Permulaan Turun Ranjang

Dua Bulan Kemudian ....

Kediaman Mama Rita kini dihadari beberapa tetangga dan kerabat dekat. Hari ini juga akan dilangsungkan akad untuk Dewa dan Gita. Setelah mempertimbangkan banyak hal dan juga memprioritaskan Qinan, akhirnya Dewa menyetujui menikah. Hatinya tak menginginkan, tapi dia bisa melakukan kompromi saja bersama dengan Gita. Hatinya tak mencintai Gita karena cintanya masih ada untuk mendiang Tya.

Di dalam kamar, Gita hanya mengenakan kebaya putih dengan rambut yang disanggul sederhana. Tanpa make up tebal, tanpa reroncean bunga yang menghiasi rambutnya. Bahkan gadis itu menatap pilu foto kekasih yang masih berada di Korea Selatan.

"Maafkan Gita, Aa ... bukannya Gita tidak sayang Aa, tapi Gita melakukan semua ini untuk Qinan. Untuk putri Mbak Tya, Gita mau melakukan semuanya ini," katanya lirih. Ibu jari tangannya mengusap layar di handphone di mana ada foto pria yang disayanginya.

"Di sini Gita ya salah, A. Gita berharap Aa Erfan akan mendapatkan gadis lain yang tidak akan mempertaruhkan apa pun demi Aa. Maafkan Gita, A."

Air mata di wajahnya masih berlinang. Hingga akhirnya, ada ketukan dari pintu. Mama Endang dan Mama Rita datang bersamaan, siap mengajak Gita untuk turun.

"Ayo, Ta. Jangan melewatkan waktu yang baik ini," kata Mama Endang.

"Dewa sudah siap di bawah," kata Mama Rita sekarang.

Digandeng oleh Mama Rita dan Mama Endang di sisi kanan dan kirinya, Gita menuruni anak tangga. Di ruang tamu sudah ada penghulu, beberapa kerabat, dan tentunya kakak iparnya yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

"Ayo, Ta ... duduklah di sini," kata Mama Rita.

Setelahnya kerudung putih dibentangkan dan dipasang menudungi kepala Dewa dan kepala Gita. Lalu, ada pamannya Gita yang bertugas sebagai wali nikah. Ini dilakukan karena Papa kandung Gita sudah tiada. Sehingga dari pihak kerabatlah yang menggantikan sebagai wali nikah.

"Mari, bisa kita langsungkan sekarang," kata petugas dari Kantor Urusan Agama.

Paman Supri kemudian menjabat tangan Dewa dan mulai akan menikahkah keduanya.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan saya kawinkan keponakanku tercinta Gita Armania dengan engkau Dewangga Atmaja dengan mas kawin berupa perhiasan dua puluh gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Sebelum menjawab, Dewa teringat dengan momen akad dengan Tya dulu. Sayang sekali, akad itu hanya mempersatukan keduanya untuk waktu yang terbilang singkat. Tidak berlangsung lama.

Hingga akhirnya, Dewa menarik napas dalam-dalam, dan dia pun menjawab."Saya terima nikah dan kawinnya Gita Armania dengan mas kawin tersebut tunai."

Sah!

"Alhamdulillah ...."

Setitik air mata kembali membasahi pipi Gita. Sungguh, tak pernah dia bermimpi akan menikahi kakak iparnya sendiri. Bukan kebahagiaan yang dia rasakan, tapi rasa sesak yang memenuhi dada.

Dewa kemudian menyematkan cincin nikah di jari manis Gita. Sedangkan, saat Gita hendak menyematkan cincin nikah, di jari manis Dewa masih ada cincin pernikahannya dengan Gita. Ya, cincin itu tak bisa dia lepaskan.

"Bagaimana aku bisa memasangkan cincin ini, ketika cincin pernikahanmu dengan mendiang Mbak Tya masih melingkar di sana, Mas?"

Hanya pertanyaan yang mampu dikatakan hati Gita tanpa suara. Sungguh pilu rasanya. Dewa kemudian berkata lirih. "Pasangkan saja," katakan.

Sembari memasangkan cincin itu, Gita memalingkan wajahnya. Dia kembali menitikkan air mata. Akad pernikahan yang pilu. Bahkan cincin nikah pun ada dua yang melingkar di jari manis Dewa.

Saat foto bersama diambil, wajah kedua pengantin juga tampak tegang. Tidak ada rona kebahagiaan di sana. Namun, Mama Endang dan Mama Gita sangat bahagia.

"Dampingi Dewa ya, Gita. Jadi Mama yang baik juga untuk Qinan," kata Mama Rita.

"Iya, Ma."

"Dewa, terima dan sayangi Gita. Lakukanlah semua dengan ikhlas, jangan setengah hati. Sekarang, kamu tidak sendiri. Kamu memiliki Gita di sisimu. Saling menumbuhkan perasaan, pelan-pelan saja."

Sepanjang hari banyak tamu yang hadir dan memberikan selamat. Walau ada cibiran dari tetangga karena ini adalah pernikahan turun ranjang, tapi terbilang banyak juga yang memberikan selamat dan doa supaya pernikahan kedua bagi Dewa ini akan langgeng.

...🍀🍀🍀...

Malam Harinya ....

Dewa mengajak Gita pulang ke rumahnya sendiri. Tentu rumah ini bukan tempat yang asing untuk Gita karena dulu dia pernah menginap di sini saat masih menjadi adik ipar Dewa. Namun, sekarang semuanya berubah bukan? Gita bukan lagi adik ipar Dewa, melainkan sudah menjadi istrinya.

"Gita, aku tahu kita sama-sama setengah hati menjalani pernikahan ini. Baru dua bulan aku menjadi duda, hatiku juga sepenuhnya belum beres. Aku juga tahu selamanya Tya akan berada di dalam hatiku, Ta. Tentu ini menyakiti kamu bukan?" tanya Dewa.

Dewa sebenarnya sosok yang baik dan lembut. Sayangnya, sekarang dia tidak bisa mengosongkan hatinya dan menerima Gita. Bagaimana semua kenangan tentang Tya masih memeluknya.

"Aku butuh waktu, Gita. Maaf, pada kenyataannya tidak mudah bukan untuk memulai hubungan yang baru, ketika hati kita sendiri belum beres."

Gita kemudian memberanikan diri untuk berbicara. "Hubunganku dengan Aa Erfan sudah putus dan berakhir, Mas. Niatku memang sebatas menjalani saja dan menyayangi Qinan. Jauh di dalam lubuk hatiku, aku juga tak ingin menggeser posisi Mbak Tya."

Gita juga tak siap, tapi dia pada akhirnya memilih putus dengan Aa Erfan. Dia tak ingin memberikan harapan palsu untuk Erfan. Walau dinilai tak setia, tapi Gita tak ingin menjalani ikatan baru dengan menautkan hatinya kepada dua pria.

Hingga akhirnya, Gita membuka tangannya. "Sini, Qinan sama aku. Mas Dewa istirahat saja. Aku menerima pernikahan ini sebagai takdir."

Dewa terdiam dan sekaligus tercengang dengan ucapan Gita. Gadis yang kemarin adalah adik iparnya, kini sudah berubah status sebagai istri. Petaka turun ranjang dimulai, Gita menganggapnya sebagai takdir, sedangkan Dewa menganggap ini hanya sebagai kompromi semata.

Gita kemudian menggendong Qinan yang sudah berusia lima bulan. Dia tidak memasuki kamar Dewa, justru memasuki kamar Qinan saja. Sudah Gita pikirkan bahwa menikahi dengan Dewa, bukan berarti dia menggeser posisi Tya.

"Aku naik ke atas, Mas. Selamat malam," kata Gita tanpa menatap wajah suaminya.

Sementara Dewa masih berada di bawah. Dia menatap punggung Gita yang perlahan menjauh.

"Aku yang salah, Ta. Tak seharusnya meminang kamu hanya demi melanjutkan sebuah ikatan dan memberikan seorang mama untuk Qinan. Kamu menerimanya sebagai takdir, tapi bagiku ini adalah paksaan. Hatiku masih ada Tya, dan selamanya akan selalu ada. Mungkinkah ada ruang tersisa untuk wanita yang lain? Agaknya tidak, Ta ...."

Dewa kemudian berjalan lunglai menuju kamarnya. Di nakas yang berada di sisi ranjang, masih ada foto Tya di sana.

"Permainan apa ini, Sayang? Adikmu sudah menjadi istriku. Maafkan aku, aku tidak bisa mencintainya, karena cintaku sepenuhnya hanya untukmu ...."

Terpopuler

Comments

Nany Setyarsi

Nany Setyarsi

benar juga Gita,
jalani aja pernikahanmu sebagai takdir

2023-12-09

2

Putri Chaniago

Putri Chaniago

pengen liat penyesalan Dewa deh

2023-12-06

0

Putri Chaniago

Putri Chaniago

Buat Gita g peduli dg Dewa n dekat kembali dg Erfan atau laki-laki lain biar Dewa merasakan cemburu pada Gita thor, kasihan Gita

2023-12-06

1

lihat semua
Episodes
1 Hari Kelabu
2 Pretikor Pun Meninggalkan Kenangan
3 Hujan Telah Reda Kenangan Masih Ada
4 Saran Keluarga
5 Permulaan Turun Ranjang
6 Dua Kamar Berbeda
7 Dibanding-bandingkan
8 Rumah Tangga yang Rumit
9 Kedatangan Erfan
10 Patah Hatinya Masih Terasa
11 Fakta Pahit yang Diketahui Erfan
12 Tak Lagi Sama
13 Menuju ke Tanjung Pinang
14 Semalam Bersama
15 Terbukti Tulus
16 Berkaca dari Sahabat Rasulullah
17 Kita Tak Pernah Cukup untuk Orang yang Tidak Tepat
18 Mengurungkan Niat Demi Anak
19 Meminta Kesempatan
20 Bermula dengan Satu Kamar
21 Istikharah Selama Ini
22 Butuh Waktu
23 Menunjukkan Kesungguhan
24 Debaran
25 Lebih Membiasakan
26 Hujan Semalam
27 Bukti Saling Menerima
28 Terselip Cerita Pilu
29 Besok Pagi yah?
30 Panggilan Mama
31 Pintu Kebahagiaan
32 Akan Long Distance Sepekan
33 Menuju ke Bintan
34 Kejutan yang Dewa Tunggu
35 Matahari Terbenam di Bintan
36 Perasaan Seiya
37 Malam Terakhir di Bintan
38 Kembali ke Batam
39 Satu Tahun Berlalu
40 Tes Skrining Cancer
41 Kesempatan Membesarkan Qinan
42 Sore di Tepi Pantai
43 Gita Terlihat Berbeda
44 Garis Dua?
45 Positif Garis Dua
46 Respons Positif dari Mama & Mama Mertua
47 Sembilan Minggu
48 Harapan Lebih Bahagia
49 Jujur Walau Sakit
50 Ruang yang Luas untuk Memaafkan
51 Melepas Satu Cincin
52 Di Kala Subuh
53 Sudah Ada Adik Bayi di Rahim
54 Jalan-Jalan Berdua
55 Ngidam yang Aneh
56 Perut Semakin Membuncit
57 Gender Reveals
58 Semuanya Bahagia
59 Perasaan Lebih Tenang
60 Bersua Kembali
61 Luka yang Tersisa
62 Mempersiapkan Persalinan
63 Persalinan Kian Dekat
64 Akankah Menunggu Papa?
65 Welcome Baby Boy
66 Kebahagiaan untuk Sepanjang Usia
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Hari Kelabu
2
Pretikor Pun Meninggalkan Kenangan
3
Hujan Telah Reda Kenangan Masih Ada
4
Saran Keluarga
5
Permulaan Turun Ranjang
6
Dua Kamar Berbeda
7
Dibanding-bandingkan
8
Rumah Tangga yang Rumit
9
Kedatangan Erfan
10
Patah Hatinya Masih Terasa
11
Fakta Pahit yang Diketahui Erfan
12
Tak Lagi Sama
13
Menuju ke Tanjung Pinang
14
Semalam Bersama
15
Terbukti Tulus
16
Berkaca dari Sahabat Rasulullah
17
Kita Tak Pernah Cukup untuk Orang yang Tidak Tepat
18
Mengurungkan Niat Demi Anak
19
Meminta Kesempatan
20
Bermula dengan Satu Kamar
21
Istikharah Selama Ini
22
Butuh Waktu
23
Menunjukkan Kesungguhan
24
Debaran
25
Lebih Membiasakan
26
Hujan Semalam
27
Bukti Saling Menerima
28
Terselip Cerita Pilu
29
Besok Pagi yah?
30
Panggilan Mama
31
Pintu Kebahagiaan
32
Akan Long Distance Sepekan
33
Menuju ke Bintan
34
Kejutan yang Dewa Tunggu
35
Matahari Terbenam di Bintan
36
Perasaan Seiya
37
Malam Terakhir di Bintan
38
Kembali ke Batam
39
Satu Tahun Berlalu
40
Tes Skrining Cancer
41
Kesempatan Membesarkan Qinan
42
Sore di Tepi Pantai
43
Gita Terlihat Berbeda
44
Garis Dua?
45
Positif Garis Dua
46
Respons Positif dari Mama & Mama Mertua
47
Sembilan Minggu
48
Harapan Lebih Bahagia
49
Jujur Walau Sakit
50
Ruang yang Luas untuk Memaafkan
51
Melepas Satu Cincin
52
Di Kala Subuh
53
Sudah Ada Adik Bayi di Rahim
54
Jalan-Jalan Berdua
55
Ngidam yang Aneh
56
Perut Semakin Membuncit
57
Gender Reveals
58
Semuanya Bahagia
59
Perasaan Lebih Tenang
60
Bersua Kembali
61
Luka yang Tersisa
62
Mempersiapkan Persalinan
63
Persalinan Kian Dekat
64
Akankah Menunggu Papa?
65
Welcome Baby Boy
66
Kebahagiaan untuk Sepanjang Usia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!