ATOTFS 13: Rumor Baru Soal Ares

"Gimana, kalian berdua udah dapat teman baru?" tanya Ivana kepada Joanna dan Aira.

Di jam istirahat, keempat sahabat itu duduk disebuah meja persegi di kantin, yang memang biasanya hanya berisi empat orang. Duduk saling berhadapan, Ivana menjadi yang pertama bertanya begitu mereka sudah menempati masing-masing bangku kosong.

Joanna yang diseberangnya berucap, "Bisa dibilang hanya kenalan. Untung gambaran teman, kelas X IPA 1 sepertinya lebih senang menganggap murid pintar sebagai saingan."

Ivana berkata dengan prihatin. "Kelas kita benar-benar berbeda. Bukan hanya ruang kelas, namun kelas sosial juga sudah lain."

"Iya, kita aja kayanya sudah dapat hampir semua nomor anak di kelas X IPA 3 ya, Na?" sahut Evie dibalas anggukan kepala oleh Ivana.

"Yup." Ivana mengalihkan tatapannya pada Aira. "Kalau Ai gimana?"

Aira mengalihkan tatapannya dari ponselnya dan menjawab dengan santai. Seperti biasanya, ia memang selalu menanggapi setiap perihal yang terjadi di hidupnya secara santai, atau setidaknya yang ada dipermukaan. "Sama kaya imagenya. Kelasku benar-benar berisi perundung dan orang-orang nyebelin."

"Eh? Emang masih zaman ya, bully-bully gitu? Tapi kamu gimana? Kamu ga diganggu, kan?" tanya Evie khawatir.

Aira dengan sombong menyeringai. "Ga perlu ditanya. Mereka bakal tahu siapa bosnya."

Aira adalah pemegang banyak medali dari berbagai macam olimpiade karate baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Setiap medali ia hasilkan dari kekuatannya sendiri, dan tidak ada campur tangan dari pihak manapun. Hanya berurusan dengan sekelompok remaja yang berpura-pura kuat dan berani padahal aslinya anak manja dan pengecut bukanlah masalah besar bagi Aira.

Seperti katanya, kekuatan menujukkan kepemimpinan.

Jika di lain jurusan kecerdasan menunjukkan kepemimpinan, maka di jurusan IPS, kekuatan adalah tanda kepemimpinan.

Selesai bercakap-cakap tentang teman baru di masing-masing kelas, mereka segera memesan makanan dan membeli minuman untuk mengisi perut mereka. Diantara mereka berempat, yang paling banyak makan tentu saja adalah Aira. Ia bisa menghabiskan total tiga menu dengan tambahan sup dan segelas minuman. Belum lagi, camilan yang biasa ia gunakan sebagai makanan penutup. Namun karena Aira juga selalu mengimbangi asupan kalorinya dengan olahraga, tubuhnya tidak memiliki banyak lemak dan justu kencang dengan lapisan otot halus yang sangat samar di lengan, kaki dan perutnya.

"Katanya Ares lagi-lagi nolak cewek."

Suara itu jelas terdengar disamping Ivana. Ivana yang mendengar nama seseorang yang ia kenal tanpa sadar menoleh dan mendapati beberapa anak laki-laki tengah duduk sembari menikmati jajanan mereka, sembari menggosip. Yang anehnya bagi Ivana, ternyata anak laki-laki juga suka bergosip jika sudah berkumpul bersama.

Yang memegang ponsel berkata, "Yang nembak dari kelas X IPA 6, kan? Katanya dia primadona di jurusan IPA, lho."

"Ditolak?"

"Iya. Sombong banget, kan? Cewek secantik Olivia ditolak. Aku aja yang mau minta nomernya dianggap angin lalu, sekarang dia yang di kasih surat cinta bahkan nggak ngelirik Olivia sama sekali."

Ivana mendengarkan dengan cermat sembari mengunyah makanannya. Ivana tidak mengenal siapa itu Olivia, namun Ivana pernah melihat seperti apa Olivia. Gadis cantik dengan penampilan yang menarik dan memiliki kesan manis diwajahnya. TIngginya diatas rata-rata dengan pribadi yang cerah dan ramah yang tentu saja dapat dengan mudah menarik perhatian siapapun.

Jadi Olivia memberikan surat cinta kepada Ares dan kemudian ditolak?

Ivana mau tak mau memikirkan seperti apa tipe Ares sehingga gadis se sempurna Olivia saja di tolak, bahkan dengar-dengar, dengan sangat dingin.

"Dengar-dengar sih, rumornya Ares itu gay."

Nyaris tersedak kunyahan siomay ikan dimulutnya, Ivana buru-buru mengambil air dan menenggaknya untuk meredakan batuknya. Ivana menarik napas dan menenangkan dirinya dari keterkejutannya tentang Ares yang rumornya gay.

"Na, kenapa?"

Evie bertanya kepada Ivana yang segera menggelengkan kepalanya. "Gapapa, Vie. Agak pedas."

Mendengar alasan Ivana yang memang cukup meyakinkan, baik Evie bahkan Joanna dan Aira tidak lagi bertanya. Ivana segera memasang telinganya dan kemudian menguping pembicaraan di sampingnya setelah terhenti kala ia terbatuk.

"Aku sih dengar itu dari temanku. Temanku yang juga pernah jadi teman sekelas Ares bilang, kalau Januar sendiri yang bilang kalau Ares itu gay."

"Januar itu, sahabatnya Ares, kan?"

Yang lain menyahut. "Iya, cuma Januar yang bisa ngobrol sama Ares. Mungkin rumor itu benar. Apalagi, ngapain coba, Januar nyebarin berita yang nggak benar?"

"Dipikir-pikir, iya juga. Pantas saja dia selalu nolak cewek yang nembak dia."

"Ck ck, sayang banget. Punya muka kaya gitu malah belok. Andai aku bisa minta setengah kegantengannya."

Yang lain tertawa dan membenarkan. "Yup, rugi banget."

Ivana mendengarkan dengan hikmat sembari memikirkan perkataan mereka. Ares memang sangat tampan, dia tinggi. Juga sangat cerdas dilihat dari nilainya. Kemudian, Ares juga berasal dari keluarga kaya. Dilihat dari sisi manapun, Ares adalah sosok yang bisa dikatakan sempurna. Ivana mendesah dengan prihatin dan melanjutkan makannya sembari berpikir.

"Benar kata orang. Tidak ada manusia yang sempurna."

...***...

Memegang setumpuk buku ditangannya, Ivana melangkah kelasnya setelah dari perpustakaan untuk mengambilkan buku kerja siswa yang diminta guru Bahasa Inggris untuk diambilkan. Sebagai orang yang memiliki jadwal piket, Ivana secara alami menjadi orang yang ditunjuk untuk mengambilkan buku dari perpustakaan.

Dalam perjalanan, Ivana melangkah menuruni tangga hanya untuk menemukan dua orang tengah berdiri di salah satu tangga.

Ivana menatap kejadian dibawahnya dengan sedikit dejavu.

Ada seorang gadis yang tengah meremat sebuah surat cinta berwarna merah muda dengan stiker hati diatasnya, berwarna merah cerah yang terkesan imut. Namun ekspresi gadis itu tidak bagus. Ada air mata menggenang dimatanya dan wajahnya merah antara malu dan marah. Begitu melihat sosok Ivana, gadis itu mengepalkan surat ditangannya menjadi bola dan memasukkannya ke saku roknya sebelum berlari menuruni tangga dan menghilang dengan cepat, menyisakan Ivana dan Ares disana.

Ivana yang ragu untuk bergerak, masih terkejut karena merasa bahwa dia mengganggu kegiatan menyatakan cinta orang lain, sementara Ares yang berdiri menjulang, memandang Ivana dengan tanpa ekspresi.

