Dua Kamar Berbeda

Bagi mereka yang menikah karena cinta, malam pertama akan menjadi pengalaman bahagia dan sekaligus mendebarkan. Malam ketika dua raga akan bersatu, menyusuri lembah, hingga berlabuh ke muara cinta. Akan tetapi, tidak dengan Dewa dan Gita. Status keduanya yang semula adalah saudara ipar, kini sudah berubah menjadi suami dan istri. Lebih dramatis karena keduanya adalah pasangan turun ranjang, di mana Dewa yang akhirnya memperistri adik mendiang istrinya yang telah tiada.

Gita pun memasuki kamar Qinan, dia juga tak berniat memasuki kamar Dewa. Gita juga sangat tahu bahwa Dewa tak akan pernah melihatnya sebagai istri. Sembari menggendong Qinan, dan berjalan ke sana - ke mari, Gita berbicara lirih kepada keponakan yang kini berstatus sebagai anak sambungnya itu.

"Qinan Sayang, dulu Mama Tya pernah berkata kalau Qinan akan memanggil Ante ke Ante Gita yah. Sekarang, Ante sudah menjadi Mamanya Qinan. Ante sayang Qinan, Ante akan selalu menyayangi Qinan. Ante tidak akan menggantikan posisi Mama Tya di hati Qinan, biarlah Mama yang telah Qinan kenal itu selalu ada di hati Qinan ...."

Alasan kuat kenapa Gita setuju menikah adalah untuk Qinan. Untuk bayi perempuan yang adalah putri kakak kandungnya sendiri itu, Gita rela memutuskan hubungannya dengan Erfan. Walau masih sayang, tapi Gita memilih Qinan dibandingkan pria yang sudah berpacaran dengannya selama satu tahun belakangan ini.

"Nanti kalau Qinan bisa bicara, panggil Ante dengan sebutan Mama ya, Sayang ...."

Berbicara dengan Qinan saja, air mata Gita berlinang. Semata-mata karena kasih sayang agar tak putus, dia mau menikah dengan kakak iparnya sendiri. Mencurahkan kasih sayangnya hanya untuk Qinan.

Sedangkan di dalam kamarnya, Dewa masih meratapi kepergian Tya. Sudah dua berlalu sejak Tya tiada, tapi pria itu masih berselimut duka. Walau sudah menikahi Gita, tapi sebenarnya hatinya dia menolak.

"Pernikahan ini hanya formalitas semata, Tya ... aku melakukannya hanya demi Qinan."

Padahal apa pun alasannya sebuah hubungan sudah berubah. Gita dan Dewa adalah suami dan istri sekarang. Gita sudah ikhlas, dan dia berketetapan tak ingin menggantikan kakaknya. Sedangkan, Dewa masih belum bisa move on, dia masih sedih dan kehilangan Tya.

Waktu berlalu, Dewa yang sedari tadi di dalam kamarnya akhirnya pergi menuju ke dalam Qinan. Dia ingin melihat apakah Qinan sudah tertidur apa belum. Saat Dewa membuka pintu, ternyata Gita masih menggendong Qinan.

"Apa Qinan belum tidur, Ta?" tanyanya.

"Belum. Waktu ku gendong tadi tidur, tapi ketika aku mau tidurkan di box bayi, Qinan bangun lagi," balas Gita.

"Mungkin dia lapar, mau minum susu," balas Dewa.

"Qinan sudah minum susu kok," balas Gita.

Dewa kemudian mendekat. "Mana biar aku saja yang menidurkan Qinan, kamu bisa istirahat. Kamar di bawah yang biasa kamu pakai dulu, bisa kamu tempati," kata Dewa.

Gita menganggukkan kepalanya. Sebab, memang dia menikah bukan menggantikan Tya, bukan merebut Dewa juga. Pada malam pertama ini, Gita lebih baik menerima apa yang dikatakan Dewa saja.

"Biar aku menidurkan Qinan dulu, Mas," kata Gita.

"Tidak usah, kamu masih muda. Mana tahu seputar pengasuhan bayi," kata Dewa.

Ucapan pria itu dengan nada lembut, tapi ucapan itu terasa pedas di hati Gita. Seolah merendahkan Gita yang masih muda tak akan bisa mengurus bayi.

"Seperti biasa, besok ada babysitter yang akan mengasuh Qinan. Jadi, kamu tidak perlu repot-repot," kata Dewa lagi.

