Tidak terasa satu bulan sudah berlalu. Satu bulan yang terbilang lama dan penuh tekanan untuk Gita. Bagaimana tidak, beberapa kali suaminya masih sama membandingkannya dengan almarhumah Tya. Jujur, Gita juga berharap bahwa Dewa akan memandangnya sebagai Gita, bukan sebagai Tya.
Lagipula, Gita tidak ingin menggantikan posisi kakaknya yang sudah tiada. Dia mau dilihat sebagai pribadi yang berbeda, dihargai keberadaannya, dan juga tidak mencari kesalahan kecil yang dia lakukan.
Sampai suatu hari, ada tamu yang datang ke kediaman Dewa. Tamu yang tidak disangka-sangka datang khusus dari Korea Selatan. Ya, dia adalah Erfan. Pemuda itu datang dengan membawa hatinya yang hancur.
"Assalamualaikum."
Terdengar kalimat salam dan ketukan di pintu rumah Dewa. Kebetulan Dewa yang saat itu berada di ruang tamu, segera berdiri dan membukakan pintu. Dia melihat siapa yang datang siang itu.
Saat pintu terbuka, betapa kagetnya Dewa karena di hadapannya berdiri Erfan, pemuda yang adalah pacar Gita. Ya, Dewa sempat bertemu dengan Erfan sebelum Erfan berangkat ke Korea Selatan. Hubungan Erfan dengan Gita, Dewa juga tahu. Namun, Dewa tak menyangka bahwa Erfan sudah kembali berada di Indonesia.
"Assalamualaikum, Mas Dewa," sapa Erfan dengan sopan. Pemuda berwajah tampan, berperawakan lebih tinggi dari Dewa itu sedikit menunduk dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Waalaikumsalam, kamu pulang dari Korea Selatan, Fan?"
"Iya, Mas. Mau bekerja rasanya sudah tidak fokus, kepikiran Gita terus. Tadi aku ke rumah Tante Endang, katanya Gita berada di sini. Boleh aku bertemu dengan Gita, Mas?"
Dewa menganggukkan kepalanya. Dia menyuruh Erfan untuk duduk dulu, kemudian masuk ke dalam dan memanggil Gita..
"Ta, ada seseorang mencarimu," kata Dewa.
"Siapa Mas? Tumben, biasanya gak ada yang mencariku."
"Kamu turun dan lihat saja siapa yang datang."
Gita akhirnya merapikan rambutnya terlebih dahulu. Kemudian dia turun ke bawah untuk melihat siapa yang datang mencari. Baru saja menuruni anak tangga ternyata yang duduk di ruang tamu adalah Erfan. Gita juga sangat kaget melihat mantan pacarnya yang bekerja di Korea kini berada di ruang tamu.
"Gita," sapa Erfan. Pemuda itu berdiri, sungguh kembali melihat Gita setelah sekian lama membuat Erfan begitu rindu.
"Erfan," balasnya dengan tertegun.
"Aku pulang, Gita. Aku sungguh tidak tahu, kenapa dulu kamu memutuskanku secara sepihak. Padahal kita saling sayang kan, Ta?" tanyanya.
Ya, Erfan masih ingat bahwa sekalipun kedua menjalani pacaran jarak jauh, tapi selama ini keduanya tidak pernah bertengkar. Justru keduanya saling suport dan memotivasi untuk bekerja dengan baik. Sayangnya, tiba-tiba Gita menelpon Erfan dan mengatakan untuk putus.
...🍀🍀🍀...
Satu Bulan Sebelum Pernikahan Gita ....
Gita berada di dalam kamarnya, dia harus membuat keputusan dengan segera karena berkas pendaftaran pencatatan pernikahan harus segera dimasukkan ke Kantor Urusan Agama. Saat itu, Gita berpikir bahwa dia harus memutuskan Erfan terlebih dahulu. Tidak mungkin dia akan memulai hubungan baru dengan Dewa, tapi tidak memutuskan Erfan yang berada di Korea.
Untuk itu, Gita pun menelpon Erfan. Daripada sebatas putus melalui pesan whatsapp, lebih baik menelpon.
Erfan
Berdering ....
"Halo, Fan ...."
"Ya, halo, Ayang ...."
"Ada yang ingin kukatakan, Fan," balas Gita.
Di Korea sana, Erfan masih berusaha positif thinking karena Gita memang terkadang menghubunginya. Mungkin sekarang sedang rindu, sehingga Gita menelponnya.
"Kenapa, kamu kangen aku, Yang?"
Gita tersenyum, walau hatinya merasa sangat pahit. Masih sayang, tapi harus putus karena dia akan segera menikah dengan kakak iparnya sendiri.
"Sebelumnya, aku minta maaf, Fan. Akan tetapi, kita harus putus."
Erfan benar-benar tidak percaya. Kenapa tiba-tiba Gita meminta putus padahal selama ini hubungan mereka berdua baik-baik saja.
"Kamu enggak bercanda kan, Ta? Aku pergi bekerja sampai Korea juga untuk menabung dan siap menikahimu loh, Ta."
"Iya, aku ingin putus."
Sekuat tenaga Gita berusaha menahan untuk tak menangis. Setelah itu, pastilah Erfan merasa Gita lah yang bersalah. Gita lah yang berlaku tidak setia dengannya.
"Enggak, enggak bisa, Ta. Kita saling sayang. Aku pergi ke Korea juga untuk mengumpulkan uang dan ingin menikahimu. Kita juga tidak bertengkar. Aku tidak terima."
"Harus terima, Fan. Maafkan aku. Memang aku yang salah di sini."
"Kamu meminta putus karena apa, Ta?" tanya Erfan.
"Aku ... akan menikah."
Erfan menggelengkan kepalanya. Bagaimana mungkin pacarnya meminta putus dan mengatakan hendak menikah. Erfan berusaha mencernanya, dan itu tidak masuk akal baginya.
"Sekali lagi maafkan aku yah, Erfan. Mungkin kita berdua memang tidak berjodoh. Aku berdoa supaya kamu akan mendapatkan gadis yang lebih baik. Maafkan aku, setelah ini aku tidak akan menghubungi kamu lagi. Assalamualaikum."
Setelah itu, panggilan tertutup. Gita sudah berkata tidak akan menghubungi Erfan lagi. Sakit, pastilah sakit. Dia yang sudah menyakiti Erfan, tapi memang ini adalah jalan tepat yang harus Gita ambil.
Setelah itu, Gita juga menepati perkataannya untuk tak menghubungi Erfan lagi. Dia memilih mem-blok nomor Erfan, supaya komunikasi benar-benar putus. Biarlah patah hati ini mereka alami sekarang, daripada nanti-nanti.
...🍀🍀🍀...
Sekarang ....
Gita dan Erfan duduk berhadap-hadapan di sofa yang berada di ruang tamu. Erfan menanti jawaban yang akan Gita berikan.
"Tidak bisa memberikan jawaban kan, Ta? Aku sampai sekarang masih percaya bahwa kita masih menyayangi satu sama lain. Atau jangan-jangan kamu yang memang tidak tahan menjalani hubungan jarak jauh. Jika benar, aku akan resign, Ta. Aku akan berada di Batam, bekerja lagi di sini, dan kita bisa selalu bertemu."
Gita kemudian menggelengkan kepalanya."Tidak, kamu tidak perlu resign. Kan memang kita berdua sudah putus, Fan. Aku sudah menjelaskannya dulu bukan."
"Aku tidak percaya kalau kamu sudah menikah," balas Erfan.
Gita menghela napas panjang. Kemudian dia mengangkat wajahnya perlahan dan menjawab Erfan. "Aku memang sudah menikah, Fan. Ya, sudah menikah."
Erfan tersenyum miring dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat Gita justru membuatnya semakin kecewa. Padahal menurut Erfan sangat tidak mungkin Gita sudah menikah.
Erfan ingin berbicara lebih banyak lagi, tapi di saat bersamaan terdengar tangis suara bayi. Gita seketika berdiri, pastilah Qinan menangis sekarang.
"Tangisan bayi?" tanya Erfan.
"Ya, bayiku," balas Gita.
Jawaban Gita semakin melukai Erfan. Pria itu mengusap wajahnya berkali-kali. Masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar secara langsung sekarang.
"Sebaiknya kamu pulang, Fan. Mohon maaf aku hanya memberimu luka. Lupakan aku, dan buka hatimu untuk cinta yang lain. Tanpa aku, kamu akan bahagia, Fan."
Semua percakapan Gita dan Erfan terdengar oleh Dewa. Bahkan ketika Erfan pergi pun Dewa melihatnya. Di saat itulah, Dewa sesungguhnya merasa kasihan dengan Gita. Bagaimana sayangnya Gita dan Erfan dulu, Dewa sangat tahu. Apa yang dia lihat sekarang menandakan bahwa sebenarnya mereka yang terluka bukan hanya mereka yang kehilangan kekasihnya untuk selama-lama, mereka yang memilih melepas kebahagiaannya dan orang yang mereka cintai untuk menjalani satu amanah yang lain pun juga merasakan sakitnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Esther Lestari
sadar Dewa disini yg terluka dan kehilangan orang yg dicintai bkn hanya kamu tetapi Gita juga. jangan egois kamu Dewa
2023-12-30
1
Budhiarty Sayekti
sadar sadar dewa
2023-12-17
0
Nany Setyarsi
coba mikir LG dewa,
buat lebih menghargai pengorbanan dan keikhlasan Gita.
jangan cari salah nya terus
2023-12-09
2