Pagi-pagi sekali Yi Ming bangun. Matahari belum menampakkan dirinya di ufuk timur. Saat hendak pergi mandi, dia tiba-tiba terkejut menyadari Wen Shuwan tidak ada lagi di ranjang. Dia mencarinya ke mana-mana dan akhirnya tidak menemukannya. Dia sudah pergi. Yi Ming menyimpulkannya begitu saja. Dia tidak berharap apa yang di katakan Wen Shuwan kemarin sangat serius.
Yi Ming merasa tiba-tiba kehilangan sesuatu yang berharga di hidupnya. Terlepas dari itu juga, beban yang di tanggungnya beberapa hari sudah pergi. Namun rasa kehilangan sangat besar muncul di hatinya. Tapi dengan cepat dia menggelengkan kepalanya. “Apa yang aku pikirkan? Aku harus cepat-cepat menyiapkannya.”
Berusaha mengabaikannya, Yi Ming kemudian mandi dan mempersiapkan barang-barangnya. Dia kemudian makan bersama keluarganya untuk terakhir kali.
Ibunya mempersiapkan banyak sekali makanan di meja. Yi Ming tahu ini adalah terakhir kali dia makan di rumah, sehingga dia sangat menikmatinya dan tidak lupa juga memuji masakan ibunya yang tidak biasa dari hari-hari sebelumnya.
Ibunya senang. Kemudian keluarga itu bercakap-cakap untuk terakhir kalinya. Berbagai topik di keluarkan. Jika ada yang lucu, mereka akan tertawa. Tidak lupa juga setelah selesai, ayah dan ibunya memberikan saran-saran ketika tinggal di Sekte.
Yi Ming mengangguk. Walaupun sebenarnya dia ingin kerja, tapi saran yang di berikan ayah dan ibunya beberapa berguna untuknya.
Saat matahari bersinar, kereta kuda yang sangat mewah datang. Kereta itu di penuhi motif-motif kayu yang sangat indah dan berwarna cemerlang. Kuda hitam yang sangat indah ada di sana.
Wajah Ayah dan ibu Yi Ming di penuhi keheranan dan di saat bersamaan merasa bangga kepada anaknya. Mereka berpikir jika itu milik sekte awan yang akan mengantar anaknya. Itu juga menandakan anak mereka memiliki potensi yang sangat besar di masa depan.
“Ayah, ibu, aku berangkat.” Kata Yi Ming untuk terakhir kalinya setelah memandang kereta kuda itu. Dia juga berpikir tidak menyangka keluarga Jiang memperlakukannya dengan terhormat.
“Hati-hati.”
Yi Ming mengangguk kemudian memasuki kereta kuda. Tuan kusir kemudian menjalankannya. Yi Ming lalu membuka jendela dan melambaikan tangannya. Perasaan bahagia dan bersalah di saat bersamaan memenuhi hatinya. Tapi dia tetap berusaha tersenyum dan terlihat bahagia.
Ayah dan ibunya membalasnya dengan penuh semangat dan senyuman di wajahnya. Yi Ming tentu tahu ayah dan ibunya sedang menahan kesedihannya. Dia kemudian berseru, “Ayah! Ibu! Aku akan menjadi abadi dan membawa istri-istri yang cantik! Tunggu aku!”
“Kami akan menunggumu!” Seru ibunya sembari mengusap setetes air matanya.
“Kau harus memiliki lebih dari lima istri! Kalahkan ayahmu ini nak!” Ayahnya menambahkan dengan semangat.
Yi Ming mengangguk kemudian tersenyum.
Tapi ibu Yi Ming agaknya tidak menyukainya.
......................
Kereta berjalan menuju gerbang kota. Ketika melewati jalan kota, orang-orang memandangnya kagum dan bertanya -tanya siapa sosok penting yang ada di dalamnya. Yi Ming menikmati suasana ramai pagi itu. Dia belum pernah keluar dari gerbang. Ada perasaan gembira saat melihat-lihat pemandangan baru itu.
Ketika tiba di depan gerbang, ada lima kereta kuda. Patriak keluarga Jiang dan keluarganya berdiri menunggu Yi Ming. Melihat kereta kuda itu datang, mereka merasa senang. Pada saat itu, cahaya matahari pagi yang lembut menyinari kereta-kereta kuda dan para bangsawan itu, membuat mereka semakin bercahaya dan indah.
Di antara keluarga itu, ada seorang gadis berumur tujuh tahun di sana. Dia memakai gaun biru cerah dengan bando pita merah di kepalanya. Melihat kereta itu datang, dia berseru, “Hore. Dia akhirnya datang. Kita bisa pergi sekarang!”
Gadis itu kemudian memasuki kereta kudanya. Karena kereta kuda itu tinggi membuatnya kesusahan. Segera pelayan yang ada membantunya.
Kereta kuda berhenti. Yi Ming kemudian keluar dan memberi penghormatan.
Patriak Jiang mengangguk, “Karena kau sudah datang, kita bisa berangkat sekarang.”
Anggota keluarga satu persatu masuk tanpa berkata-kata dan ekspresi mereka semua sangat dingin. Yi Ming tidak mempedulikanya, baginya sikap ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat statusnya yang sangat rendah.
Setelah melihat semua orang memasuki kereta kuda masing-masing, Yi Ming segera menyusul dan duduk dengan tenang.
Kursi yang di sajikan sangat empuk dan mewah. Dia merasa tidak pantas di perlakukan seperti ini. Meraba-rabanya beberapa saat, Yi Ming memutuskan untuk tidur, dia merasa mengantuk setelah mempersiapkan semuanya kemarin malam.
Dia sangat berharap tuan kusir mengatakan sepatah kata atau hanya sekedar memperkenalkan dirinya, tapi dia hanya terdiam dan fokus mengemudikan kereta. Sesekali dia terlihat minum dengan botol labu yang di bawanya.
Itu bukan arak, melainkan air biasa.
Setelah beberapa jam, Yi Ming terbangun. Dia merasa lebih sehat dan pintar. Tubuhnya terasa lebih ringan dari sebelumnya. Membuka jendela, hanya ada deretan pepohonan yang tidak terhitung jumlahnya.
Pohon-pohon itu sama persis satu dengan yang lainnya. Menjulang tinggi dan sangat besar, membuat suasana hutan itu terlihat semakin gelap.
Di sini, Yi Ming merasa kedinginan. Udara dingin sering menghuni tempat-tempat seperti ini. Tapi dia memutuskan untuk tetap membuka jendela. Lalu memandang ke depan. Kereta kuda berjalan beriringan.
Saat Yi Ming hendak kembali masuk, seorang gadis muncul di salah satu kereta kuda. Dia melambaikan tangannya dan menampilkan senyum khas anak kecil kemudian kembali masuk.
Yang paling Yi Ming lihat, lengan baju birunya yang di penuhi motif-motif bunga putih melambai-lambai indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments