Mendengar panggilan seseorang dari luar ruangan, Niki beranjak mendekati pintu dan langsung membukanya.
"Selamat siang, benar disini Rempis berada?" sapa singkat Adams.
Melihat kedua pria berpakaian dinas lengkap, Niki cukup paham maksud keduanya datang bertamu, tentu saja berkaitan dengan suaminya.
"Iya bener, saya istri beliau. Maaf sebelumnya, ada perlu apa dengan suami saya?"
"Beberapa saat yang lalu, ada surat tugas atau panggilan yang telah ditujukan pada beliau. Namun, kebaikan yang kami lakukan secara terhormat telah beliau abaikan. Dengan sangat terpaksa, kami harus membawa beliau agar segera menjalani sidang pengadilan," jelas Adams berucap penuh tegas.
"Tapi, kesalahan apa yang telah suami saya lakukan? Setahu saya, tidak ada satupun kesalahan yang suami saya lakukan. Seperti membunuh ataupun hal lainnya yang bertentangan dengan hukum-hukum di seluruh wilayah kota ini."
Niki terus beradu argumen dengan Adams dan Miler, sementara Rempis masih terbaring pulas belum menyadari situasi saat itu.
Miler yang tak lagi bisa menahan rasa sabar, langsung menerobos masuk kedalam kamar. Niki mencoba menghentikan langkah Miler, namun karena perbandingan daya kekuatan tubuh yang jauh, memaksa Niki tak bisa berbuat banyak.
"Wah, enak bener ya! Kehidupan yang sangat damai!" pekik Miler memperhatikan Rempis terbaring pulas.
"Tolong! Bisakah kalian jangan mengganggu ketenangan kami? Kami akan sediakan berapapun jumlah yang kalian mau!" balas Niki menghalangi Adams yang juga bergerak masuk.
"Kamu salah jika berfikir seperti itu. Menyuap takkan pernah berhasil menghentikan langkah kami dalam menegakkan hukum!" jelas Adams bergegas masuk.
Pertengkaran yang ada semakin rumit, menimbulkan kekacauan cukup parah. Suara kebisingan dari teriakan maupun bentakan membuat tamu sekitar berbondong-bondong menyaksikan kejadian tersebut.
Meski teramat berat karena mabuk, perlahan Rempis membuka mata, berkedip-kedip hingga akhirnya bisa menatap jelas kedua pria yang berdebat dengan istrinya.
"Cuih! Dasar! Lagi-lagi gonggongan pengkhianat atas nama keadilan! Keindahan mawar selalu berhasil menipu mata yang tanpa mereka sadari, penuh duri kebusukan!" umpat Rempis perlahan terduduk di atas kasur.
"Jika kata-katamu cukup tinggi sehebat itu, harusnya kamu lebih berani menghadapi masalah, bukannya lari bagaikan pengecut yang terus bersembunyi di balik bayangan istrimu!" sahut Miler mengeluarkan borgol di saku.
"Hafal dan pahami aturan undang-undangmu, pada siapa kalian mengabdi, bukan pada siapa kalian menjilat!" kecam Rempis meludah kearah sembarang.
Kemudian, Rempis berjalan mendekati meja tulisnya, mengambil cerutu walau dirinya hanya mengenakan kolor.
Mendengar umpatan yang keluar terus-menerus dari mulutnya, membuat Adams dan Miler naik pitam sejadi-jadinya.
Adams dan Miler terus mencoba menghindari konflik fisik, namun nyatanya, hal itu tak cukup berhasil untuk menghentikan Rempis.
"Cukup! Cukup! Kalian itu sebenarnya ingin apa! Apa seperti ini cara kalian menyudutkan seseorang!" sahut Niki menghadang Adams yang berniat memukul Rempis.
"Berisik!" ketus Miler menatap tajam kearah Niki.
Miler berjalan kembali mendekat, lalu mencekam serta menarik tubuh Niki. Niki yang masih berteriak mencoba membela sang suami, harus jatuh terkapar tak sadarkan diri setelah mendapati luka lebam akibat pukulan di wajahnya.
"BRUAAKKK!!"
"Say...." Langkah Rempis terhenti kala Adams membisikan sesuatu padanya.
"Sebaiknya kamu mengikuti apa yang kami ucapkan! Yah...itupun jika kamu gak ingin hal yang jauh lebih buruk bakal terjadi," bisik Adams menghadang Rempis.
Belum selesai masalah tersebut, entah kabar darimana, para media sudah tiba bergerombol mencari bahan berita utama.
Tak ingin apa yang telah terjadi kian memburuk, Rempis mengikuti apa yang Adams perintahkan. Dirinya diseret paksa keluar tanpa busana, masih mengenakan kolor semata.
Niki yang baru sadarkan diri, bergegas mengikuti sang suami, sedangkan para awak media masih bersaut-sautan mencari kebenaran.
"Pak, permisi, bisa coba jelaskan tentang perkara apa yang terjadi saat ini?"
"Pak, kenapa bisa seorang Rempis ada kaitannya dengan kejadian lalu?"
"Pak! Bagaimana dengan tindak kekerasan yang terjadi? Apakah itu telah sesuai dengan hukum yang berlaku di negara kita ini?"
Adams dan Miler bungkam tanpa menjawab sepatah kata dari banyaknya pertanyaan, langsung memasuki mobil bersama Rempis dan Niki.
Kabar penangkapan Rempis itu sendiri, tak butuh waktu lama, langsung membanjiri seluruh media hangat kota Le Mans, Prancis.
Disisi lain Delson yang sedang menjamu makan bersama seorang hakim, baru saja mendapat kabar tentang penangkapan Rempis.
"Kenapa berhenti? Apa menurutmu, masakan disini kurang enak?" tanya hakim yang bernama Julius.
Julius yang berlatar belakang berprofesi sebagai hakim tertinggi di kota Le Mans, juga mengenal Rempis dengan sangat akrab.
Baik Delson, Julius ataupun Rempis, ketiganya ialah rekan akrab di salah satu universitas masa lalu, kala menginjak bangku kuliahan. Walau ketiganya saling berbeda bidang mata pelajaran, tak mengurung niat mereka dalam menjalin ikatan persahabatan.
Delson yang selalu lolos dari banyaknya kasus yang tertuju padanya, tak lain karena pengaruh Julius di dalamnya. Jika harus membandingkan antara Julius, Rempis dan Delson, ketiganya sama kerasnya dalam mewujudkan suatu ambisi.
Jika ambisi Delson mencari kehormatan tahta tertinggi yang ingin menguasai seluruh kota Prancis, Rempis yang dikenal akan obsesi karyanya yang gila, Julius justru menuhankan uang di banding siapapun.
"Bukan begitu, masakan disini sangat enak dan sangat mewah. Hanya saja, barusan aku terlalu fokus membaca berita yang baru beredar saat ini," balas Delson.
"Rempis?" lanjut Julius membersihkan mulut dengan tisu.
"Siapa lagi? Hanya ada satu orang seniman gila di dunia ini...yang mampu mendoktrin sebagian kelompok masyarakat dengan imajinasi liarnya," jelas Delson meletakkan koran.
Julius mengangguk-angguk, "Jika itu menyangkut mimpi ataupun ambisi, sudah jelas takkan ada batasan di dalamnya bukan?"
"Masalahnya, dia selalu mengusik apapun yang ku kerjakan. Kalau saja dirinya bisa sedikit lebih bijak, baik itu mendengar ataupun mengerti ucapanku, tindakanku takkan mungkin sampai sejauh ini."
"Kalau sudah sejauh itu, aku bisa apa? Ya paling gak hanya menikmati secangkir teh hangat, sembari membaca koran di setiap pagi."
Flasback tahun 1994 di kota paris, Sorbonne, salah satu universitas yang didirikan tahun 1257.
"Jadi, setelah jam pelajaranmu selesai nanti, mau ikut gak?" ucap Julius pada Rempis kala berada di area kantin.
"Masih ada satu halaman yang belum kuselesaikan, akan menarik jika halaman itu segera aku terbitkan," jelas Rempis menggenggam erat pena bulunya.
"Apa salahnya sesekali meluangkan waktu pada dirimu itu? Nikmati sedikit masa mudamu teman, maka kau akan temui arti indahnya dunia ini," sahut Delson menepuk lembut bahu Rempis.
"Dunia akan tetap selalu indah tanpa memberi tau dimana letak keindahannya," lanjut Rempis meneguk sisa minuman miliknya.
"Dasar, bisa aja kamu ini. Memangnya, sebagai seorang yang terobsesi akan dunia sastra, berbicara pun harus dengan sangat-sangat puitis ya?" sahut Delson kembali mengusap-usap kepala Rempis.
"Hal itu gak bisa di buat-buat, memang alurnya sudah begitu."
"Ayolah kawan, kapan lagi kita punya waktu bersenang-senang. Kalau hanya menunggu liburan, terlalu lama," pinta Julius menyahuti obrolan.
"Aku gak bisa, maaf."
"Come on, demi persahabatan kita-kita. Lagipula disana nanti ada beberapa wanita yang cukup menggodamu, aku jamin itu," lanjut Delson terus mencoba mengajak Rempis untuk ikut pergi ke sebuah bar.
"Percuma saja merayuku, wanita takkan bisa mengalahkan obsesiku."
"Aku akan teraktir minuman Dubonnet yang khas dengan aroma rempah kayu, blackberry, juga cokelatnya? Bagaimana?" jelas Delson terus meyakinkan.
Jika di setiap obrolan mereka itu berhubungan dengan minuman keras, tentu saja berbeda sikap cara Rempis menanggapi.
"Tentukan jam, aku ikut!" singkat Rempis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
🏠⃟🦋DELA🦋
kalo minum2 aja mau 😪
2023-12-07
1
ˢ⍣⃟ₛ 𝘊𝘰𝘦ˢ𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀
msh untung koloran ya...
. 🤣🤣🤣🤣🤣
2023-12-07
2
ˢ⍣⃟ₛ 𝘊𝘰𝘦ˢ𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀
beda ya klo pujangga, makian nya pun berbahasa sastra🤣🤣🤣🤣🤣
2023-12-07
2