11. Bahagia Itu Ada

Seharian penuh Fais dan Diana menghabiskan waktu di luar. Malam hari, mereka pun pulang.

"Makasih banyak, ya, Mas, udah ajakin aku jalan-jalan. Aku happy banget."

Fais balas tersenyum dan mengangguk singkat. Sebelum keduanya turun dari mobil, Fais tiba-tiba mengucapkan sebuah kalimat yang membuat Diana seolah mati di tempat.

"Karena kamu bahagia, saya mau minta sesuatu sama kamu untuk pertama kalinya," ucap Fais dan memberi jeda sebelum melanjutkan ke kalimat selanjutnya, "Saya mau kamu masak sesuatu buat saya malam ini. Dari awal kita menikah, saya belum pernah cobain masakan kamu."

"Tapi, aku gak bisa masak, Mas."

"Ya, saya gak mau tau kamu bisa atau tidak. Yang saya mau, malam ini saya mau cobain masakan kamu. Yang minta suami kamu sendiri, lo. Masa gak mau diturutin?"

Di sinilah Diana sekarang. Setelah berpikir cukup panjang, alhasil pilihannya jatuh pada nasi goreng.

"Nyonya beneran tidak mau saya bantu? Soalnya saya takut Nyonya kenapa-kenapa," ucap Bi Marla yang berdiri tak jauh dari Diana. Wajahnya cemas dan berdirinya sangat gelisah. Pasalnya, Bi Marla tahu betul jika Diana tidak bisa memasak sama sekali.

"Saya maunya, sih, dibantu, Bi. Tapi, gak dibolehin sama Mas Fais. Katanya, saya harus bisa masak sendiri." Diana melirik Bi Marla lalu tersenyum sumir. "Bi Marla jangan khawatir. Nanti kalau nasi gorengnya siap, Bi Marla juga harus cobain, ya."

Bi Marla mengangguk. Walaupun khawatir dan takut istri dari tuannya kenapa-kenapa, perintah Fais tetaplah yang paling utama. Bi Marla memutuskan untuk menunggu. Pandangannya awas, memperhatikan setiap gerak gerik Diana.

"Saya boleh nanya-nanya gak, Bi?" Tiba-tiba saja Diana bertanya saat tangannya sibuk mengupas bawang.

"Boleh. Nyonya mau tanya apa?"

"Bi Marla, kan, udah lama kerja sama Mas Fais. Pasti Bi Marla tau, dong, apa aja yang bikin Mas Fais betah di rumah. Walaupun dulunya Mas Fais itu kakak angkat saya, tapi saya gak pernah benar-benar terlibat langsung sama Mas Fais."

Bi Marla mengangguk. Sedikit banyak, dia tahu tentang kisah kehidupan Diana. Setelah lulus SMA, Diana pindah ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Jadi, tak banyak waktu yang ia habiskan bersama Fais terlepas dari laki-laki itu yang memang gila kerja sedari dulu.

"Yang saya tahu, Tuan bakalan betah dan senang berada di rumah kalau ada makanan kesukaannya di meja. Tuan itu pecinta makanan rumahan, Nyonya. Jadi, saya gak heran kalau Nyonya diminta buat masak sama Tuan. Soalnya Nyonya Dara dulunya juga begitu. Nyonya Dara gak pintar dan gak pernah masak sama sekali seperti Nyonya juga. Tapi, karena permintaan Tuan, Nyonya Dara akhirnya belajar masak sampai jago banget. Tapi, sayang. Baru seminggu Tuan sempat cobain masakan Nyonya Dara, Tuhan telah memanggilnya kembali untuk selama-lamanya."

Diana terpaku. Cerita yang sedih sekaligus menyakiti hatinya.

"Kalau saya gak bisa-bisa juga padahal udah berusaha, kira-kira Mas Fais bakalan marah gak, ya?"

Bi Marla tersenyum tipis, mengerti akan kekhawatiran dari majikan wanitanya. "Nyonya tenang aja. Sedingin-dinginnya Tuan, Tuan bukanlah tipe pemarah yang menakutkan. Tuan itu bukan orang yang berpikiran dangkal. Daripada memarahi Nyonya, saya yakin Tuan bakalan menghargai usaha Nyonya buat belajar masak demi dirinya."

