20. Kamu Mencintaiku, Kan? (Bab Baru)

Ayla kembali ke rumah Bayu sewaktu ia keluar dari rumah sakit. Pagi itu, Bayu tengah menyesap segelas kopi di teras.

"Aku mau ambil barang-barang aku. Masih kamu simpan di kamar, 'kan?"

Bayu hanya mengangguk dan membiarkan Ayla masuk begitu saja. Dirinya masih tidak menyangka, jika Ayla tega melakukan hal sekeji itu. Dan, kesalahan sebesar itu tentu tak bisa dimaafkan begitu saja olehnya.

Setelah kopinya habis, Bayu memutuskan masuk. Dia melihat Ayla yang sedang keluar kamar dengan sebuah koper besar.

"Aku cuma bisa bawa ini. Untuk barang yang lainnya, aku bakalan suruh orang buat mengambilnya," ujar Ayla masih dengan ekspresi tak bersalahnya.

Ia kemudian pergi, tetapi tepat di ambang pintu, langkahnya kembali terhenti. Ia menoleh dan tersenyum tipis, membuat Bayu refleks mengerutkan kening.

"Kalau kamu pikir aku sedih atas penceraian ini, maka kamu salah besar. Memang ini yang aku inginkan sejak dulu. Terlepas dari laki-laki cacat sepertimu setelah aku mendapatkan yang lain. Kamu harus tau, Mas, sejauh ini, aku sudah menemukan seseorang yang jauh bisa menjamin kehidupanku selanjutnya. Dia lebih kaya dan pastinya tidak cacat sepertimu juga. Jadi, kehilangan kamu tidak berefek apa pun padaku."

"Kenapa ... kenapa kamu tega, La? Apa salah Mas padamu? Apa selama ini, tidak pernah sedikit pun kamu mencintai Mas?"

"Oh, tentu enggak, dong. Bagiku, cinta itu hanyalah palsu. Dia gak pernah ada, Mas. Gak pernah ada. Sayangnya, kamu udah terjebak dalam perasaanmu sendiri."

"Tapi, kenapa kamu mau menjadi istriku?"

"Tentu karena uangmu. Dan, berhubung kamu sudah gak sekaya dulu, jadi keinginanku buat bertahan juga hilang."

Bayu membuang napas. Apa yang dikatakan Raka selama ini adalah benar. Apa yang sahabatnya pikir tentang Ayla tidaklah salah. Wanita ini, memang tidak pernah mencintainya.

Urusannya dengan Bayu sudah selesai. Dan, ia pastikan mereka hanya akan berjumpa di persidangan.

Saat ini, Ayla sudah berdiri di depan pintu rumah Bu Rosli. Untuk sementara waktu, cuma ibunya saja yang bisa menampung dirinya. Sebenarnya Ayla bisa saja menyewa apartemen. Namun, tanpa pemasukan apa pun, Ayla tidak ingin uangnya berkurang sedikit pun.

"Lo, La, ngapain?" tanya Bu Rosli kaget saat melihat anaknya lengkap dengan sebuah koper besar di tangan.

"Ya, tinggal di sinilah, Bu. Emang apalagi? Aku, kan, udah diceraikan Mas Bayu."

"Ibu pikir, dia bakalan kasih rumah itu buatmu," gumam Bu Rosli yang tidak ditanggapi Ayla sama sekali. "Jadi, kamu mau tinggal bareng Ibu? Mana bisa, La."

"Kok, gak bisa? Ini, kan, juga rumah pemberian Mas Bayu pas masih jadi suamiku. Jadi, aku juga berhak, dong."

"Kok, kamu nuntut, sih? Suka-suka Ibu, dong, La. Rumah ini memang pemberian Bayu. Tapi, atas nama siapa? Ibu, 'kan? Lagian bukannya kamu udah dekat sama Fais-Fais itu? Kenapa gak kamu minta rumah atau apartemen aja ke dia? Pasti bakalan dikasihlah. Orang dia aja kaya raya."

"Dia emang kaya, tapi gak mungkin juga aku minta tempat tinggal sama dia, Bu. Malulah aku," bantah Ayla sambil melotot garang.

"Ibu malah lebih malu kalau kamu tinggal bareng Ibu. Soalnya tetangga-tetangga di sini, taunya kamu kaya raya dan punya rumah sendiri. Kalau mereka lihat kamu di sini, mau dibawa ke mana muka Ibu, La?"

"Tapi, Bu--"

"Gak ada tapi-tapian. Kalau Fais belum memberikan kamu rumah, kamu tinggal di hotel aja sana. Yang pasti, jangan sama Ibu."

