"Tumben ke sini? Ada apa?"
Diana tercekat, tetapi detik berikutnya berusaha memberikan senyum terbaiknya. "Mau ngasih ini."
Sewaktu Diana mengangkat sebuah rantang ke depan wajah, Fais dibuat terdiam lalu memijit pangkal area pelipisnya sebentar. "Saya baru aja selesai makan siang. Kalau tau kamu bakalan datang, pasti saya gak akan memakan tadi," jelas Fais panjang lebar, "Kenapa gak kasih tau kalau kamu ke sini?"
"Rencananya mau bikin kejutan. Tapi, malah aku yang dibuat terkejut." Diana tertawa singkat lalu berdiri di dekat Fais seraya meletakkan rantang makan siangnya di atas meja. "Dibuang aja, deh, makanannya. Lagian yang masak aku juga. Pasti rasanya gak bakalan seenak makanan yang tadi."
"Kenapa harus dibuang kalau bisa saya makan?"
Untuk kesekian kali, Diana dibuat diam tak percaya lantaran Fais benar-benar membuka rantang makan siangnya. Dari penampilannya saja tampak tidak terlalu menggiurkan. Namun, suaminya itu tetap memakannya walaupun tidak dihabiskan semua isinya.
"Enak?"
"Lebih baik dari kemarin," jawab Fais dengan senyum tipis di sudut bibir.
"Oh, iya, emang tadi itu makanan dari siapa, Mas?"
Sebenarnya Fais bisa saja berkata jujur, tetapi ceritanya akan lebih panjang dari semestinya. Dia harus menjelaskan lagi kenapa Ayla memberikan makan siang untuknya. Dan, ketika ia memberikan jawaban, muncul lagi pertanyaan kenapa Fais tidak berkata jujur atas kejadian malam itu.
"Mas Fais, kenapa diam?" Diana menyentuh lengan Fais, membuat laki-laki itu menolehkan kepala dengan cepat.
"Oh, salah satu karyawan saya mengadakan hajatan. Dan, saya kebagian makanannya."
Diana mengangguk paham dan sedetik kemudian berkata dengan cepat. "Tadi pas masih di lobi, aku kayak ngeliat Ayla, deh, Mas."
"Ayla?"
"Iya, Ayla teman aku. Ingat, 'kan? Yang waktu itu ketemu di kafe," tutur Diana berusaha mengingatkan Fais tentang sosok sahabatnya. Tak tahu saja dia, jika Ayla-lah yang membawakan makan siang untuk suaminya.
"Oh, iya. Terus?"
"Tadinya mau aku sapa sekalian tanya kenapa dia bisa ada di sini. Tapi, dianya keburu masuk mobil. Aku pikir dia ke sini mau lamar kerja. Soalnya dia pernah tanya-tanya tentang pekerjaan."
"Bukannya dia udah nikah, ya? Kenapa masih harus cari kerja?"
"Mas Fais gak tau, ya? Suami Ayla itu, kan, lumpuh. Tiap hari kerjaannya marah-marah mulu. Bahkan Ayla juga cerita kalau dia pernah dipukul sama suaminya. Ayla beranggapan kalau suaminya itu stres atau tertekan sama kondisinya. Tapi, hebatnya Ayla masih mau bertahan di sisi suaminya."
Fais sempat terdiam beberapa saat seraya memikirkan kembali tentang perkataan Diana, sebelum akhirnya kembali bertanya, "Kenapa gak cerai saja? Mumpung masih belum punya anak, 'kan? Kenapa juga harus bertahan sama pria yang modelan begitu?"
"Katanya, sih, Ayla gak tega. Karena sebelum jadi seburuk ini, suaminya itu pernah sangat baik setengah mati. Ayla berharap suatu saat suaminya ini akan berubah. Jadi, untuk mengurangi beban pikiran suaminya, Ayla rencananya mau cari kerja juga."
Tidak ada sahutan dari bibir Fais selain menyayangkan tentang keputusan Ayla yang masih ingin bertahan dalam sebuah hubungan yang tidak sehat.
"Saya ada meeting lima menit lagi. Kamu boleh tunggu di sini atau keliling kantor jika ingin. Nanti setelah saya selesai, kita akan pergi jalan-jalan."
Saat Fais akan berdiri, Diana lantas menarik lengan suaminya dengan cepat. "Rambut aku udah makin panjang, lo, Mas. Gak ada keinginan buat dielus gitu?" tanya Diana dengan harapan Fais peka akan niatnya.
Dan, bukan hanya mengelus, Fais malah menarik tengkuk Diana kemudian mengecup kening istrinya dengan singkat. Kembali rasa bersalah menyelimuti hatinya. Terlebih lagi saat Diana tersenyum bahagia. Fais merasa, dialah laki-laki paling jahat di dunia.
Waktu begitu lambat berlalu. Diana yang bosan, akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan keluar ruangan.
Sebagian besar karyawan--baik perempuan ataupun lelaki--akan memberi senyum dan mengangguk sopan saat menatap ke arahnya. Sedangkan sisanya, memberanikan diri untuk menyapa dan dibalas dengan sapaan yang ramah pula.