Obrolan tersebut terus bergulir. Sesekali, Bi Marla membimbing Diana saat ia kesusahan sekaligus kebingungan. Namun, Diana tetap melarang Bi Marla untuk melangkah sedikit pun. Bagaimanapun, Diana ingin berhasil karena usahanya sendiri.

"Akhirnya selesai juga." Diana tersenyum puas menatap sepiring nasi goreng lengkap dengan ayam krispi kesukaan Fais. "Saya mau panggil Mas Fais dulu, ya, Bi. Doain semoga Mas Fais suka sama rasanya."

Lagi-lagi Bi Marla memberikan senyum lebar. Dengan kedua tangan terkepal di udara dan ucapan semangat tanpa suara, Bi Marla menatap kepergian Diana dengan bahagia.

Saat majikan wanita sudah menghilang dari pandangan, dari dalam saku baju, Bi Marla mengeluarkan ponselnya yang berwarna hitam. Dia mencari sebuah nomor milik Bu Maya. Setelah menemukannya, ia pun mengirimkan sebuah pesan yang berbunyi.

Hari ini, Tuan meminta Nyonya Diana buat masak, Bu. Nyonya Diana kelihatan bahagia atas sikap Tuan akhir-akhir ini.

Ini adalah perubahan yang baik setelah Tuan meminta saya untuk memindahkan foto Nyonya Dara dari seluruh dinding rumah. Dan, dari yang saya lihat, Tuan Fais benar-benar tulus dan serius akan perubahannya.

"Lindunginya hubungan mereka, Tuhan. Jauhkanlah dari para perusak dan limpahkanlah kebahagiaan untuk kedua majikan saya," doa Bi Marla sebelum memutuskan untuk meninggalkan area dapur.

Jantung Diana terus berdebar tak henti. Senyum bahagia terus merekah pada bibir indahnya.

Begitu pintu ruangan kerja Fais terlihat di depan mata, Diana pun mengetuknya dan mendengarkan seruan Fais yang menyuruhnya untuk langsung masuk.

"Mas Fais lagi sibuk, ya?" tanya Diana lantaran menemukan Fais yang tengah memeriksa berkas dengan sebuah laptop menyala di atas meja kerja.

"Kenapa? Udah selesai masaknya?"

Diana mengangguk singkat sambil tersenyum kecil. Entah mengapa, ritme jantungnya berdetak makin kencang. "Iya. Mau dicoba sekarang?"

"Boleh. Kamu duluan saja. Saya selesaikan ini dulu."

Namun, Diana malah berkata bahwa dirinya akan menunggu sampai Fais selesai sembari melihat-lihat isi ruangan tersebut.

Fais hanya melirik sekilas lalu lanjut menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda karena cuti dua hari. Ada banyak laporan yang harus diperiksa. Malam ini, Fais ingin menuntaskan semuanya.

"Ini ... kalungnya Mbak Dara, ya, Mas?"

Fais mengangkat kepala dan mengarahkan sorot matanya ke arah Diana yang berdiri di depan lemari kecil dengan sebuah kalung berbandul kupu-kupu di tangan.

"Iya, tapi belum sempat saya kasih karena dia duluan meninggal." Fais berdeham. Menceritakan tentang Dara sama halnya seperti menguak luka lama. Ada kerinduan sekaligus kepedihan di relung hatinya. Sialnya, Fais tak tahu bagaimana dia harus meluapkannya.

"Kalungnya bagus banget, Mas. Pasti harganya mahal. Tapi, kenapa bandulnya kupu-kupu?"

"Itu adalah kesukaannya. Dara suka kebebasan dan berkelana ke tempat yang jauh. Sayangnya, harapannya dia membuat kita terpisah untuk selama-lamanya."

Diana mengangguk lalu menyimpan kembali kalung tersebut ke tempat awal ia temukan.

"Kamu tidak keberatan, kan, kalau saya masih menyimpan kalung itu?"

Sebenarnya Diana keberatan. Sudut hatinya tidak bisa menerima jika kenangan Dara masih mengambil bagian yang besar di dalam rumah ataupun di hati suaminya. Namun, Diana juga berusaha sadar diri jika Dara adalah yang pertama untuk suaminya. Dengan senyum yang dipaksa lebar, ia pun berkata, "Gapapa, Mas. Aku baik-baik saja. Aku yakin, Mas Fais akan menepati janji yang pernah Mas Fais ucapkan sebelumnya."

Fais membuang napas kasar. Dia tidak tahu apakah Diana benar-benar baik-baik saja atau tidak.

"Saya sudah selesai. Saya mau cobain masakan kamu sekarang."

Fais berjalan lebih dulu. Saat ia hampir melewati pintu, ia sadar jika Diana tidak berada di sampingnya. Wanita itu masih berada di depan lemari dengan tatapan yang juga menatap ke arahnya.

"Kenapa masih di sana? Tidak mau menemani saya makan?" tanya Fais yang bingung sekaligus penasaran akan keterdiaman di Diana.

Pada detik berikutnya, Diana memberikan jawaban yang Fais inginkan. Ia lantas mengulurkan sebelah tangan dengan wajah penuh pengharapan.

Baiknya, Fais mengerti akan keinginan Diana. Melangkah cukup tenang, ia menghampiri Diana dan menyambut uluran tangan sang istri dengan sama lembutnya. "Mau saya gandeng, 'kan?" tanya Fais membuat Diana mengangguk cepat dan senyum lebar terbit di wajahnya.

"Tapi, kalau mau sekalian digendong juga, sih, gapapa," tutur Diana setengah tertawa.

Permintaannya ada-ada saja memang. Sialnya, Fais tidak mengartikan demikian.

Dia benar-benar menggendong Diana sehingga wanita itu refleks berteriak dan secara spontan mengalungkan kedua tangannya pada leher suaminya. Bola matanya melotot, memandangi Fais yang menunduk dan tersenyum kecil ke arahnya.

"Digendong begini?"

Bukannya menjawab, Diana malah menempelkan wajahnya pada dada Fais karena tak sanggup lagi untuk membalas tatapan suaminya. Dirinya sangat malu lantaran Fais benar-benar menuruti kemauan anehnya. Rasanya mendebarkan dan Diana menyukainya.

Akankah Fais juga merasakan detak yang sama dengannya?

* * *

"Gimana rasanya, Mas?" Diana menunggu jawaban. "Enak gak?"

"No. Ini adalah nasi goreng dengan rasa paling buruk yang pernah saya makan."

Diana menghela napas panjang. Bahunya melorot oleh sederet jawaban yang Fais berikan.

"Emang rasanya seburuk itu, ya?" Diana masih berharap jika Fais akan melarat ucapannya. Namun, kenyataan tak sesuai yang diinginkan.

"Kamu mau coba?"

Sebenarnya Diana tidak berani untuk mencoba masakan pertamanya. Hanya saja, kali ini Fais sendiri yang akan menyuapinya. Alhasil karena tidak ingin melepaskan kesempatan emas yang begitu langka, Diana pun mencoba membuka mulutnya.

"Asin banget, Mas. Kenapa masih kamu makan kalau rasanya gak enak?"

Diana mengambil segelas air lalu meneguknya hingga tandas. Dia heran, mengapa pula nasi gorengnya bisa seasin ini? Apakah dirinya sempat menumpahkan sebotol garam ke dalam wajan?

"Saya menghargai masakan kamu. Tidak mungkin saya buat begitu saja saat kamu sudah berusaha untuk menuruti permintaan saya. Terima kasih."

Jawaban Fais lagi-lagi membuat Diana tersipu. Setelah tadi sempat digendong Fais dan diturunkan tepat di atas kursi, kali ini Diana kembali dibuat melayang hanya karena apresiasi yang ia berikan.

Jarum jam hampir mendekati tengah malam. Setelah menghabiskan sepiring nasi goreng asin buatan Diana, Fais berdiri pada balkon kamar dengan sejurus pandangan memandang ke depan.

Ada banyak hal yang ia pikirkan. Tentang keputusannya melupakan Dara, arah hubungannya dengan Diana, dan usahanya untuk mencintai sang istri dengan selayaknya.

Fais tahu ini tidaklah mudah. Karena mencintai bukanlah perihal tentang tinggal satu atap dan tidur di ranjang yang sama. Banyak hal yang belum ia berikan kepada Diana. Entah itu hatinya ataupun jiwanya.