"Biar aku saja yang mengasuh Qinan, Mas. Aku juga resign dari pekerjaan, aku mau mengasuh Qinan fulltime," balas Gita.

Sebelumnya Gita bekerja di salah satu bank swasta. Akan tetapi, ketika hendak menikah, Gita memilih resign. Tujuannya adalah bisa mengasuh Qinan fulltime. Jika bukan dia yang memberikan kasih sayang untuk Qinan, siapa lagi? Selain itu, Gita membaca bahwa bayi berusia lima bulan seperti Qinan harus mendapatkan stimulasi dan bersiap untuk MPASI pertamanya nanti.

"Mbak kamu aja ngasuh Qinan dengan bantuan babysitter, apalagi kamu mana bisa?"

"Aku bisa melakukannya kok, Mas. Aku tidak akan mengiyakan ikatan baru ini tanpa membekali diriku menjadi ibu untuk Qinan," balas Gita.

"Hanya ibu sambung, Ta. Walau sebenarnya kamu hanya Tantenya."

Lagi-lagi ucapan Dewa terdengar menyakiti. Dia seolah mempertegas bahwa Gita hanya ibu sambung. Hanya Tante. Dewa pikir seorang Tante, seorang ibu sambung tidak bisa memberikan kasih sayangnya untuk Qinan.

"Banyak ibu sambung yang menyayangi anak-anak sambungnya sama seperti ibu kandung kok, Mas."

Gita masih berani meladeni ucapan Dewa. Sebab, Gita memang tulus. Dia tidak ada niatan jahat sama sekali.

"Terserah kamu aja, Ta. Kamu mau tidur di kamar bawah, atau di kamar Qinan terserah kamu. Yang penting jangan memasuki kamarku. Kamar itu hanya untuk aku dan almarhumah Tya," kata Dewa.

Usai mengatakan itu, Dewa memilih kembali ke dalam kamarnya. Dia kesal meladeni Gita. Pria itu merebahkan dirinya di ranjang dengan memejamkan matanya.

"Ku kira menikah adalah hal yang baik, ternyata justru semakin menambah masalah. Gita bukan Tya. Keduanya berbeda. Tya begitu lemah lembut dan ceria, tak seperti Gita."

Mulailah dalam hatinya Dewa membandingkan Tya dan Gita. Saat ini hatinya masih dipenuhi oleh sosok Tya, sehingga tidak akan ada wanita lain yang baik di mata Dewa.

Menikah dengan Gita justru membuat Dewa mendapatkan masalah baru. Adik ipar yang kini menjadi istrinya itu tidak bisa dia terima. Malam pertama, tidak perlu mereka lalui berdua. Cukup berada di dalam dua kamar yang berbeda. Tidak perlu mendekatkan satu sama lain dalam hubungan suami istri yang seutuhnya, karena memang Dewa tidak bisa menerima Gita.

Terpopuler

Comments

A Z I Z A H

A Z I Z A H

kenapa kesan nya gita yg mau banget nerima pernikahan ini
dih laki bersyukur
tau gitu, rawat aja anaknya ga usah kawinin bapaknya

2024-08-03

1

Dinarkasih1205

Dinarkasih1205

tidak akan masuk syurga bagi laki2 yang mengabaikan istrinya karena isteri yg sudah meninggal apa dia lupa bahwa akhad nikah bukan hanya perjanjian antar manusia tetapi dia dah mengambil alih kewajiban yg di pikulnya , tanggung jawab lahir dan batin akan di pertanggung jawabkan di hadapan Tuhannya jika dia sudah mengucapkan ijab qabul harus memenuhi kewajibannya jangan alasan cinta kepada yg sudah wafat menyakiti secara verbal yg masih hidup

2024-01-16

0

Esther Lestari

Esther Lestari

omonganmu itu Dewa sangat menyakiti hati Gita.