"Berat?"

Suara itu menarik kesadaran Ivana yang tengah memikirkan untuk bergerak atau tidak. Ivana mengalihkan tatapannya pada Ares dan sedikit merespon dengan samar. "Berat."

Buku kerja siswa memang tidak tebal, namun dengan jumlah siswa yang satu kelasnya berjumlah 40 orang, tentu saja satu buku berubah menjadi setumpuk buku, yang pada akhirnya tetap berat, yang jika ditumpuk bisa setinggi dua jengkal.

Mendengar jawaban Ivana, Ares dengan tenang memperpendek jarak diantara mereka, dan dengan tenang mengambil alih buku yang ada ditangan Ivana dan memegangnya ditangannya sendiri. Ivana tertegun melihat tindakan Ares, namun Ares sendiri dengan tanpa ekspresi melangkah menuruni tangga dengan ringan.

Tersadar dari ketertegunannya, Ivana segera berjalan menyusul Ares, dengan membawa beberapa buku ditangannya, yang membuatnya terlihat membantu juga, meskipun buku ditangannya bahkan bisa dihitung dengan jari satu tangan.

Begitu kembali ke kelasnya, kelas X IPA 3 meledak karena keterkejutan begitu melihat sosok Ares melangkah memasuki ruang kelas mereka dengan setumpuk buku ditangannya. Meletakkan buku di atas meja, Ares kemudian pergi setelah menjawab pertanyaan dari guru bahasa inggris dikelas Ivana dan membuat orang segera memandang Ivana dengan terkejut, penasaran dan keheranan.

Ivana kembali bangkunya dan sedikit memijat pelipisnya begitu mendengar pertanyaan Evie dan tatapan orang-orang disekitarnya.

"Kok Ares bisa bantuin kamu bawa buku?" tanya Evie heran.

Ivana tersenyum tanpa daya dan berakata, "Kebetulan bertemu di tangga. Lihat aku kesusahan bawa buku, Ares bantuin."

"Kok dia mau bantuin?" tanya Evie lagi.

Pasalnya, bukan hanya Evie, namun semua orang tahu bagaimana karakter Ares bahkan hanya dalam beberapa waktu mengenalnya. Dingin dan acuh, cukup ajaib jika ia mau membantu seseorang.

"Mungkin dia lagi punya mood bagus, jadi mau bantuin aku."

Evie mendengarkan alasan Ivana dan berpikir selama dua detik sebelum mengangguk dengan tanpa ragu. "Aku kira kamu kenalannya Ares."

Ivana menggelengkan kepalanya dengan perasaan bersalah. "Bukan."

Ivana memikirkan kejadian yang dia alami dan memikirkan kemungkinan yang menjadi alasan Ares mau membantunya, dan satu-satunya alasan yang masuk akal bagi Ivana adalah karena mereka bertetangga. Mungkin inilah yang disebut layanan khusus untuk tetangga.

Episodes
1 A TALE OF THE FOUR SEASON
2 ATOTFS 1: Tetangga Baru
3 ATOTFS 2: Ares Dan Ardila
4 ATOTFS 3: Bekal Makan Siang
5 ATOTFS 4: Gerak Gerik Mencurigakan
6 ATOTFS 5: Si Kelinci Aneh
7 ATOTFS 6: Berangkat Bareng Ares
8 ATOTFS 7: Kenapa Harus Ares?
9 ATOTFS 8: Memang Layak
10 ATOTFS 9: Telpon Dan Permen
11 ATOTFS 10: Ares Dipalak?
12 ATOTFS 11: Plester Kelinci Dan Kelas
13 ATOTFS 12: Pura-Pura Tidak Kenal
14 ATOTFS 13: Rumor Baru Soal Ares
15 ATOTFS 14: Takut Anjing?
16 ATOTFS 15: Pertunangan?
17 ATOTFS 16: Jam Tangan
18 ATOTFS 17: Ivana Kecewa
19 ATOTFS 18: Pacar Ares
20 ATOTFS 19: Aira Dihukum
21 ATOTFS 20: Kemarahan Aira
22 ATOTFS 21: Apartement Asing
23 ATOTFS 22: Janjian Pulang Bareng
24 ATOTFS 23: Uang Pacar
25 ATOTFS 24: Pertengkaran
26 ATOTFS 25: Tidak Suka Diabaikan
27 ATOTFS 26: Lihat Pacarnya Ares
28 ATOTFS 27: Ketegangan Di Rumah
29 ATOTFS 28: Dibalik Senyuman
30 ATOTFS 29: Setelah Pulang Sekolah
31 ATOTFS 30: Mereka Mafia?
32 ATOTFS 31: Keputusan Dadakan
33 ATOTFS 32: Ke Pantai Sama Tetangga
34 ATOTFS 33: Tawa Yang Lama Hilang
35 ATOTFS 34: Foto Bertiga
36 ATOTFS 35: Joanna Juga Mau
37 ATOTFS 36: Apa Hubungan Kalian?
38 ATOTFS 37: Jeda Acara Makan
39 ATOTFS 38: Ares, Aku Takut!
40 ATOTFS 39: Percaya Dan Setipis Tali
41 ATOTFS 40: Tugas Pertama
42 ATOTFS 41: Godaan
43 ATOTFS 42: Pernyataan Cinta
44 ATOTFS 43: Ciuman Tidak Langsung
45 ATOTFS 44: Roan
46 ATOTFS 45: Aku Peduli
47 ATOTFS 46: Aku Ingin Melihatnya
48 ATOTFS 47: Seperti Pangeran
49 ATOTFS 48: Kecelakaan Lomba
50 ATOTFS 49: Kamu Menangis?
51 ATOTFS 50: Target Baru?
52 ATOTFS 51: Pasangan Ivana
53 ATOTFS 52: Hanya Aira
54 ATOTFS 53: Hadiah Dari Ardila
55 ATOTFS 54: Bos Yang Baik
56 ATOTFS 55: Datang Bersama
57 ATOTFS 56: Jangan Takut
58 ATOTFS 57: Ga Peka
59 ATOTFS 58: Uwu Sampai Kabur
60 ATOTFS 59: Joanna Ingin Perubahan
61 ATOTFS 60: Membawamu Kebanyak Tempat
62 ATOTFS 61: Tak Mau Pulang
63 ATOTFS 62: Cantik Yang Mana?
64 ATOTFS 63: Ayo Ikut
65 ATOTFS 64: Pertama Kali Bolos
66 ATOTFS 65: Suka Dan Tutor
67 ATOTFS 66: Joanna Kenapa?
68 ATOTFS 67: Rencana Jenguk
69 ATOTFS 68: Orang Tua Yang Ketat
70 ATOTFS 69: Akan Aku Gendong
71 ATOTFS 70: Masalah Yang Menanti
72 ATOTFS 71: Ajakan Kemah
73 ATOTFS 72: Bertemu Kenalan Di Club
74 ATOTFS 73: Hutang Budi
75 ATOTFS 74: Ada Aku
76 ATOTFS 75: Sampai Di Tempat Kemah
77 ATOTFS 76: Mau Aku Pijat?
78 ATOTFS 77: Bukan Anak Bermasalah
79 ATOTFS 78: Jangan Menutupi Isak Tangismu
Episodes

Updated 79 Episodes

1
A TALE OF THE FOUR SEASON
2
ATOTFS 1: Tetangga Baru
3
ATOTFS 2: Ares Dan Ardila
4
ATOTFS 3: Bekal Makan Siang
5
ATOTFS 4: Gerak Gerik Mencurigakan
6
ATOTFS 5: Si Kelinci Aneh
7
ATOTFS 6: Berangkat Bareng Ares
8
ATOTFS 7: Kenapa Harus Ares?
9
ATOTFS 8: Memang Layak
10
ATOTFS 9: Telpon Dan Permen
11
ATOTFS 10: Ares Dipalak?
12
ATOTFS 11: Plester Kelinci Dan Kelas
13
ATOTFS 12: Pura-Pura Tidak Kenal
14
ATOTFS 13: Rumor Baru Soal Ares
15
ATOTFS 14: Takut Anjing?
16
ATOTFS 15: Pertunangan?
17
ATOTFS 16: Jam Tangan
18
ATOTFS 17: Ivana Kecewa
19
ATOTFS 18: Pacar Ares
20
ATOTFS 19: Aira Dihukum
21
ATOTFS 20: Kemarahan Aira
22
ATOTFS 21: Apartement Asing
23
ATOTFS 22: Janjian Pulang Bareng
24
ATOTFS 23: Uang Pacar
25
ATOTFS 24: Pertengkaran
26
ATOTFS 25: Tidak Suka Diabaikan
27
ATOTFS 26: Lihat Pacarnya Ares
28
ATOTFS 27: Ketegangan Di Rumah
29
ATOTFS 28: Dibalik Senyuman
30
ATOTFS 29: Setelah Pulang Sekolah
31
ATOTFS 30: Mereka Mafia?
32
ATOTFS 31: Keputusan Dadakan
33
ATOTFS 32: Ke Pantai Sama Tetangga
34
ATOTFS 33: Tawa Yang Lama Hilang
35
ATOTFS 34: Foto Bertiga
36
ATOTFS 35: Joanna Juga Mau
37
ATOTFS 36: Apa Hubungan Kalian?
38
ATOTFS 37: Jeda Acara Makan
39
ATOTFS 38: Ares, Aku Takut!
40
ATOTFS 39: Percaya Dan Setipis Tali
41
ATOTFS 40: Tugas Pertama
42
ATOTFS 41: Godaan
43
ATOTFS 42: Pernyataan Cinta
44
ATOTFS 43: Ciuman Tidak Langsung
45
ATOTFS 44: Roan
46
ATOTFS 45: Aku Peduli
47
ATOTFS 46: Aku Ingin Melihatnya
48
ATOTFS 47: Seperti Pangeran
49
ATOTFS 48: Kecelakaan Lomba
50
ATOTFS 49: Kamu Menangis?
51
ATOTFS 50: Target Baru?
52
ATOTFS 51: Pasangan Ivana
53
ATOTFS 52: Hanya Aira
54
ATOTFS 53: Hadiah Dari Ardila
55
ATOTFS 54: Bos Yang Baik
56
ATOTFS 55: Datang Bersama
57
ATOTFS 56: Jangan Takut
58
ATOTFS 57: Ga Peka
59
ATOTFS 58: Uwu Sampai Kabur
60
ATOTFS 59: Joanna Ingin Perubahan
61
ATOTFS 60: Membawamu Kebanyak Tempat
62
ATOTFS 61: Tak Mau Pulang
63
ATOTFS 62: Cantik Yang Mana?
64
ATOTFS 63: Ayo Ikut
65
ATOTFS 64: Pertama Kali Bolos
66
ATOTFS 65: Suka Dan Tutor
67
ATOTFS 66: Joanna Kenapa?
68
ATOTFS 67: Rencana Jenguk
69
ATOTFS 68: Orang Tua Yang Ketat
70
ATOTFS 69: Akan Aku Gendong
71
ATOTFS 70: Masalah Yang Menanti
72
ATOTFS 71: Ajakan Kemah
73
ATOTFS 72: Bertemu Kenalan Di Club
74
ATOTFS 73: Hutang Budi
75
ATOTFS 74: Ada Aku
76
ATOTFS 75: Sampai Di Tempat Kemah
77
ATOTFS 76: Mau Aku Pijat?
78
ATOTFS 77: Bukan Anak Bermasalah
79
ATOTFS 78: Jangan Menutupi Isak Tangismu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!