Tepat di depan wajah Ayla, Bu Rosli membanting pintu rumahnya keras-keras. Membiarkan Ayla dengan segudang amarah yang membara.

Akhirnya, mau tak mau Ayla harus memutar haluan. Ia mengunjungi beberapa tempat yang membuatnya bisa melupakan masalah walaupun sesaat. Malam harinya, barulah Ayla menelepon Fais.

Pada deringan kedua, Fais menjawab panggilannya.

"Iya? Kenapa?" tanya Fais sangat singkat.

"Kamu lagi di mana, Mas?"

"Di rumah. Ada perlu apa?"

Ayla menggigit bibir sembari menyetel mimik muka dan suara agar terdengar menyedihkan. "Mas, bisa tolongin aku gak? Suamiku menceraikan aku. Sekarang aku gak tau harus ke mana lagi. Aku gak berani ke rumah Ibu. Takut penyakit Ibu kambuh kalau tau aku sudah bercerai. Aku juga gak punya cukup uang buat ke hotel. Soalnya, semua uang yang aku punya sudah diambil sama suamiku."

"Sekarang kamu lagi di mana?" Fais bertanya setelah terdiam beberapa saat lamanya.

Dengan hati bersorak riang, Ayla pun menyebut alamat yang menjadi posisinya sekarang. Sesuai kemauannya, akhirnya Fais terjebak.

Diana yang saat itu sedang mengalaskan nasi untuk makan malam Fais, menatap suaminya dengan tatapan heran. Terlebih Fais terlihat khawatir lalu sesaat kemudian bangkit begitu saja.

"Mau ke mana, Mas? Makan malamnya sudah siap," beritahu Diana seraya menahan lengan Fais hingga laki-laki itu terhenti langkahnya.

"Ke luar. Saya ada urusan," jawab Fais dingin sambil menekuri tangan Diana yang bertaut erat di lengannya. Akan tetapi, Fais sama sekali tidak menjauhkannya.

"Urusan apa? Lama gak? Biar bisa aku tunggu."

"Lama. Kamu makan duluan aja. Jangan tungguin saya."

Diana keberatan. Terbukti dengan cengkeramannya yang makin kuat. Dia seolah tidak merelakan kepergian Fais. Karena akhir-akhir ini, membujuk Fais untuk makan malam bersamanya sangatlah susah. Dan, saat Fais sudah ada kesempatan, suaminya malah harus pergi lagi seperti sekarang ini.

"Kalau Mas Fais pergi setelah kita makan gimana? Sebentar aja, Mas. Gak akan lama," pinta Diana dengan kedua manik berkaca-kaca.

"Maaf, tapi saya tidak bisa. Dan, perlu kamu ingat, jangan pernah lagi kamu memaksa saya seperti ini. Karena sekali saya menuruti permintaan kamu, saya kehilangan seseorang yang sangat berharga di kehidupan saya."

Fais pergi dan Diana tak lagi menahan langkahnya. Biar bagaimanapun, Diana menyadari jika sakit hati Fais terhadapnya amatlah besar. Pertanyaannya, sampai kapan Fais akan tetap marah seperti itu?

Tak sulit bagi Fais menemukan posisi Ayla. Saat mobil milik wanita itu terlihat di depan mata, ia turun dan mengetuk bagian jendelanya.

Ayla menoleh lalu turun dengan cepat setelah sebelumnya telah belajar untuk mengeluarkan air mata.

"Mas Fais." Ayla memanggil, bulir bening jatuh begitu saja pada kedua belah pipinya.

"Kenapa suami kamu menceraikan kamu?" Itu adalah pertanyaan pertama yang ditanyakan Fais. Dia penasaran. Karena yang ia tahu, Ayla merupakan tipikal wanita dengan kesabaran tinggi.

"Aku gak tau, Mas. Setelah aku menemaninya selama ini, tiba-tiba aja dia menceraikan aku begitu saja. Aku harus gimana, Mas? Harus ke mana lagi aku pergi?"

Mati-matian Fais menahan diri agar tidak memeluk Ayla. Walau di sudut hatinya yang paling dalam, keinginan itu timbul sangat besar.

"Saya punya apartemen kosong. Kalau mau, kamu boleh tinggal di sana dulu."

Memang ini yang Ayla inginkan. Tanpa berlama-lama, Ayla lantas menganggukkan kepala.

Menggunakan mobil Fais, keduanya menuju ke apartemen tersebut yang terletak di salah satu gedung pencakar langit. Dari informasi yang Fais berikan, apartemen tersebut dibelinya tanpa sepengetahuan Diana. Jika sedang suntuk di rumah, Fais akan menggunakan tempat tersebut untuk menenangkan pikiran.

Saat keduanya sampai, Fais langsung mengarahkan Ayla pada salah satu kamar. Dia juga menyuruh wanita itu bersih-bersih, sedangkan dirinya memutuskan untuk memesan makan malam. Tak tahu saja Fais, di rumah miliknya, Diana masih Menunggu kedatangannya dengan perut kosong.

Tepat ketika makan malam pesanannya datang, Ayla pun sudah rapi dengan pakaian bersih. Kemudian, mereka pun sama-sama menyantap makanan tersebut hingga tak bersisa.

Selesai mengisi perutnya, Fais berjalan ke arah balkon dan menatap lampu jalan yang bekerlapan. Pikirannya pun seketika mengingat Diana. Selama ini, Fais sudah mengusahakan banyak hal untuk hubungannya. Entah itu waktu, perasaan, ataupun keintiman hubungan itu sendiri. Dari semua yang ia lakukan, tak ada satu pun yang berhasil dan berkesan. Fais tetap tidak mencintai Diana. Sebaliknya, ada seseorang yang saat ini sudah mengisi ruang yang dulunya ditempati Dara. Akan tetapi, Fais masih belum terlalu yakin akan perasaannya. Baginya, ini terlalu cepat untuk disebut jatuh cinta.

"Lagi mikir apa, sih, Mas? Serius banget."

Fais menoleh dan mendapati Ayla yang tersenyum manis ke arahnya. Senyum itu dulunya mengingatkan ia kepada sosok Dara. Sekarang, senyum itu terlihat jauh lebih indah karena hatinya juga ikut menatapnya.

"Tidak ada."

Ayla mengambil tempat di sebelah Fais. Berpegangan pada birai, arah matanya juga menatap jauh ke depan.

Sekarang ini, Ayla sudah berjalan sangat jauh. Tanggung jika harus kembali ke belakang. Biarlah ia kehilangan sahabat ataupun suami cacatnya. Saat ini, Fais merupakan tujuan utamanya.

"Mas, aku mencintaimu," ucap Ayla tiba-tiba.

"Eh, apa?"

"Aku mencintaimu. Aku tau kalau kamu adalah suami dari sahabatku. Tapi, ini soal perasaan, Mas. Dan, perasaan ini tumbuh begitu saja." Ayla memutar badan agar berhadapan dengan Fais. Setelah tatapan keduanya bertembung, ia kembali melanjutkan, "Aku tau, kamu juga merasakan hal yang sama. Matamu itu tidak bisa berbohong, Mas. Kamu juga mencintaiku, 'kan?"

Fais berpaling, berusaha mengingat Diana dan segala pengorbanan istrinya. Namun, Ayla memaksa dirinya agar kembali menatap ke arahnya.

"Jangan membohongi perasaanmu sendiri, Mas. Semua orang berhak jatuh cinta, terlepas kamu sudah punya pasangan atau tidak."

Menemukan tak ada reaksi apa pun dari Fais, Ayla merangsek maju dan mengecup bibir Fais. Laki-laki itu tidak menolak, tetapi tak juga membalas. Dia hanya membiarkan dan menimang-nimang tentang sebuah keputusan.

Setelah melakukan hal yang cukup berani, Ayla kembali mengarahkan tatapannya ke manik tajam milik Fais. Dia tak ingin mundur. Apa pun yang terjadi, malam ini, Fais harus jadi miliknya.

"Katakan kalau kamu juga mencintaiku, Mas. Katakan ...."

Fais memejamkan mata. Napasnya berderu tak beraturan. "Apa yang sudah kamu lakukan sama saya, Ayla?"

"Menyadarkan kamu tentang perasaanmu padaku. Matamu tidak bisa berbohong. Kamu, mencintaiku, 'kan?"

Bukan jawaban yang Ayla terima. Melainkan sebuah kecupan lembut di keningnya. Dan, itu sudah lebih cukup untuk menjelaskan perasaan yang Fais punya.

Terpopuler

Comments

Muliana

Muliana

anak dan ibu sama-sama gila 😏

2024-01-04

0

Muliana

Muliana

pasti sakit banget dengar pengakuan ayla 😫

2024-01-04

0

Teteh Lia

Teteh Lia

tetep semangat berkarya Kaka, aq tunggu part Fais nyesel udah nyakitin Diana demi obsesinya semata.
🌹🌹🌹🌹🌹

2024-01-04

1

lihat semua
Episodes
1 1. Si Gila Harta
2 2. Sakit Tak Berdarah
3 3. Saran Dari Bu Rosli
4 4. Dua Jenis Kesalahan
5 5. Melepaskan
6 6. Mirip Dengan Dara
7 7. Maaf
8 8. Terimalah Dia
9 9. Memutuskan Untuk Berubah
10 10. Dia Orangnya
11 11. Bahagia Itu Ada
12 12. Bertemu Kali Kedua
13 13. Ayla Mulai Beraksi
14 14. Makan Siang Dari Ayla
15 15. Cinta Lama Bertemu Kembali
16 16. Napas Terakhir
17 17. Kebohongan Ayla (Bab Baru)
18 Inikah Kehancuran? (Bab Baru)
19 19. Menceraikan Ayla (Bab Baru)
20 20. Kamu Mencintaiku, Kan? (Bab Baru)
21 21. Perselingkuhan (Bab Baru)
22 22. Benar-Benar Jahat (Bab Baru)
23 23. Ketahuan? (Bab Baru)
24 24. Sidang Perceraian (Bab Baru)
25 25. Tissa Tiada (Bab Baru)
26 26. Ayla dan Segala Kelicikannya (Bab Baru)
27 Penting, Mohon Dibaca!
28 27. Diana Hancur
29 28. Obrolan Panas
30 29. Antara Cinta dan Teman Lama
31 30. Tersulut Amarah
32 31. Kak Fais Jahat, Ma
33 32. Di Bawah Atap
34 33. Kesempatan Terakhir
35 34. Ternyata Mereka
36 35. Masih Merindukan
37 36. Fais Akhirnya Tahu
38 37. Penuh Air Mata
39 38. Semoga Ibu Mati
40 39. Pulanglah
41 40. Mencari Diana
42 41. Dia Sudah Kaya
43 42. Pertemuan Tak Terduga
44 43. Masih Mau Kembali?
45 44. Seperti Sebelumnya
46 45. Luka Lama Ayla
47 46. Tolong Saya
48 47. Tanggung Jawab
49 48. Perlahan Menuju Akhir
50 49. Napas Terakhir
51 Extra Chapter
52 Extra Chapter 2
53 Hollaa
Episodes

Updated 53 Episodes

1
1. Si Gila Harta
2
2. Sakit Tak Berdarah
3
3. Saran Dari Bu Rosli
4
4. Dua Jenis Kesalahan
5
5. Melepaskan
6
6. Mirip Dengan Dara
7
7. Maaf
8
8. Terimalah Dia
9
9. Memutuskan Untuk Berubah
10
10. Dia Orangnya
11
11. Bahagia Itu Ada
12
12. Bertemu Kali Kedua
13
13. Ayla Mulai Beraksi
14
14. Makan Siang Dari Ayla
15
15. Cinta Lama Bertemu Kembali
16
16. Napas Terakhir
17
17. Kebohongan Ayla (Bab Baru)
18
Inikah Kehancuran? (Bab Baru)
19
19. Menceraikan Ayla (Bab Baru)
20
20. Kamu Mencintaiku, Kan? (Bab Baru)
21
21. Perselingkuhan (Bab Baru)
22
22. Benar-Benar Jahat (Bab Baru)
23
23. Ketahuan? (Bab Baru)
24
24. Sidang Perceraian (Bab Baru)
25
25. Tissa Tiada (Bab Baru)
26
26. Ayla dan Segala Kelicikannya (Bab Baru)
27
Penting, Mohon Dibaca!
28
27. Diana Hancur
29
28. Obrolan Panas
30
29. Antara Cinta dan Teman Lama
31
30. Tersulut Amarah
32
31. Kak Fais Jahat, Ma
33
32. Di Bawah Atap
34
33. Kesempatan Terakhir
35
34. Ternyata Mereka
36
35. Masih Merindukan
37
36. Fais Akhirnya Tahu
38
37. Penuh Air Mata
39
38. Semoga Ibu Mati
40
39. Pulanglah
41
40. Mencari Diana
42
41. Dia Sudah Kaya
43
42. Pertemuan Tak Terduga
44
43. Masih Mau Kembali?
45
44. Seperti Sebelumnya
46
45. Luka Lama Ayla
47
46. Tolong Saya
48
47. Tanggung Jawab
49
48. Perlahan Menuju Akhir
50
49. Napas Terakhir
51
Extra Chapter
52
Extra Chapter 2
53
Hollaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!