2023-12-30

1

lihat semua
Episodes
1 Hari Kelabu
2 Pretikor Pun Meninggalkan Kenangan
3 Hujan Telah Reda Kenangan Masih Ada
4 Saran Keluarga
5 Permulaan Turun Ranjang
6 Dua Kamar Berbeda
7 Dibanding-bandingkan
8 Rumah Tangga yang Rumit
9 Kedatangan Erfan
10 Patah Hatinya Masih Terasa
11 Fakta Pahit yang Diketahui Erfan
12 Tak Lagi Sama
13 Menuju ke Tanjung Pinang
14 Semalam Bersama
15 Terbukti Tulus
16 Berkaca dari Sahabat Rasulullah
17 Kita Tak Pernah Cukup untuk Orang yang Tidak Tepat
18 Mengurungkan Niat Demi Anak
19 Meminta Kesempatan
20 Bermula dengan Satu Kamar
21 Istikharah Selama Ini
22 Butuh Waktu
23 Menunjukkan Kesungguhan
24 Debaran
25 Lebih Membiasakan
26 Hujan Semalam
27 Bukti Saling Menerima
28 Terselip Cerita Pilu
29 Besok Pagi yah?
30 Panggilan Mama
31 Pintu Kebahagiaan
32 Akan Long Distance Sepekan
33 Menuju ke Bintan
34 Kejutan yang Dewa Tunggu
35 Matahari Terbenam di Bintan
36 Perasaan Seiya
37 Malam Terakhir di Bintan
38 Kembali ke Batam
39 Satu Tahun Berlalu
40 Tes Skrining Cancer
41 Kesempatan Membesarkan Qinan
42 Sore di Tepi Pantai
43 Gita Terlihat Berbeda
44 Garis Dua?
45 Positif Garis Dua
46 Respons Positif dari Mama & Mama Mertua
47 Sembilan Minggu
48 Harapan Lebih Bahagia
49 Jujur Walau Sakit
50 Ruang yang Luas untuk Memaafkan
51 Melepas Satu Cincin
52 Di Kala Subuh
53 Sudah Ada Adik Bayi di Rahim
54 Jalan-Jalan Berdua
55 Ngidam yang Aneh
56 Perut Semakin Membuncit
57 Gender Reveals
58 Semuanya Bahagia
59 Perasaan Lebih Tenang
60 Bersua Kembali
61 Luka yang Tersisa
62 Mempersiapkan Persalinan
63 Persalinan Kian Dekat
64 Akankah Menunggu Papa?
65 Welcome Baby Boy
66 Kebahagiaan untuk Sepanjang Usia
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Hari Kelabu
2
Pretikor Pun Meninggalkan Kenangan
3
Hujan Telah Reda Kenangan Masih Ada
4
Saran Keluarga
5
Permulaan Turun Ranjang
6
Dua Kamar Berbeda
7
Dibanding-bandingkan
8
Rumah Tangga yang Rumit
9
Kedatangan Erfan
10
Patah Hatinya Masih Terasa
11
Fakta Pahit yang Diketahui Erfan
12
Tak Lagi Sama
13
Menuju ke Tanjung Pinang
14
Semalam Bersama
15
Terbukti Tulus
16
Berkaca dari Sahabat Rasulullah
17
Kita Tak Pernah Cukup untuk Orang yang Tidak Tepat
18
Mengurungkan Niat Demi Anak
19
Meminta Kesempatan
20
Bermula dengan Satu Kamar
21
Istikharah Selama Ini
22
Butuh Waktu
23
Menunjukkan Kesungguhan
24
Debaran
25
Lebih Membiasakan
26
Hujan Semalam
27
Bukti Saling Menerima
28
Terselip Cerita Pilu
29
Besok Pagi yah?
30
Panggilan Mama
31
Pintu Kebahagiaan
32
Akan Long Distance Sepekan
33
Menuju ke Bintan
34
Kejutan yang Dewa Tunggu
35
Matahari Terbenam di Bintan
36
Perasaan Seiya
37
Malam Terakhir di Bintan
38
Kembali ke Batam
39
Satu Tahun Berlalu
40
Tes Skrining Cancer
41
Kesempatan Membesarkan Qinan
42
Sore di Tepi Pantai
43
Gita Terlihat Berbeda
44
Garis Dua?
45
Positif Garis Dua
46
Respons Positif dari Mama & Mama Mertua
47
Sembilan Minggu
48
Harapan Lebih Bahagia
49
Jujur Walau Sakit
50
Ruang yang Luas untuk Memaafkan
51
Melepas Satu Cincin
52
Di Kala Subuh
53
Sudah Ada Adik Bayi di Rahim
54
Jalan-Jalan Berdua
55
Ngidam yang Aneh
56
Perut Semakin Membuncit
57
Gender Reveals
58
Semuanya Bahagia
59
Perasaan Lebih Tenang
60
Bersua Kembali
61
Luka yang Tersisa
62
Mempersiapkan Persalinan
63
Persalinan Kian Dekat
64
Akankah Menunggu Papa?
65
Welcome Baby Boy
66
Kebahagiaan untuk Sepanjang Usia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!