Bertaruh dengan keyakinan diri yang cukup tinggi, berharap bisa memenangkan lembaran dolar dalam jumlah yang sangat banyak.
Disisi lain gudang penyimpanan pakan ternak, Miler yang baru tersadar akan tidur pulasnya, terbangun dalam dekapan Deria.
"Gimana? Sudah merasa puas sekarang? Apa karena yang kuberi terlalu nikmat sehingga membuat tidurmu selelap itu," ujar Deria melepas dekapannya tanpa mengenakan busana.
"Memangnya...apa yang baru kita lakukan? Bukankah kita hanya sekedar bermabuk-mabukan saja?" tanya balik Miler sedikit heran.
"Kamu lupa dengan apa yang sudah kamu lakuin ke aku? Kenapa kamu tidak berkata seperti itu sebelum melakukan semuanya padaku? Aku pikir kamu berbeda dengan lelaki lain, tapi ternyata sama saja!" pekik Deria perlahan bangkit berdiri mengikat rambut.
"Tapi...ungkapanmu itu berbeda dengan yang kurasakan. Aku tidak merasakan sedikitpun sensasi seperti apa yang kamu maksudkan itu. Lalu jika aku benar, terus kenapa semuanya jadi seperti ini? Malah kepala pusing lagi," gerutu Miler sembari menopang sisi kiri kepala.
"Apa iya aku sudah begituan dengannya? Kalaupun iya, kenapa tidak ada sedikitpun rasa nikmat itu tertinggal di benakku?" batin Miler terus menyangkal ungkapan Deria.
Flashback 5 jam sebelumnya.
"Memangnya...ada tempat lain yang lebih seru daripada keramaian kota?" ucap Miler berjalan di sisi Deria menuju sudut halaman.
"Ada dong. Lagian menurutku, tempat yang ingin aku tunjukkan nanti jauh lebih romantis dan aku cukup yakin, tempat itu baru pertama kali ada dalam hidupmu."
"Selain cantik, baik hati dan murah senyum, ternyata kamu juga pribadi yang menyenangkan," balas Miler terus menunjukkan senyuman di wajah.
"Dasar gombal! Pintar sekali membuat wanita terbuai oleh kata-katamu. Sudah berapa banyak wanita yang kamu tundukkan?"
"Untungnya sampai saat ini, belum ada satupun dari mereka para wanita yang menjadi korbanku. Karena menyakiti bukan gayaku sebagai lelaki."
Terus mengobrolkan sesuatu hal diiringi canda tawa berujung ke ide gila Deria, mengajak Miler menuju gudang penyimpanan pakan di belakang gedung yayasan.
Entah apa yang ada di dalam pikiran Deria, dirinya telah menyiapkan semua yang di perlukan. Mulai dari menyediakan beberapa botol minuman keras, cemilan ringan, bahkan sebuah matras yang telah terbentang diatas tumpukan jerami.
Setibanya di gudang belakang.
"Kita habiskan malam ini dengan kenangan baru yang akan kamu ingat selamanya, bagaimana?" ujar Deria melepas pengikat rambut, membuka kancing baju satu persatu.
"Kamu memang wanita yang paling mengerti bagaimana cara menyenangkan lelaki," balas Miler tersenyum sumringah.
Keduanya saling berbagi minuman maupun ciuman. Dibawah pengaruh alkohol, gelak tawa mereka terus bergema walau tak mengenakan sedikitpun busana.
Namun hasil akhirnya, Miler yang tak sanggup lagi menahan kantuk akibat mabuk, tertidur pulas dalam dekapan Deria.
Deria yang lebih ahli dalam mengkosumsi minuman keras jelas menguasai panggung atas diri Miler, menciptakan drama terbaik dalam benaknya.
Flashback Off.
"Kamu bebas menyanggah hal apapun itu yang menurutmu kurang tepat. Tapi perlu kamu tau, aku menyesal memberikan tubuhku pada lelaki pengecut sepertimu!" kecam Deria perlahan mengenakan pakaian dalam.
"Tunggu sebentar, jangan marah atau membenciku, mungkin karena lagi di bawah kendali alkohol, jadi sedikit sulit bagiku mengingat apa yang telah kita lalui," balas Miler selesai berpakaian.
Deria perlahan duduk di tumpukkan jerami, menundukkan pandangan, kedua tangan menutupi sisi wajahnya, "Aku terlalu bodoh! Aku pikir, aku telah menemukan lelaki yang tepat dalam hidupku dan bahkan dengan mudahnya memberikan kesucianku ini!" lanjutnya mengisak tangis.
Miler yang bingung harus bersikap apa kala melihat Deria bersedih hati, coba menawarkan hal lain demi menenangkan suasana tersebut.
"Aku akan berikan berapapun uang yang kamu pinta, tapi aku mohon, kamu harus kembali ceria seperti sebelumnya," lanjut Miler mengelus pundak Deria.
Deria menepis sentuhan Miler, menatap Miler dengan pandangan sinis, "Kamu pikir aku wanita penghibur? Apa kamu pikir, uangmu itu sanggup menggantikan harga diriku yang telah hilang!" lanjut Deria membentak bernada lantang.
Suara keributan dalam gudang tersebut kian menggema, tak berselang lama, Arthur datang menghampiri perlahan masuk ke dalam gudang tersebut.
"Deria? Kalian? Sedang apa disini? Aku pikir pencuri, ternyata kalian!" Tegas Arthur sembari tangan memegang sebuah laras panjang.
Deria yang terus menangis, membuat Arthur menekuk wajah langsung berbalik melirik ke arah Miler, "Kamu apakan dia? Apa yang sudah kamu perbuat padanya?"
Menjaga wibawa dalam diri, Miler bersikap biasa seolah tak ada hal aneh yang terjadi, "Tidak ada hal apapun yang terjadi. Semua yang kamu lihat hanya kesalahpahaman saja."
Mendengar jawaban Miler, tangis Deria semakin tak terkendali.
Arthur kembali menggertak Miler, "Jangan mencoba menutupi sesuatu dariku, berbicaralah sesuai jenis kelaminmu! Selagi masih bisa di bicarakan dengan baik, aku lebih memilih jalan itu," lanjutnya menyandarkan senapan mesin di pundak.
Miler yang sepakat akan pemikiran Arthur, menceritakan semua yang terjadi pada dirinya dan Deria.
"Bukannya aku menghina harga dirinya dengan memberikan uang berapapun yang nantinya ia minta, tapi itu wujud sikap kepedulian dariku yang telah melakukan kesalahan," jelas Miler menghela nafas.
"Kalau dia tidak hamil, mungkin kesalahan yang kalian perbuat masih bisa di maklumi, terlebih itu atas dasar kemauan kalian sendiri. Tapi, bagaimana jika nantinya dia hamil?" balas Arthur sesekali menoleh kearah Deria.
"Kalaupun dia hamil dan anak itu terbukti darah daging ku, aku siap menikahinya," pungkas Miler memandang Arthur cukup serius.
Mendapat jawaban sangat jelas dari Miler, Arthur mendekatkan diri, mencoba sedikit menenangkan hati Deria menjelaskan secara inci titik sudut permasalahan yang mereka alami.
"Bagaimana? Ini solusi terbaik yang ada untuk mengatasi masalah kalian berdua," lanjut Arthur mengelus punggung Deria.
Tak menjawab ucapan Arthur, Deria hanya mengangguk rendah di iringi tangisan kian memudar.
"Aku minta, masalah ini tidak melebar kemanapun, cuma itu yang ku inginkan," sahut Miler menyerahkan selembar cek tunai pada Arthur.
Setelah menuai kesepakatan, Miler beranjak pergi meninggalkan Deria dan Arthur. Arthur yang terus memperhatikan langkah Miler kian menjauh dari pandangannya, kemudian tertawa hebat bersaut-sautan dengan Deria.
"Hah, lelah juga ternyata memainkan satu peran gadis tersakiti!" pekik Deria mengusap linangan air mata.
"Rejeki bagus! Memang benar kata pepatah, rejeki mah gak bakal kemana. Dengan ini, setidaknya bisa membantu Reus menangani masalah kebutuhan sehari-hari yayasan," balas Arthur menggoyangkan lembar cek tunai di tangan kirinya.
Flashback sebelumnya ketika Deria membuat teh hangat untuk Adams dan Miler, berselisih dengan Arthur.
"Kalau dipikir-pikir, kasihan juga lihat Reus," ujar Arthur mengambil segelas air putih.
"Kasihan kenapa?" balas Deria menoleh sisi kanan.
"Yah bagaimana tidak kasihan, kalau di pikir-pikir selama ini, baik siang maupun malam, Reus selalu berupaya terus memikirkan cara agar kebutuhan yayasan tercukupi. Bahkan diam-diam, Reus tak pernah berhenti menemui beberapa orang agar mereka mau memberikan bantuan donasinya untuk yayasan," jelas Arthur meletakkan kembali gelas kosong.
Deria menggangguk, memahami kondisi sulit yayasan.
"Bahkan, meski dirinya terlihat satu tahun lebih muda dariku, dia sanggup menopang semua masalah tanpa mengeluh sedikitpun. Andai saja aku bisa sedikit membantu meringankan beban pikirannya," lanjut Arthur menghela nafas.
"Aku ada ide!" cetus Deria tersenyum licik menatap tajam Arthur.
"Ide apaan?"
"Sini, aku bisikin," singkat Deria memberitahukan idenya.
Setelah mendengar bisikan isi kepala Deria, Arthur terkejut di iringi refleks tubuh sedikit menjauh, "Ah, gila kamu! Itu namanya bukan ide mencari solusi terbaik, tapi itu sama saja dengan bunuh diri! Lagian, apa kamu tidak tau latar belakang mereka itu siapa?"
"Kalau masalah itu tenang saja, sehebat apapun sang predator, pada akhirnya akan tunduk jika di hadapankan dengan daging lunak penuh kenikmatan," pungkas Deria menggoyangkan kedua bola besar di dadanya.
Arthur kembali berdiam diri, sedikit merenung memikirkan ide yang Deria sampaikan.
"Setidaknya, jika tangkapan yang sangat besar ini berhasil, bakal sanggup untuk memenuhi kebutuhan yayasan dalam beberapa bulan kedepan," lanjut Deria menyentuh lembut tangan Arthur.
Keyakinan terpancar dari wajah Deria, membuat sikap ragu serta bimbang Arthur seketika sirna.
"Baiklah, aku siap untuk melakukannya. Jika nantinya ini gagal dan nyawaku hilang, aku mohon, berikan seluruh kekayaan hartaku untuk yayasan ini," jelas Arthur menatap pandangan lurus, mengangkat mengepal tangan kanan sejajar bahu.
"Memangnya, seberapa banyak harta yang kamu miliki?"
"Hanya sebuah tekad kuat, keyakinan tinggi dan doa paling ampuh di muka bumi ini."
Flashback Off.
"Ternyata di balik arogansinya itu, masih ada sedikit ketakutan yang tak bisa ia sembunyikan. Untungnya misi ini sukses, berjalan lancar sesuai harapan," lanjut Arthur menggelengkan kepala tertawa kecil mencela Miler.
"Dan yang paling terpenting, aku tak kehilangan apapun. Ya hanya sebatas berbagi ciuman, itupun kulakukan karena terpaksa," balas Deria mengusap lembut bagian belakang celananya.
"Yakin? Apa tidak sebaiknya aku pastikan terlebih dahulu? Mungkin saja tertinggal sedikit kecupan darinya di tubuhmu itu."
"Boleh saja, tapi bila itu sudah pada waktunya ketika aku yakin, dirimu berbeda dengan kebanyakan pria," jelas Deria kembali berjalan mendahului Arthur.
"Melihat sikapmu ini, membuatku teringat satu kalimat Rempis yang baru-baru ini aku baca dalam kutipan novelnya."
Deria menaikan satu alisnya, "Apa?"
"Jangan pernah mencoba tuk mengejar bayangan seorang wanita, sebab hal itu takkan pernah bisa kau gapai. Putar balik badanmu, pahami sedikit sisi bayangmu lalu tentukan arah tujuanmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
🏘⃝AⁿᵘKᵝ⃟ᴸℝ𝕒𝕪𝕚𝕚☠ᵏᵋᶜᶟ🍂
HOoh, setidaknya masih bisa Mendoakan hal yg baik ya Om Arth.😌
2024-01-01
1
🏘⃝AⁿᵘKᵝ⃟ᴸℝ𝕒𝕪𝕚𝕚☠ᵏᵋᶜᶟ🍂
Kirain klo Rezeki nggk bakala kemana cuma ada di Indo aja🤣🤣
2024-01-01
1
🏘⃝AⁿᵘKᵝ⃟ᴸℝ𝕒𝕪𝕚𝕚☠ᵏᵋᶜᶟ🍂
Heeyy.Kau kan mabuukk🙄
2024-01-01
0