Tidak terasa sudah satu minggu Erfan berada di Batam. Semula dia berpikir untuk resign dari pekerjaannya di Korea, dia berniat untuk bekerja saja di Batam dan memperjuangkan cintanya untuk Gita. Namun, kemudian dia mempertimbangkan untuk tetap kembali lagi ke Korea.
Beberapa hari, Erfan diam-diam mengintai kediaman rumah Dewa. Dia ingin mencari tahu terkait apa yang menjadi keresahan hatinya. Selain itu juga dengan kenapa Gita ada di rumah Dewa.
Hingga akhirnya, Gita keluar dari rumah dengan menggendong Qinan. Gadis itu menuju ke mini market yang berada di dekat rumahnya. Ada beberapa barang kebutuhan Qinan yang habis.
"Kita jalan sebentar ke mini market ya, Sayang. Diapersnya kamu habis. Kalau kehabisan, nanti gak pake diapers, urinenya bisa kemana-mana nanti."
Gadis itu tampak telaten dengan menggendong Qinan. Bahkan berjalan ke mini market juga Gita tidak malu. Selain itu, tetangga di lingkungan perumahan Dewa tentu sudah tahu bahwa Gita lah yang sekarang menjadi istri Dewa.
Tanpa Gita ketahui, ada Erfan yang perlahan-lahan membuntutinya. Pemuda itu mengenakan jumper dengan kapucon, dan menggunakan topi serta masker. Menurut Erfan, mungkin saja dengan cara begini Gita tidak akan mengetahui dirinya.
Erfan juga melihat barang-barang yang dibeli Gita semuanya adalah kebutuhan baby. Dulu, Erfan membayangkan bahwa andai dia menikah dengan Gita, rumah tangganya akan bahagia. Gita pastilah akan menjadi sosok ibu yang baik. Namun, dalam waktu relatif singkat, Erfan sudah melihat Gita menjadi seorang ibu, tapi bukan ibu dari anaknya. Melainkan ibu dari pria lain.
"Seandainya yang kamu gendong adalah anak kita sendiri, pastilah aku sangat bahagia, Gita. Kenapa, di sini takdir seolah mempermainkan aku. Aku masih cinta, tapi kamu sudah dimiliki pria yang lainnya."
Saat Gita hendak membayar barang belanjaannya ternyata hujan turun. Gadis itu pun mengirim pesan kepada Dewa dan meminta Dewa menolongnya dengan menjemput serta membawakan payung sekaligus. Benar hampir sepuluh menit berselang, Dewa datang dengan membawakan payung. Di sana, Gita kemudian berkata.
"Cup, jangan menangis Qinan Sayang. Itu Papa datang menjemput kamu," kata Gita.
Apa yang Gita ucapkan terdengar juga oleh Erfan. Pemuda itu seketika membolakan kedua matanya.
Deg!
"Papa? Mas Dewa adalah Papa bayi itu? Jadi, apakah Mas Dewa dan Gita?"
Mendengar ucapan itu, seketika lutut Erfan seperti kehilangan kekuatannya. Dia merasa begitu terpukul, tak ingin menguntit lagi, Erfan kemudian membuka masker di wajahnya dan kapucon yang sebelumnya dia kenakan. Pemuda itu seketika muncul di hadapan Gita dan Dewa.
"Gita," sapa Erfan.
Tentu Gita menoleh ke arah sumber suara, dan suara yang memanggilnya sekarang sangat Gita ketahui bahwa itu adalah suara Erfan. Tentu Gita sangat kaget melihat Erfan berada di mini market itu.
"Erfan," kata Gita dan Dewa bersamaan.
"Gita, aku tidak salah dengar kan? Tadi kamu berkata bahwa bayi ini, anak kamu memanggil Mas Dewa dengan panggilan Papa. Jadi, suami kamu itu adalah Mas Dewa? Kakak ipar kamu sendiri," tanya Erfan.
Bagi Erfan mendengar kenyataan itu seolah dia merasai empedu yang benar-benar pahit. Jika prianya adalah orang lain itu masih tidak begitu sakit, tapi yang menikahi Gita adalah Mas Dewa yang tak lain dan tidak bukan adalah kakak iparnya Gita sendiri.
"Fan, aku bisa jelaskan semuanya," kata Gita.
Dewa yang selama ini diam akhirnya turut berbicara "Erfan, ikut pulang bersama kami dulu, dan aku akan menjelaskan."
Akhirnya mereka semua menuju ke kediaman Dewa. Gita berjalan satu payung dengan Dewa, sedangkan Erfan membuntuti dengan sepeda motor miliknya. Dari belakang, Erfan melihat sudah jelas bahwa Gita dan Dewa adalah pasangan. Walau keduanya sama-sama dingin. Saat berjalan, Gita juga tak berbicara apa-apa dengan Dewa. Gadis itu hanya mengusapi badan Qinan yang berada di gendongannya.
Begitu sudah sampai di rumah, Dewa mempersilakan Erfan untuk masuk dan duduk. Di sana kemudian semua fakta yang tak Erfan ketahui akhirnya terungkap.
"Benar kan kalau Mas Dewa ini suaminya Gita?" tanya Erfan yang terlihat emosi.
Usai itu, Erfan menatap tajam Gita dan berkata. "Kamu menaiki ranjang kakakmu sendiri kan, Ta?"
Ya, untuk Dewa memang dia turun ranjang. Sedangkan untuk Gita, dia menaiki ranjang kakaknya sendiri. Namun, Erfan masih bersuara.
"Tidak mungkin Mas Dewa melakukan poligami bukan? Sebab dalam Surat An Nisa 23 tertulis 'azza wa jalla. Haram mengumpulkan dua saudara perempuan dalam pernikahan. Jadi, kalian pasti pasangan turun ranjang? Mas Dewa paham agama, tidak mungkin melakukan hal yang haram. Sedangkan naik atau turun ranjang itu Mubah hukumnya atau diperbolehkan."
Benar yang Erfan sampaikan seorang pria yang menikahi kakak dan adik sekaligus, maka pernikahannya haram. Akan tetapi, pernikahan turun ranjang itu hukumnya mubah. Diperbolehkan. Jadi, analisa Erfan terhadap Dewa dan Gita bahwa mereka pasangan turun ranjang.
Gita menitikkan air matanya, entah rasanya sakit ketika tadi Erfan mengatakan bahwa dia menaiki ranjang kakaknya. Ungkapan itu terdengar tabu, tapi juga menunjukkan hal yang tidak etis.
"Berikan penjelasan, Mas Dewa." Erfan kali ini meminta penjelasan dari Dewa.
"Tepat apa katamu, aku menikahi Gita. Dia sekarang adalah istriku."
Erfan benar-benar sedih. Tak ada yang lebih sedih bagi Erfan sekarang ini saat mendengar fakta pahit bahwa kekasihnya sudah dinikahi kakak iparnya sendiri.
"Lalu, Mbak Tya?" tanya Dewa.
"Tya sudah meninggal dunia, Fan."
Erfan menghela napas panjang, dadanya terasa amat sesak. Jadi alasan inilah yang membuat Dewa dan Gita menikah.
"..., dan bayi ini anaknya Gita dengan kamu, Mas?" tanya Erfan.
"Ya, dia anak kami," jawab Gita.
Seketika Dewa menatap Gita yang berurai air mata di sana. Padahal bisa saja Gita mengatakan bahwa itu adalah anaknya Tya. Tidak perlu membohongi Erfan.
"Kamu benar-benar Gita. Di saat aku menjaga cinta dan kepercayaanku, justru kamu menjadi pasangan kakak iparmu sendiri. Semua lebih mudah ku terima seandainya pria itu bukan Mas Dewa," balas Erfan.
"Maaf, Fan ... maaf. Semuanya sudah terjadi demikian adanya."
"Kata maaf saja tidak bisa menghapus luka, Ta. Sebab aku sangat sayang kepadamu," kata Erfan.
Dewa di sini juga merasa ketidak enakan di hatinya. Seolah dia memisahkan Gita dari Erfan, begitu juga sebaliknya. Namun, semua yang sudah terjadi tak bisa dia batalkan lagi.
"Maaf, Erfan. Kenyataannya sekarang Gita adalah istriku."
"Tidak usah mempertegas itu, Mas Dewa. Aku mengetahuinya."
Usai itu, Erfan berpamitan. Benar, maaf dari Gita tidak bisa serta-merta menyembuhkan luka di hatinya. Sedangkan Gita masih menangis. Dewa kemudian mendekat ke Gita, dia berikan tepukan beberapa kali di bahu adik ipar yang sekarang sudah menjadi istrinya.
"Maaf, Ta. Jangan menangis ... lagi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Esther Lestari
smpai segitunya Gita membela Dewa di depan Erfan,masihkah Dewa akan tetap menyakiti hati Gita
2023-12-30
2
Enisensi Klara
,kasihan erfan 😳😳😳
2023-12-10
1
Diana Susanti
kasihaaaan Gita dan erfan
2023-12-10
0