ATOTFS 15: Pertunangan?

Ivana berjalan menuju jalan yang seharusnya juga dilalui Ares beberapa waktu lalu. Ivana berjalan sembari membawa bungkusan plastik ditangannya dan sedikit terkejut ketika melihat sosok Ares berdiri dibawah pohon sembari mengantongi sebelah tangan yang membuatnya nampak seperti model papan atas yang dimanapun tempat dipijaknya akan menjadi tempat paling disoroti oleh ribuan mata.

Ivana mendekati Ares setelah memastikan bahwa Ares memang disana sendirian.

"Ares? Kenapa kamu masih disini?" tanya Ivana.

Ares meliriknya sebelum dengan tenang melangkahkan kakinya, disusul oleh Ivana yang kebingungan. Ares berujar dengan suara tenang kemudian, "Menurutmu?"

Ivana sedikit bingung untuk sementara waktu sebelum dia tidak bisa menahan untuk tidak melebarkan matanya terkejut dan bertanya dengan ragu, "Kamu sengaja nunggu aku?"

Tidak menjawab, Ares masih dengan tenang melangkahkan kakinya. Namun yang tidak Ivana sadari adalah bahwa jari-jari Ares yang panjang didalam sakunya sedikit meringkuk, seolah dia sedang menahan sesuatu. Mendapati respon seperti itu, yang tenang dan santai, Ivana cukup terkejut dan heran. Bagaimanapun, seorang Ares yang dingin dan acuh, mau menunggunya untuk berjalan pulang bersama. Siapa yang tidak berpikir bahwa hal itu adalah hal yang mengejutkan?

Ivana melirik Ares dan tak bisa menahan helaan nafasnya yang lembut dan membatin dengan prihatin.

"Aku curiga bahwa perkataan orang itu memang benar. Orang tampan itu bila bukan kekasih atau suami orang, maka sudah pasti dia belok."

Maksudnya, orang tampan seharusnya selalu dikelilingi oleh para gadis, jadi tidak mungkin bahwa pria manapun yang tidak tergoda oleh salah satu dari sekian banyak betina disekelilingnya jika bukan belok, kan?

Saking fokusnya memikirkan tentang Ares, Ivana tidak menyadari bahwa ada tiang didepannya. Ares yang merasa bahwa seharusnya Ivana jelas akan menghindarinya tidak berpikir bahwa pada detik berikutnya, suara benturan kecil diiringi pekikan terdengar disampingnya yang membuat Ares menghentikan langkahnya dan menoleh.

Ivana menyentuh keningnya dan meringis.

"Sakit, eh!" gumam Ivana.

Ares menatap Ivana dengan tatapan yang sulit diartikan dan bertanya dengan nada yang membuat Ivana merasa bahwa semakin malu atas kelalaiannya sendiri. "Apa kamu rabun?"

Ivana mau tak mau menelan alasannya dan menganggukkan kepalanya dengan tenang. Daripada dia mengakui bahwa dia ceroboh, lebih baik bilang saja bahwa dia rabun sesuai yang dipikirkan oleh Ares. Bagaimanapun, alasan rabun lebih baik untuk menyelamatkan wajahnya daripada alasan tidak fokus dan tidak memperhatikan jalan.

"Kenapa tidak pakai kacamata?" selidik Ares.

"Itu, aku jarang pakai kacamata."

Bisa dibilang, jawaban Ivana ini bukan bohongan. Terkadang ketika sedang senang belajar, Ivana suka menggunakan kacamata agar tidak membuat matanya kelelahan oleh dampak visual dari layar laptop atau ponselnya yang dia gunakan untuk mencatat, mencari sebagian referensi yang terkadang tidak ada dalam buku atau hal lainnya. Jadi, Ivana memang tidak sering menggunakan kacamata, namun bagi Ares sepertinya sudah konteks yang berbeda.

Ares menatap Ivana cukup lama yang membuat Ivana merasakan tulang punggungnya menjadi kaku, sebelum lemas kembali ketika Ares sudah mengalihkan tatapannya dari Ivana.

Ivana hendak mengajak Ares untuk berjalan kembali ketika pemuda itu menarik keluar tangannya yang ia masukkan kedalam saku dan mengulurkannya kepada Ivana. Ivana menatap bingung dan heran pada Ares, sebelum Ares mengeluarkan sepatah kata yang membuat Ivana melebarkan matanya karena terkejut dan tertegun.

"Pegang."

Meski hanya sepatah kata yang diluncurkan dari bibir tipisnya, namun Ivana dengan jelas memahami maksud dari kata Ares tersebut. Ares memintanya untuk memegang tangannya dan ingin membantunya berjalan sehingga dia tidak akan menabrak sesuatu lagi yang memungkinkan ia bisa terluka lebih dari kemerahan didahinya seperti yang dia miliki sekarang.

"Ini ... gapapa?" tanya Ivana dengan ragu.

Ia kemudian menggelengkan kepalanya. "Sepertinya tidak sdah, deh. Aku masih bisa—"

"Pegang."

Mendengar hal tersebut yang diulangi dari bibir Ares, Ivana pada akhirnya mengulurkan tangannya dan meraih jari telunjuk Ares dengan jari telunjuknya sendiri. Bagaimanapun, Ares tidak memakai lengan panjang dan hanya itu yang bisa dia lakukan untuk meminimalisasi kontak fisik dengan Ares.

Wajah Ares masih nampak datar dan tanpa ekspresi, namun keterasingan dan acuh tak acuh dimatanya menghilang, dan karena itu, seolah pribadinya menjadi lebih lembut dan sabar kala ia dengan tenang menuntun Ivana yang bahkan bisa melihat semut melambaikan tangan kearahnya.

Ditengah keheningan itu, Ares dengan tenang menekuk jari telunjuknya, seolah mengeratkan genggamannya pada jari pihak lain.

...***...

Beberapa menit kemudian, setelah berjalan sembari bergandengan tangan, Ivana dapat melihat dengan jelas rumahnya dari jarak belasan meter. Juga dua sosok yang nampak mengobrol di dekat gerbang rumahnya. Menyadari bahwa keduanya adalah Miranda dan Ardila, Ivana segera menarik tangannya dari Ares dan menggenggam kantung plastik ditangannya yang lain.

Ares menoleh menatap kearah jemarinya yang telah kehilangan jejak kecil sentuhan hangat sejenak sebelum mengantongi kembali tangannya sembari menggosok jari telunjuknya dengan ibu jarinya tanpa sadar.

"Loh, kalian kok bisa pulang bareng?"

Ardila yang melihat Ivana dan Ares melangkah mendekati bertanya dengan ekspresi terkejut diwajahnya. Ivana tersenyum dan menjawab, "Tadi kebetulan bertemu di taman tante, jadi pulang sekalian bersama."

"Oh..."

Karena sudah dekat dengan rumahnya, Ares membelokkan kakinya dan hendak menuju rumahnya ketika Ardila memanggilnya. "Ares, tunggu dulu, nak!"

Ares menoleh dan menatap Ardila tanpa suara, namun dari tatapannya jelas ia bertanya mengapa sang mama tersebut menghentikannya untuk pulang ke rumahnya. Ardila dengan tenang menjelaskan dengan senyuman senang.

"Malam nanti kamu ada acara tidak?" tanya Ardila.

Ares yang ditanya begitu menggelengkan kepalanya, yang menandakan bahwa dia tidak memiliki acara yang mengharuskannya untuk keluar dari rumah. Melihat itu, Ardila tersenyum senang dan segera berkata kepada Ares. "Kalau begitu malam ini mama mau ajak kamu keluar. Sama Ivana dan keluarganya ke restoran."

Ares mengangguk dengan singkat dan berbalik untuk pergi setelah mendengar alasan mengapa sang mama sampai harus menghentikannya dan bertanya apakah dia ada acara atau tidak.

"Memang ada acara apa, ma? Tumben sekali kita akan makan diluar juga."

Ivana yang dibawa-bawa juga segera menaikkan alisnya dengan terkejut dan memandang bingung pada sang mama yang hanya tersenyum memandang Ivana dan Ares sebelum berucap dengan ekspresi serius. "Untuk membahas pertunangan kalian berdua."

Manik Ivana membola dan dia membeo dengan konyol. "Hah?"

Sementara Ares yang tengah berjalan hampir tersandung karena terkejut.

Episodes
1 A TALE OF THE FOUR SEASON
2 ATOTFS 1: Tetangga Baru
3 ATOTFS 2: Ares Dan Ardila
4 ATOTFS 3: Bekal Makan Siang
5 ATOTFS 4: Gerak Gerik Mencurigakan
6 ATOTFS 5: Si Kelinci Aneh
7 ATOTFS 6: Berangkat Bareng Ares
8 ATOTFS 7: Kenapa Harus Ares?
9 ATOTFS 8: Memang Layak
10 ATOTFS 9: Telpon Dan Permen
11 ATOTFS 10: Ares Dipalak?
12 ATOTFS 11: Plester Kelinci Dan Kelas
13 ATOTFS 12: Pura-Pura Tidak Kenal
14 ATOTFS 13: Rumor Baru Soal Ares
15 ATOTFS 14: Takut Anjing?
16 ATOTFS 15: Pertunangan?
17 ATOTFS 16: Jam Tangan
18 ATOTFS 17: Ivana Kecewa
19 ATOTFS 18: Pacar Ares
20 ATOTFS 19: Aira Dihukum
21 ATOTFS 20: Kemarahan Aira
22 ATOTFS 21: Apartement Asing
23 ATOTFS 22: Janjian Pulang Bareng
24 ATOTFS 23: Uang Pacar
25 ATOTFS 24: Pertengkaran
26 ATOTFS 25: Tidak Suka Diabaikan
27 ATOTFS 26: Lihat Pacarnya Ares
28 ATOTFS 27: Ketegangan Di Rumah
29 ATOTFS 28: Dibalik Senyuman
30 ATOTFS 29: Setelah Pulang Sekolah
31 ATOTFS 30: Mereka Mafia?
32 ATOTFS 31: Keputusan Dadakan
33 ATOTFS 32: Ke Pantai Sama Tetangga
34 ATOTFS 33: Tawa Yang Lama Hilang
35 ATOTFS 34: Foto Bertiga
36 ATOTFS 35: Joanna Juga Mau
37 ATOTFS 36: Apa Hubungan Kalian?
38 ATOTFS 37: Jeda Acara Makan
39 ATOTFS 38: Ares, Aku Takut!
40 ATOTFS 39: Percaya Dan Setipis Tali
41 ATOTFS 40: Tugas Pertama
42 ATOTFS 41: Godaan
43 ATOTFS 42: Pernyataan Cinta
44 ATOTFS 43: Ciuman Tidak Langsung
45 ATOTFS 44: Roan
46 ATOTFS 45: Aku Peduli
47 ATOTFS 46: Aku Ingin Melihatnya
48 ATOTFS 47: Seperti Pangeran
49 ATOTFS 48: Kecelakaan Lomba
50 ATOTFS 49: Kamu Menangis?
51 ATOTFS 50: Target Baru?
52 ATOTFS 51: Pasangan Ivana
53 ATOTFS 52: Hanya Aira
54 ATOTFS 53: Hadiah Dari Ardila
55 ATOTFS 54: Bos Yang Baik
56 ATOTFS 55: Datang Bersama
57 ATOTFS 56: Jangan Takut
58 ATOTFS 57: Ga Peka
59 ATOTFS 58: Uwu Sampai Kabur
60 ATOTFS 59: Joanna Ingin Perubahan
61 ATOTFS 60: Membawamu Kebanyak Tempat
62 ATOTFS 61: Tak Mau Pulang
63 ATOTFS 62: Cantik Yang Mana?
64 ATOTFS 63: Ayo Ikut
65 ATOTFS 64: Pertama Kali Bolos
66 ATOTFS 65: Suka Dan Tutor
67 ATOTFS 66: Joanna Kenapa?
68 ATOTFS 67: Rencana Jenguk
69 ATOTFS 68: Orang Tua Yang Ketat
70 ATOTFS 69: Akan Aku Gendong
71 ATOTFS 70: Masalah Yang Menanti
72 ATOTFS 71: Ajakan Kemah
73 ATOTFS 72: Bertemu Kenalan Di Club
74 ATOTFS 73: Hutang Budi
75 ATOTFS 74: Ada Aku
76 ATOTFS 75: Sampai Di Tempat Kemah
77 ATOTFS 76: Mau Aku Pijat?
78 ATOTFS 77: Bukan Anak Bermasalah
79 ATOTFS 78: Jangan Menutupi Isak Tangismu
Episodes

Updated 79 Episodes

1
A TALE OF THE FOUR SEASON
2
ATOTFS 1: Tetangga Baru
3
ATOTFS 2: Ares Dan Ardila
4
ATOTFS 3: Bekal Makan Siang
5
ATOTFS 4: Gerak Gerik Mencurigakan
6
ATOTFS 5: Si Kelinci Aneh
7
ATOTFS 6: Berangkat Bareng Ares
8
ATOTFS 7: Kenapa Harus Ares?
9
ATOTFS 8: Memang Layak
10
ATOTFS 9: Telpon Dan Permen
11
ATOTFS 10: Ares Dipalak?
12
ATOTFS 11: Plester Kelinci Dan Kelas
13
ATOTFS 12: Pura-Pura Tidak Kenal
14
ATOTFS 13: Rumor Baru Soal Ares
15
ATOTFS 14: Takut Anjing?
16
ATOTFS 15: Pertunangan?
17
ATOTFS 16: Jam Tangan
18
ATOTFS 17: Ivana Kecewa
19
ATOTFS 18: Pacar Ares
20
ATOTFS 19: Aira Dihukum
21
ATOTFS 20: Kemarahan Aira
22
ATOTFS 21: Apartement Asing
23
ATOTFS 22: Janjian Pulang Bareng
24
ATOTFS 23: Uang Pacar
25
ATOTFS 24: Pertengkaran
26
ATOTFS 25: Tidak Suka Diabaikan
27
ATOTFS 26: Lihat Pacarnya Ares
28
ATOTFS 27: Ketegangan Di Rumah
29
ATOTFS 28: Dibalik Senyuman
30
ATOTFS 29: Setelah Pulang Sekolah
31
ATOTFS 30: Mereka Mafia?
32
ATOTFS 31: Keputusan Dadakan
33
ATOTFS 32: Ke Pantai Sama Tetangga
34
ATOTFS 33: Tawa Yang Lama Hilang
35
ATOTFS 34: Foto Bertiga
36
ATOTFS 35: Joanna Juga Mau
37
ATOTFS 36: Apa Hubungan Kalian?
38
ATOTFS 37: Jeda Acara Makan
39
ATOTFS 38: Ares, Aku Takut!
40
ATOTFS 39: Percaya Dan Setipis Tali
41
ATOTFS 40: Tugas Pertama
42
ATOTFS 41: Godaan
43
ATOTFS 42: Pernyataan Cinta
44
ATOTFS 43: Ciuman Tidak Langsung
45
ATOTFS 44: Roan
46
ATOTFS 45: Aku Peduli
47
ATOTFS 46: Aku Ingin Melihatnya
48
ATOTFS 47: Seperti Pangeran
49
ATOTFS 48: Kecelakaan Lomba
50
ATOTFS 49: Kamu Menangis?
51
ATOTFS 50: Target Baru?
52
ATOTFS 51: Pasangan Ivana
53
ATOTFS 52: Hanya Aira
54
ATOTFS 53: Hadiah Dari Ardila
55
ATOTFS 54: Bos Yang Baik
56
ATOTFS 55: Datang Bersama
57
ATOTFS 56: Jangan Takut
58
ATOTFS 57: Ga Peka
59
ATOTFS 58: Uwu Sampai Kabur
60
ATOTFS 59: Joanna Ingin Perubahan
61
ATOTFS 60: Membawamu Kebanyak Tempat
62
ATOTFS 61: Tak Mau Pulang
63
ATOTFS 62: Cantik Yang Mana?
64
ATOTFS 63: Ayo Ikut
65
ATOTFS 64: Pertama Kali Bolos
66
ATOTFS 65: Suka Dan Tutor
67
ATOTFS 66: Joanna Kenapa?
68
ATOTFS 67: Rencana Jenguk
69
ATOTFS 68: Orang Tua Yang Ketat
70
ATOTFS 69: Akan Aku Gendong
71
ATOTFS 70: Masalah Yang Menanti
72
ATOTFS 71: Ajakan Kemah
73
ATOTFS 72: Bertemu Kenalan Di Club
74
ATOTFS 73: Hutang Budi
75
ATOTFS 74: Ada Aku
76
ATOTFS 75: Sampai Di Tempat Kemah
77
ATOTFS 76: Mau Aku Pijat?
78
ATOTFS 77: Bukan Anak Bermasalah
79
ATOTFS 78: Jangan Menutupi Isak Tangismu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!