadi sempat telpon polisi."
Ares tidak mengatakan apapun lagi dan dengan tenang meraih tasnya yang teronggok ditanah. Ia melirik Ivana sembari berjalan keluar dari gang. "Ayo."
"Oh, iya."
Ivana mengikutinya dibelakangnya sembari menoleh kekanan dan kekiri. "Motor kamu kemana?"
"Dicuri."
"Oh, dicuri." Detik berikutnya, manik Ivana melebar. "Dicuri?!"
Maksudnya motornya yang super mahal itu dicuri, dan nada bicara bahkan ekspresinya bahkan tidak berubah? Ivana memandang Ares dengan sedikit tidak percaya dan tertekan. Ivana cukup tahu bahwa Ares berasal dari keluarga kaya raya, dilihat bagaimana penampilannya dan Ardila yang selalu tampil dengan pakaian dan barang-barang branded, belum lagi rumah yang direnovasi semewah dan semegah itu.
"Kunci."
Ivana tertegun dan tanpa sadar menyerahkan kunci motornya kepada Ares. Saat dia menyadari tindakannya, Ares sudah duduk di motor matic miliknya. Ivana terdiam selama beberapa detik dan memikirkan apa yang terjadi. Jarak dari rumahnya dan lingkungan pertokoan ini masih cukup jauh. Menggunakan kendaraan bisa memakan waktu tujuh menit, namun berjalan kaki bisa memakan waktu lebih lama.
Tentu saja jelas bahwa Ares menumpang. Lagipula, rumah mereka juga jelas berseberangan.
Dan, Ares sudah pernah memberinya tumpangan, cukup adil bahwa Ares bisa menumpang balik kepadanya.
Namun, melihat sosok tinggi tegap yang duduk diatas motor matic yang memang ukurannya didesain kecil dan feminim itu membuat Ivana merasa geli didalam hatinya. Dilihat dari sudut manapun, nampak lucu saja melihat Ares menaiki motornya. Kakinya yang panjang bahkan benar-benar menapak di tanah dan lututnya menekuk.
"Pakai."
"Oke."
Menerima helm yang diserahkan oleh Ares yang sebenarnya adalah helm-nya sendiri, Ivana mengenakannya dan kemudian duduk di bagian belakang jok motor. Setelahnya, Ares mulai mengendarai motor milik Ivana melewati jalan lenggang untuk menuju perumahaan dimana keduanya tinggal.
Disisi lain, polisi yang meringkus para pereman itu dengan segera melakukan interogasi kepada para pelaku, yang diduga melakukan tindakan intimidasi dan kekerasan kepada seorang siswa sekolah menengah atas laporan dari Ivana. Petugas yang duduk diseberang memukul meja dengan wajah marah yang membuat para preman tersentak kaget dan takut. Bagaimanapun, meskipun mereka berpura-pura menjadi harimau di luaran sana, di hadapan para polisi, mereka tidak lebih dari tikus yang penakut.
"Jelaskan alasannya!"
"Ka-kami hanya disuruh, pak! Kami disuruh untuk memberi pelajaran kepada seorang siswa SMA dan kami akan diberi imbalan jika berhasil mendapatkan video anak itu memohon ampun."
Seorang dari mereka yang terlampau pengecut segera menjawab. Polisi mengerutkan keningnya dan bertanya, "Siapa yang menyuruh?!"
Para preman memandang dengan ragu, namun kembali tersentak saat polisi memukul meja dan berteriak dengan marah. "Jawab!"
Pada akhirnya, mereka membuka suaranya dan menjelaskan situasi dan kronologi yang terjadi sebelum mereka melancarkan aksi mereka untuk mencoba mengintimidasi Ares, yang justru berujung dengan kekalahan telak mereka, bahkan bisa terancam menerima hukuman penjara atau denda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments