Rumah tua yang terbuat dari kayu itu masih sama seperti dulu dan Yi Ming merasa rumah itu memiliki perasaan yang sama seperti dulu. Namun, ada satu tambahan yang menghiasinya, itu tidak lain adalah suara tangisan ibunya. Ibunya menangis bersedih di dalam rumah. Meski terhalang oleh dinding rumah, suara tangisan itu terdengar keras dari luar.
Yi Ming tahu jika ibunya mungkin menganggapnya telah mati dari kejadian itu. Dia dengan sigap membuka pintu dan mengejutkan ayah dan ibunya.
Ibunya bersandar di dada ayahnya dan duduk di kursi. Ayahnya berusaha menenangkan ibunya dengan mengusap-usap bahunya. Ketika pintu terbuka tiba-tiba, mereka terkejut dan memandang siapa yang datang.
Yi Ming terdiam sebentar menyaksikannya. Dia bertanya apakah baik membuka pintu tiba-tiba? Dia menjadi sedikit malu. Tapi kemudian dia tersenyum dan berseru, “Ayah! ibu! Aku pulang!”
Wajah ibunya yang di penuhi air mata kemudian perlahan-lahan berdiri. Wajahnya pucat, dia sepertinya telah menangis beberapa saat dan tenggelam dalam kesedihan.
Dia kemudian berlari dan memeluk Yi Ming. “Apakah kau benar-benar Ming’erku?”
Yi Ming membalas pelukannya. “Kita baru berpisah sehari, kenapa ibu bisa melupakanku?”
Ibunya melepaskan pelukannya. “ibu pikir kau...”
Yi Ming segera menyela, “Tidak ada yang terjadi. Aku tidak akan mati sebelum menjadi kuat dan menjadi abadi. Aku Yi Ming akan terus hidup demi ayah dan ibu.”
Ibunya kemudian mengusap air mata yang mengalir dan ingin tertawa. Dia kemudian tersenyum dan seolah ingin mengatakan dia sedang baik-baik saja. Kemudian dia menoleh ke samping, di mana Wen Shuwan berdiri. Wajahnya terlihat terkejut. Mungkin gadis itu terlalu cantik di matanya dan tidak berharap anaknya akan membawanya pulang. Dia kemudian bertanya kepada Yi Ming, “Siapa dia nak?”
Yi Ming terdiam sebentar. Pikirannya kemudian berputar-putar mencari alasan yang kuat untuk ibunya. Dia tidak mungkin mengatakan seorang kerabat dan seorang yang menghancurkan kota. Yi Ming juga tidak mungkin mengatakan dia adalah Wen Shuwan seorang abadi. Maka dari itu, dia kemudian menjawab, “Dia temanku ibu. Dia akan menginap beberapa hari di sini.”
Ibunya kemudian mendekati Wen Shuwan. “Jika begitu, anggap saja ini rumahmu sendiri. Ambil saja apa yang kau inginkan dan jangan sungkan jika menginginkan sesuatu kepada kami.”
Wen Shuwan mengangguk ragu-ragu.
......................
Ketika malam semakin larut, Wen Shuwan kemudian duduk di atas ranjang kamar Yi Ming dan tubuhnya di penuhi energi warna Hijau. Dia menutup matanya dan menyakupkan kedua tangannya.
Energi yang keluar di penuhi energi kehidupan yang sangat murni dan membuat semua orang nyaman berdiri di sampingnya.
Energi itu menyembuhkannya secara perlahan-lahan dan membuat wajah dan tubuhnya semakin segar.
Yi Ming duduk di bawah mengamatinya, dia berpikir betapa hebatnya jika menjadi seorang abadi. Dia ingin segera mendaftar dan menjadi abadi seutuhnya. Yi Ming ingin menanyakan beberapa hal mengenai kultivasi kepada Wen Shuwan. Dan meskipun dia tahu Wen Shuwan merupakan orang yang sangat berbahaya, dia tidak akan takut menanyakan beberapa hal yang di anggap dasar bagi semua orang.
Lagi pula, setelah mengamati dan bersamanya beberapa saat, Yi Ming mengerti jika wanita itu sedang terluka dan dia memerlukan tempatnya untuk menyembuhkan diri. Meski pun dia akan marah dan kesal di tanyakan beberapa hal dari Yi Ming, wanita itu tidak akan berani membunuh keluarganya, paling tidak dia akan melukai ataupun mengancam akan membunuh.
Namun, apa pun yang di lakukan wanita itu, jika berani menyakiti orang tuanya, dia tidak akan tinggal diam, dan meskipun dia bukan seorang abadi, dia tidak akan segan-segan mengangkat senjatanya untuk melawan.
Oleh sebab itu, dia akan memikirkan kembali beberapa pertanyaan yang akan di ajukannya ketika Wen Shuwan membuka matanya.
Yi Ming kemudian mengambil potongan daging ayam di piring kemudian mengunyahnya. Rasa dari ayam itu gurih dan sedikit pedas. Yi Ming tidak terlalu menyukainya, sehingga dia hanya membawanya beberapa bagian ke kamarnya sementara sisanya di taruh di dapur dan akan di berikan kepada orang tuanya nanti.
Dia kemudian membayangkan bagaimana reaksi ayah dan ibunya jika mengetahui itu adalah ayam dari restoran mahal di kota kecil. Dia mulai membayangkan ekspresi marah, terkejut atau biasa saja karena memaklumi Yi Ming tidak makan makanan enak selama hidupnya.
Yi Ming tentu saja tidak akan mengatakan itu berasal dari restoran tersebut, karena dia tidak ingin membuat ulah atau membuat ayah dan ibunya marah. Jadi, dia akan mengatakan itu adalah makanan dari Wen Shuwan yang di titipkan oleh ibunya.
Kemudian setelah menelannya, dia memperhatikan dahi Wen Shuwan yang sedikit terajut dan matanya yang indah sedikit menyipit. Apakah dia merasakan sakit? Yi Ming bertanya di dalam hatinya.
Tidak lama kemudian, Wen Shuwan membuka matanya dan dia kemudian mendorong tubuhnya ke depan lalu membuka mulutnya dan mengeluarkan seteguk darah segar.
Yi Ming terkejut dan tanpa sadar merasa jijik. Dia kemudian menatap seteguk darah itu di lantai, mengamatinya beberapa saat, darah itu seperti lukisan bunga mawar.
Setelahnya, dia melihat Wen Shuwan mengeluarkan kain putih bersih dan mengusap bibirnya. Ekspresinya sekarang terlihat lebih pucat dan kulit putihnya terlihat semakin membiru. Dia kemudian mengambil segelas air di atas meja samping tempat tidur, kemudian meminumnya.
Setelah itu, dia memandang Yi Ming dan memandang apa yang di lihatnya. Wen Shuwan kemudian melambaikan tangannya ke depan seperti sedang menaburi biji-bijian. Kemudian seteguk darah di lantai menghilang tanpa jejak seolah tidak ada darah sama sekali di sana; seolah tangannya merupakan sebuah penghapus yang menghapus noda darah itu.
Yi Ming terkejut dan tanpa sadar mengangkat wajahnya kemudian bertanya, “Bagaimana kau melakukannya? Apakah itu hanya bisa di lakukan oleh para abadi?”
Wen Shuwan tidak menjawab, dia kemudian mendekati ujung ranjang kemudian berdiri dan mendekati Yi Ming. Kemudian dia mengangkat tangannya lalu mengarahkannya ke arah Yi Ming.
Tubuh Yi Ming kemudian terangkat dan dia meronta-ronta ketakutan, berusaha kedua kakinya menginjak lantai lagi. Dia sangat takut dan bertanya-tanya apa yang sekarang di lakukan wanita itu kepadanya. “Apa yang akan kau lakukan? Lepaskan aku!”
Dia meronta-ronta. Namun tidak lama kemudian semua tubuhnya terkunci, dan dia tidak bisa melakukan apa pun kecuali menatap Wen Shuwan.
Tubuh Yi Ming kemudian menempel di dinding dan tidak bisa bergerak. Wen Shuwan mendekatinya. Dia kemudian berkata, “ Mari kita lihat, pusaka apa yang ada di dalam tubuhmu.”
Yi Ming tidak mengerti apa yang di katakannya, dia ingin bertanya, tapi seluruh tubuhnya terkunci. Wen Shuwan kemudian mengangkat tangannya dan sebuah energi berwarna ungu keluar kemudian bergerak-gerak mengelilingi tubuh Yi Ming.
Yi Ming merasa takut, tapi kemudian energi itu terasa sangat hangat dan seolah ada cairan hangat yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Dia menikmatinya sesaat, sebelum seluruh tubuhnya terasa di paku oleh energi itu. Darahnya kemudian bergejolak dan jantungnya berdetak sangat kencang seolah mau meledak. Dia kemudian berteriak kesakitan, namun tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Dia merasa akan mati dan tubuhnya terasa akan meledak.
Berusaha meronta-ronta dan melawan, tapi tidak bisa, Yi Ming hanya bisa pasrah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments