Nafsu

Paginya aku langsung pergi ke kamarku untuk mandi dan bersiap-siap. Tapi sebelumnya aku membangunkan Jing dan Putri yang masih tertidur di UKS. Setelah mandi aku langsung ke papan pengumuman, dan ternyata lawanku Kali ini dari USA Agency School yaitu Arsyad Sinclair dan Rosalina Shalir. Mereka berasal dari Iran.  

Karena Aku dan Putri mendapat Jadwal pertama bertanding jadi aku langsung menemui Putri untuk bersiap-siap. Di depan pintu asrama perempuan Putri sudah berjalan Ke arahku. Dia agak berlari ke arahku.

“Kamu sudah liat lawan kita selanjutnya?” tanya Putri.

“Lawan kita Arsyad dan Rosalina dari USA Agency!” kataku.

“Kamu sudah cari tau tentang dia?” tanya Putri sambil berjalan menyamaiku menuju Hutan belakang sekolah.

Walaupun kami kedapatan di pertandingan Pertama, tapi masih ada waktu kurang lebih dua jam untuk berlatih lagi. Karena Pertandingan di mulai Pukul 8 pagi dan tadi aku melihat jam jarum pendek tepat menunjuk ke angka 6.

“Aku sudah cari tahu! Tapi tidak ada data yang mencolok tentang mereka! Hanya ada profil luarnya saja!” kataku.

“Kita berlatih lagi!” saranku.

“ Ayo, aku sudah siap!” jawab Putri.

Karena pintu belakang Sekolah tidak ada Penjaga, jadi kami bisa keluar masuk sesuka kami. Kami bertarung sambil merobohkan pohon, agar mengenai salah satu dari kami. Tapi aku lihat gerakan Putri semakin Cepat. Padahal sekarang aku sudah memakai kekuatanku.

“Sudah, sudah!” kata Putri terengah-engah berhenti berlari.

“Ok!” Jawab aku.

Kami bersandar di sebuah pohon yang dekat dengan kami.

“Pergerakanmu semakin cepat!” Puji aku.

“Tapi ini masih kurang! Kemarin saja aku masih saja Pingsan!” kata Putri.

“Kemarin Kamu kan Terbentur Tubuh Rise!” kataku meyakinkannya.

“Tetap saja, aku belum bisa mengimbangimu!” kata Putri keras Kepala.

“Tadi Buktinya kamu sama sekali tidak terkena Pohonnya! Yang penting kita harus terus Semangat dan berusaha nanti!” kataku.

“Ok, kita Jangan sampai kalah! Dan menangkan semua Pertandingannya!” kata Putri bersemangat.

“Ayo kita kembali ke asrama, dan bersiap-siap!” ajak aku yang bangun dari duduk.

Kami kembali ke asrama, lalu aku bersiap-siap.

“Tuan!” kata seseorang di dalam kamarku.

Aku mencari asal suaranya.

“Tuan!” Kata Bonar.

“Ya ada apa?” tanya aku

“Jangan Ragu untuk menggunakan seluruh kemampuan Tuan!” kata Bonar memperingatkan.

“Baik! Ya sudah, aku Pergi Dulu!” Kataku.

“Ya Tuan!” jawab Bonar.

Aku berjalan menuju aula 1 yaitu aula depan gedung kelas 10. Putri ternyata sudah menunggu sedari tadi.

Dan waktunya Aku dan Putri bertarung kembali. Rise kembali ke mode dahulu dan langsung mengeluarkan Grill Laser. Tapi Mister X (Graice Arsyad dan Rosalina) langsung menempanya dengan Tangannya. Aku Coba mengeluarkan Dark Crash. Tapi Mister X malah maju mendekati Rise . Dark Crash mengenainya , tapi Mister X tidak mengalami kerusakan. Rise menghindar ke kanan. Mister X menggunakan Senjata seperti Pemukul Baseball. Rise terus menghindari. Aku mulai serius dan mengeluarkan Invisible untuk menghindari Pukulan Mister X. Tapi tiba-tiba dari belakang Mister X muncul Cakram yang menerjang Rise. Rise Terjatuh karena tidak siap, Cakram itu berubah menjadi Pemukul Mister X. Mister X mengeluarkan Serangan Beruntun yang mengarah ke Rise. Aku mengeluarkan kekuatanku, Pedang Rise muncul. Serangan –serangan tadi di belokkan oleh pedang Rise. Mister X tiba-tiba menghilang dan muncul di belakang Rise. Aku menekan tombol darurat dan menahan Serangan  Mister X. Aku mengembalikan lagi controlnya pada Putri. Aku menggunakan teknik baru yang di ajarkan Shirayuki. Aku Memejamkan mataku. Aku membayangkan kalau aku dan Putri berpelukan lalu menciumnya. Tiba-tiba aku dan Putri benar-benar berciuman. Rise berubah bentuk menjadi Bola Raksasa. Putri agak memberontak, tapi aku paksa untuk menikmatinya. Rise bergerak semakin cepat membenturkan dirinya terus menerus ke Badan Mister X. Mister X berdiam diri tidak bisa bergerak. Tak lama kemudian Mister X mati. Rise menang dan maju ke babak selanjutnya. Setelah Mister X mati aku melepas Putri dan Rise kembali ke wujud semula. Aku kembali ke bagian kepalanya. Lalu kami keluar dari Rise.

Setelah keluar dari Rise Putri, langsung lari keluar Aula. Aku mengejarnya. Dia berlari ke belakang gedung kelas 3. Aku tetap mengejarnya.

“Maaf, tadi aku tidak bermaksud begitu! Tapi kamu tidak suka aku cium! Berarti kamu….!” Kataku tanpa henti yang langsung di potong Putri.

“Bukan, aku cuma kaget saja!” kata Putri yang sedikit demi sedikit menatap wajahku kembali.

“Oh, kirain kamu tidak mau! Tapi kalau sekarang Gimana?” kataku yang mulai memegang tangan Putri sambil tersenyum nakal.

“Tidak, tapi ak….!” Kata Putri belum selesai.

Aku mencium bibir Putri paksa, awalnya dia memberontak. Tapi sesaat Putri mulai membalas bahkan dia mulai menyentuh tubuhnya dan kadang menekan tubuhku juga. Kami melakukannya di belakang gedung. Entah sejak tadi aku menciumnya di dalam Rise, aku sangat bernafsu untuk menciumnya. Saat putri lari aku kira dia benci padaku, jadi aku meminta maaf sebelumnya. Tapi aku tidak menyangka , Putri seagresif ini. Aku benar- benar menikmatinya. Aku mendengar langkah kaki menuju ke arah kami. Aku melepaskan tanganku yang sudah memegang dadanya dan agak mendorong tubuhnya. Aku mengingatkan akan ada orang yang datang, Putri langsung membenarkan pakaiannya. Aku menariknya lari ke seberang sisi gedung sebelah Utara. Aku menariknya ke perpustakaan di gedung lama. Kami melakukannya lagi, kali ini Putri yang memulai. Dia tambah agresif. Aku yang ingin keluar dari pegangannya untuk menutup Pintu. Tapi dia menarik bajuku. Sampai kami puas tidak ada orang datang. Mungkin karena ini gedung lama yang sudah tua, jadi  tidak ada orang yang mengunjunginya.

“Ternyata kamu agresif sekali!” ledek aku sambil membenarkan celanaku.

“Ini juga gara-gara kamu, yang tiba-tiba menciumku!” gerutu Putri sambil membenarkan pakaiannya

“Ok, aku yang salah! Tapi kamu suka kan!” ledek aku lagi.

“Udah ah! Aku keluar dulu!” kata Putri.

Saat dia membuka Pintunya. Dia seperti kesusahan. Aku mendekatinya.

“Bagaimana ini! Sepertinya ada yang mengunci dari luar!”kata Putri panik.

Aku mengeluarkan kekuatanku dan mendobrak pintunya. Tapi pintunya tetap tidak bisa dibuka. Aku terus mencobanya.

“Kamu bawa pisau belati?” tanya aku.

Putri melepas sepatunya dan mengeluarkan Pisaunya.

Aku memegang Pisau itu dan sangat berharap menjadi pisau yang dapat menembus apapun itu. Aku melemparkan dengan kencang Pisau itu. Pintu kamar bolong karena pisau belatinya menembus Pintu. Aku mendobrak pintunya, dan Pintunya terbuka. Kami keluar dari perpustakaan. Dan sepertinya ada yang sengaja menutupnya.

“Siapa ya yang kunci kita di dalam?” tanya Putri Heran.

“Aku juga ingin tahu!” jawab aku.

“Yang jelas sekarang kita sudah keluar! Kita harus hati-hati!” kataku.

“Ya benar apa katamu!” jawab Putri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!