Setelah Wury kembali masuk kedalam kamar, ia langsung membuka salah satu lanjutan alur cerita yang mengganjal dalam pikirannya.
Disepenggal tulisan tersebut, berisikan makna seorang wanita muda yang rela memberikan kesucian diri pada kekasih hanya karena beralaskan rasa cinta.
"Karena cinta? Apa itu hal yang lumrah jika seseorang telah jatuh cinta...mereka akan rela gitu memberikan semuanya? Sekalipun memberikan harga dirinya?" pekik Wury mencela penggalan kalimat naskah.
Hal yang belum Wury ketahui dengan pasti atau ia rasakan, membuat akal pikirnya semakin bertambah bingung.
Selain menikmati di setiap sudut alur cerita tersebut, Wury juga salah satu penikmat yang sangat gemar mencari logika kebenaran di dalamnya.
Terlintas di benak pikirnya ingin menanyakan hal tersebut kepada Reus. Meski keraguan muncul di pikirannya jika Reus juga tak mengetahui hal yang sama, seperti yang ia maksudkan.
"Memangnya, siapa lagi orang yang harus kutuju jika bukan Reus! Deria? Arthur? Atau Helena? Itu lebih gak masuk akal," ujar Wury bermain dengan pikirannya.
Sementara Wury masih berpikir penuh tanya, dilain sisi Reus yang sangat tergesa-gesa, segera memasuki ruangan pribadi miliknya dan langsung mengunci pintu.
Menghembuskan nafas dengan perlahan, Reus coba menenangkan sedikit pikirannya.
"Kenapa dia bisa sampai melakukan hal seperti itu? Apa seberpengaruh itu sebuah tulisan untuknya? Padahal, hanya tulisan saja," ujar Reus menghela nafas masih berdiri membelakangi pintu ruangan.
Sesekali Reus memejamkan mata, kembali mengingat gairah Wury yang tak kunjung pergi dari pikirannya, "Kenapa ingatan ini masih gak mau pergi sih!"
Tak berselang lama, suara ketukan pintu Reus berbunyi.
"Apa kamu ada di dalam? Aku ada sedikit perlu," ucap Wury menggenggam kedua tangan sedikit gemetar memberanikan diri.
Reus kembali menghela nafas panjang, bersikap biasa seolah tak ada apapun yang terjadi di antara keduanya. Setelahnya langsung membukakan pintu.
"Maaf sedikit lama membukakan pintu," balas Reus mempersilahkan masuk.
"Kenapa kamu terlihat formal begitu? Belum lagi wajah kamu terlihat sedikit pucat. Kamu lagi sakit?" lanjut Wury berjalan masuk terduduk di sofa.
"Gak kok, aku gak kenapa-kenapa. Yah mungkin lagi sedikit kelelahan saja. Lagian, bukan hal yang harus di khawatirkan juga," jelas Reus menutup pintu ruangan.
"Oh, baguslah kalau begitu."
"Terus, yang kamu tadi bilang ada perlu, perlu apa?" lanjut Reus menatap Wury dari arah belakang berjalan menuju pantri.
Pantri/Pantry atau penangga adalah sebuah tempat penyimpanan bahan makanan dan minuman ataupun alat-alat lainnya.
"Aku ingin menanyakan sesuatu, tapi sebelumnya aku ingin tau, apa kamu pernah memiliki seorang kekasih?
"Apakah aku diwajibkan harus menjawab pertanyaan sekonyol itu? Terus, apakah nantinya jawaban ku itu sangat-sangat penting buat pengetahuan kamu?" lanjut Reus menghidangkan teh hangat.
"Aku hanya sedikit penasaran tentang salah satu penggalan kalimat di novel Rempis."
"Kalimat? Memangnya kalimat itu bertuliskan apa?"
"Disitu tertulis, jika seorang wanita telah jatuh cinta kepada satu pria, wanita tersebut rela memberikan segalanya atau lebih singkatnya memberikan kesucian dirinya," jelas Wury melirik Reus yang masih berdiri di sampingnya.
Perlahan Reus duduk di hadapan Wury, menyeruput teh hangat dalam genggaman, "Itu hanya imajinasi penulis saja, gak semua hal tentang tulisan selalu berkaitan dengan fakta yang ada di dalam kehidupan," lanjut Reus meletakkan gelas di meja.
"Meski kamu bilang begitu, tapi nyatanya, banyak kasus yang terjadi persis dengan penggalan kalimat itu."
"Yah bisa saja kan...kalau yang kamu maksud itu hanya kebetulan. Lagian, kenapa sih kamu suka baca buku yang isinya begitu-begituan?"
"Maksud kamu?"
"Bukannya alur buku itu secara keseluruhan hanya berfokus berisi tentang hubungan intim saja? Walau banyak kutipan didalamnya, tetap saja buku itu gak sembarangan buat di kosumsi publik, terlebih gambar-gambar porno yang ada di dalamnya."
"Kamu tau penggalan kalimat itu di judul buku yang mana?"
"Siapa yang gak tau karya beliau? Biar begini, aku juga salah satu penikmat karya miliknya. Hanya saja...untuk yang bergenre seperti itu, aku kurang menikmatinya."
"Aku kira, kamu hanya pria yang terlalu fokus mengemban tanggung jawab, bukan pria yang gemar membaca."
"Apapun itu mengenai jawaban dari pertanyaan kamu, kita gak bakal pernah menemui jawabannya jika kita sendiri...belum pernah berada di posisi tersebut."
"Iya sih, sebelumnya aku juga sama denganmu, berpikiran seperti itu," lanjut Wury meminum teh miliknya.
"Andai kamu tau apa yang aku rasain ke kamu dan rasa yang terpendam di hatiku ini sejak pertama kali kita mengenal, apa kamu bakal bisa tetap ada seperti ini untukku?" batin Reus menundukkan pandang sesekali melirik Wury.
Kembali ke persidangan Rempis.
Sidang kedua telah kembali dibuka kala Julius selesai berdiskusi dengan para jajaran pengadil.
"Baik, setelah sebelumnya kita mengalami kebuntuan tentang pernyataan sikap, sidang kita lanjutkan!" pungkas Julius mengetuk palu.
Perdebatan di antara kedua kubu kembali terjadi dengan sengit. Kubu penuntut terus menekan Rempis dengan rangkaian bukti-bukti yang mereka tunjukan, begitupun dengan kubu pembela yang kian menentang putusan penuntut, dengan undang-undang negara yang melindungi hak setiap warga negara.
"Oke cukup. Selanjutnya saya ingin mendengar satu persatu keterangan para saksi-saksi yang ada. Baik dari pihak terdakwa ataupun penuntut," lanjut Julius memberi isyarat kepada para saksi menyuruh berdiri.
Saksi pembela atau peringan hukuman Rempis yang dimaksud Julius saat itu, tak lain ialah sepupu dari istrinya sendiri, Niki.
"Terimakasih yang mulia. Sebagai seorang istri, tentunya saya sangat mengerti dengan baik tentang sifat ataupun sikap suami saya. Jadi yang mulia, menurut tuntutan yang di jatuhkan pihak penuntut kepada suami saya itu, tidak berlandaskan tentang fakta yang terjadi, melainkan hanya drama yang di lebih-lebihkan saja yang mulia."
"Lalu, bagaimana dengan keterangan dari pihak saksi penuntut? Mereka mengatakan jika Rempis dengan sengaja tak ingin berhenti melakukan aktivitasnya sebagai penulis...walau banyak kecaman di kalangan masyarakat?" lanjut Julius menekan Niki bersikap netral di persidangan.
Pertanyaan-pertanyaan dari pihak penuntut ataupun Julius silih berganti terus-menerus menekan pikiran Niki hingga menemui kebuntuan berpikir.
"Sebelumnya saya ingin memastikan satu hal, adakah kelainan dengan pola pikir beliau atau rutinitas yang beliau lakukan atau ekspresi ketika marah atau cara beliau bereaksi ketika di hadapkan pada suatu masalah?" ucap Julius menatap Niki sesekali melirik Rempis yang masih tertawa kecil.
Niki menceritakan semua perilaku Rempis yang ia ketahui dengan jujur penuh ketegasan. Mulai dari cara Rempis melampiaskan amarah kala keinginannya tak bisa ia gapai, lalu bereaksi tentang hal yang berbau kesedihan, atau bahkan dari cara kelainan seksual Rempis. Hal itu Niki ungkapkan dengan sangat jelas di persidangan.
Mendapati satu kebenaran didalam diri Rempis, membuat sikap Julius berdecak heran. Jauh dalam hatinya, mungkin sifat ataupun sikap Rempis yang ia kenal di masa dahulu telah lama mati.
"Pada akhirnya, obsesi telah berhasil membunuh akal sehat pikiranmu!" batin Julius dengan tatapan tajam masih menatap Rempis.
Seseorang bisa dikatakan mengidap gangguan jiwa jika mereka mengalami satu kondisi seperti, gangguan kecemasan, gangguan kepribadian, gangguan afektif atau mood, sulit mengontrol keinginan, gangguan psikosis, gangguan pola makan, OCD, gangguan seksual dan gender, gangguan disosiatif, dan lain sebagainya.
Setelah merangkum semua keterangan yang didapat, Julius memberikan putusannya.
"Dengan segala ketentuan hukum undang-undang yang berlaku, baik melalui keterangan-keterangan yang ada, saya selaku hakim pengadil memberi putusan bahwa, saudara Rempis di jatuhi hukuman sebagai tahanan seumur hidup di salah satu yayasan rumah sakit gangguan jiwa yang bernama, Sille le guillaume!"
Putusan tegas Julius dengan ketukan palu itu di sambut teriakan dari beberapa pihak yang kecewa karena Rempis tak mendapat hukuman mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
mio amore
pasti alot bngt jln sidang nya rampies ya., aah kau raus genggsi ajj se hektare ya cba blnjar berani jujur am wury pasti wury senang dah 🤭🤭🤭
2023-12-16
1
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
hukuman gak masuk di akal 🙈🙈🙈
2023-12-13
1
ˢ⍣⃟ₛ 𝘊𝘰𝘦ˢ☠️⃝⃟ⱽᴬ 𝐀⃝🥀
cinta ma nafsu.... beda tipis......itu mah nafsu, krn klo cinta suci, justru akan dijaga dari2 yg akan membuat petnyesalannantinya
2023-12-13
2