Di tengah-tengah pikirannya yang mengawang di udara, sekelebat wajah muncul di depan matanya. Jantung Fais seolah berhenti berdetak. Bukan Dara, melainkan seseorang yang sedikit mirip dengannya.

"Mas, lagi ngapain?"

Fais refleks mengembuskan napas lega. Kehadiran Diana berhasil mengusir bayangan tersebut dari dirinya.

"Belum ngantuk, ya?" tanya Diana seraya mengambil tempat di samping Fais dan turut berpegangan pada birai.

"Kamu sudah ngantuk?" Fais bertanya balik. Dilihatnya tatapan Diana sudah lebih redup dari sebelumnya.

"Iya, sih. Tapi, aku masih mau di sini bareng Mas Fais," jelas Diana seraya memeluk diri guna mengusir hawa dingin yang menyentuh kulit.

Diana sudah lebih berani mengekspresikan diri dan perasaan terpendamnya. Dia sudah lebih percaya diri untuk tersenyum karena menganggap Fais tidak akan menolaknya seperti dulu.

"Kamu kedinginan. Lebih baik kamu masuk sekarang."

Sambil menatap Fais dengan kepala sedikit dimiringkan, Diana berkata setengah tertawa. "Tapi, kalau dipeluk rasanya bakalan lebih hangat, sih."

"Oh, oke."

Fais mendekat, memberanikan diri untuk memeluk Diana. Saat berusaha meresapi kedekatannya dengan sang istri, bayangan wanita itu lagi-lagi mengambil alih bawah sadarnya.

Spontan saja Fais membuka mata. Deru napasnya berembus tak tenang.

Diana pikir, ini adalah karena Fais tidak terbiasa. Tak tahu saja dia. Bahwa apa yang Fais pikirkan, akan sangat menyakiti dirinya.

Fais juga tidak tahu mengapa wanita itu selalu muncul di pikirannya. Fais sudah berusaha menepis, tetapi selalu gagal. Alhasil, Fais mengambil langkah paling berani dalam hidupnya.

Seraya menguraikan pelukan, dia menatap Diana yang juga sudah mendongak memandanginya.

Pelan, tetapi pasti. Kedekatan itu kembali terjadi. Dengan perasaan bahagia, Diana menerima kecupan yang Fais berikan.

"Jawab dengan jujur, Diana, apa kamu bahagia dengan saya?"

Diana berkedip dua kali. Jari-jari tangannya merangkak naik guna menyentuh rahang Fais yang sangat disukai olehnya. "Aku akan lebih bahagia jika kita menjadi suami istri dalam artian sebenarnya, Mas. Bukan hanya tinggal dan menghirup udara di bawah atap yang sama. Tapi, aku menginginkan kita lebih dari itu. Aku ingin melakukan tugasku sebagai seorang istri yang sesungguhnya. Mengandung, melahirkan, membesarkan anak-anak kita. Aku akan lebih bahagia jika Mas Fais mau memberikan jiwa dan raga hanya untukku."

Fais akhirnya sadar. Jarak yang dibangun antara mereka membuat Diana merasa tersiksa. Setahun menikah, tak sekalipun dirinya pernah menyentuh Diana. Setiap detik, setiap hari, hanya penderitaan yang mengisi kehidupan Diana.

Dia memang melimpah Diana dengan uang yang banyak, rumah mewah, fasilitas lengkap, dan kebutuhannya semua terpenuhi. Namun, hanya satu yang belum Fais berikan hingga detik ini. Dan, malam ini, Fais akan mengabulkan keinginan Diana.

Malam ini, semua jarak akan terhapus. Fais berharap, semoga saja akan ada perasaan yang tumbuh di antara keduanya.

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Lololohhh🤣🤣🤣🌹 you thor

2024-01-19

1

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Semanagt Diana, kamu pasti bisa

2024-01-19

0

Taufiqillah Alhaq

Taufiqillah Alhaq

hayoo, siapa? Kalau bukan sahabatnya bayu

2023-12-08

0

lihat semua
Episodes
1 1. Si Gila Harta
2 2. Sakit Tak Berdarah
3 3. Saran Dari Bu Rosli
4 4. Dua Jenis Kesalahan
5 5. Melepaskan
6 6. Mirip Dengan Dara
7 7. Maaf
8 8. Terimalah Dia
9 9. Memutuskan Untuk Berubah
10 10. Dia Orangnya
11 11. Bahagia Itu Ada
12 12. Bertemu Kali Kedua
13 13. Ayla Mulai Beraksi
14 14. Makan Siang Dari Ayla
15 15. Cinta Lama Bertemu Kembali
16 16. Napas Terakhir
17 17. Kebohongan Ayla (Bab Baru)
18 Inikah Kehancuran? (Bab Baru)
19 19. Menceraikan Ayla (Bab Baru)
20 20. Kamu Mencintaiku, Kan? (Bab Baru)
21 21. Perselingkuhan (Bab Baru)
22 22. Benar-Benar Jahat (Bab Baru)
23 23. Ketahuan? (Bab Baru)
24 24. Sidang Perceraian (Bab Baru)
25 25. Tissa Tiada (Bab Baru)
26 26. Ayla dan Segala Kelicikannya (Bab Baru)
27 Penting, Mohon Dibaca!
28 27. Diana Hancur
29 28. Obrolan Panas
30 29. Antara Cinta dan Teman Lama
31 30. Tersulut Amarah
32 31. Kak Fais Jahat, Ma
33 32. Di Bawah Atap
34 33. Kesempatan Terakhir
35 34. Ternyata Mereka
36 35. Masih Merindukan
37 36. Fais Akhirnya Tahu
38 37. Penuh Air Mata
39 38. Semoga Ibu Mati
40 39. Pulanglah
41 40. Mencari Diana
42 41. Dia Sudah Kaya
43 42. Pertemuan Tak Terduga
44 43. Masih Mau Kembali?
45 44. Seperti Sebelumnya
46 45. Luka Lama Ayla
47 46. Tolong Saya
48 47. Tanggung Jawab
49 48. Perlahan Menuju Akhir
50 49. Napas Terakhir
51 Extra Chapter
52 Extra Chapter 2
53 Hollaa
Episodes

Updated 53 Episodes

1
1. Si Gila Harta
2
2. Sakit Tak Berdarah
3
3. Saran Dari Bu Rosli
4
4. Dua Jenis Kesalahan
5
5. Melepaskan
6
6. Mirip Dengan Dara
7
7. Maaf
8
8. Terimalah Dia
9
9. Memutuskan Untuk Berubah
10
10. Dia Orangnya
11
11. Bahagia Itu Ada
12
12. Bertemu Kali Kedua
13
13. Ayla Mulai Beraksi
14
14. Makan Siang Dari Ayla
15
15. Cinta Lama Bertemu Kembali
16
16. Napas Terakhir
17
17. Kebohongan Ayla (Bab Baru)
18
Inikah Kehancuran? (Bab Baru)
19
19. Menceraikan Ayla (Bab Baru)
20
20. Kamu Mencintaiku, Kan? (Bab Baru)
21
21. Perselingkuhan (Bab Baru)
22
22. Benar-Benar Jahat (Bab Baru)
23
23. Ketahuan? (Bab Baru)
24
24. Sidang Perceraian (Bab Baru)
25
25. Tissa Tiada (Bab Baru)
26
26. Ayla dan Segala Kelicikannya (Bab Baru)
27
Penting, Mohon Dibaca!
28
27. Diana Hancur
29
28. Obrolan Panas
30
29. Antara Cinta dan Teman Lama
31
30. Tersulut Amarah
32
31. Kak Fais Jahat, Ma
33
32. Di Bawah Atap
34
33. Kesempatan Terakhir
35
34. Ternyata Mereka
36
35. Masih Merindukan
37
36. Fais Akhirnya Tahu
38
37. Penuh Air Mata
39
38. Semoga Ibu Mati
40
39. Pulanglah
41
40. Mencari Diana
42
41. Dia Sudah Kaya
43
42. Pertemuan Tak Terduga
44
43. Masih Mau Kembali?
45
44. Seperti Sebelumnya
46
45. Luka Lama Ayla
47
46. Tolong Saya
48
47. Tanggung Jawab
49
48. Perlahan Menuju Akhir
50
49. Napas Terakhir
51
Extra Chapter
52
Extra Chapter 2
53
Hollaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!