Diana tiba pada sebuah balkon yang cukup besar, tempat yang bisa menampilkan kemacetan di jalan raya serta gedung-gedung tinggi seolah menyentuh langit. Tak jauh dari tempatnya, terdapat sebuah pintu yang menghubungkan pada tangga darurat. Di sana, Diana tak sengaja mendengarkan perbincangan karyawan yang lebih dari dua orang.
"Kalian sempat ketemu Bu Diana gak? Orangnya cantik banget, ya? Mana ramah juga lagi," puji karyawan pertama dengan nada suara yang cukup ceria.
"Iya. Beruntung banget, ya, Bu Diana bisa dapetin Pak Fais yang tajir melintir."
"Beruntung apanya? Orang mereka aja dijodohkan."
"Eh, masa, sih? Tau dari mana kamu? Awas, lo, jangan sampai kamu menyebarkan berita hoaks. Bisa dipecat kamu kalau sampai Pak Fais tau."
"Ini, tuh, bukan berita hoaks. Aku, kan, juga diundang pas resepsi pernikahan mereka. Pak Fais keliatan gak bahagia. Beda banget sama pernikahan pertama dia sama Bu Dara."
"Kalau emang gak suka, kenapa Pak Fais menerima perjodohan ini? Kan, bisa aja ditolak sama beliau."
"Mana bisa? Ini, tuh, permintaan mamanya sendiri. Mamanya Pak Fais maunya biar Pak Fais lupa sama Bu Dara. Tapi, dari yang aku lihat, kayaknya belum ada benih-benih cinta di mata Pak Fais. Beda banget pokoknya pas Bu Dara masih hidup. Pak Fais keliatan ceria dan bahagia. Gak seredup sekarang ini. Emang kalian gak pernah perhatiin?"
"Emang, sih. Kalau aku jadi Bu Diana, aku pasti udah nyerah, deh. Walaupun tajir melintir, Pak Fais itu dinginnya setengah mati. Ditanya panjang lebar, jawabnya singkat doang."
"Jelas, sih. Mana di meja Pak Fais masih ada fotonya Bu Dara lagi. Gak kebayang gimana perasaan Bu Diana pas ngeliat itu."
"Nah, kan. Jadi, intinya Bu Diana itu gak seberuntung yang kalian kira. Percuma punya suami tampan dan kaya raya. Tapi, kalau dia gak cinta sama kita, apa gunanya? Kalau aku, sih, lebih baik pisah, ya. Soalnya pernikahan itu tentang hubungan timbal balik dari dua orang. Kalau salah satunya aja berjuang, buat apa dipertahankan? Satu lagi, hubungan seperti ini, rentan dirusak pelakor, lo. Kalau cinta Pak Fais gak kuat buat Bu Diana, bakalan hancur rumah tangga."
Hati Diana dibuat hancur. Pandangan serta omongan karyawan yang tidak diketahui siapa nama dan bagaimana rupanya itu, membuat Diana menangis tanpa suara.
"Tapi, Mas Fais udah janji buat berubah, 'kan? Mas Fais bahkan nyuruh aku buat bersabar sebentar lagi. Aku percaya, Mas Fais akan melupakan Dara dan mencintaiku sepenuhnya. Aku juga percaya, jika rumah tangga ini akan kekal selamanya. Tidak mungkin ada seseorang yang merebut Mas Fais dariku. Tidak akan."
Dalam isak tangis yang memilukan hati, Diana merasakan tepukan kecil pada pundak kiri. Saat ia berpikir jika orang itu adalah Fais dan Diana berbalik badan, tangisannya seketika dibuat tertahan.
"Di, are you okay? Kenapa kamu nangis? Siapa yang membuatmu seperti ini?"
Pria rapi dengan setelan jas ini bukanlah bukanlah suaminya, tetapi seseorang yang dulu sekali pernah menyatakan cinta kepadanya.
Diana tidak menjawab. Dengan tergesa-gesa, ia menyeka wajahnya setelah berpaling cukup singkat. "Anu ... aku kelilipan tadi. Makanya jadi nangis."
Namun, laki-laki ini tidak percaya. Ia mendekat lalu sedikit merendahkan tingginya untuk menelisik wajah Diana dengan teliti. "Bohong. Mana ada kelilipan sampai kayak begitu," ujar Bian dengan ekspresi tak percaya. "Kenapa, Di? Kenapa nangis? Cerita sama aku."
"Aku gapapa, Bian. I'm okay," beritahu Diana bersama senyuman yang melekat di bibirnya. "Aku ke ruangan Mas Fais dulu, ya. Kayaknya dia udah selesai meeting-nya. Sampai ketemu lagi, Bian."
Bian mengangguk, sudut matanya menampilkan sorot ketidakrelaan. Dia ingin menahan Diana sedikit lebih lama bersamanya. Namun, dia sadar siapa dirinya.
Diana sudah menikah. Terlepas dari itu juga, Diana sudah pernah menolak cintanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Taufiqillah Alhaq
bu rosli keenakan hidupnya, kalau uang habis tinggal minta aja. kagak ada usaha apapun gitu, selain minta sama bayu?
2023-12-17
0
Teteh Lia
1 vote buat babang Fais yang udah mau berubah.
2023-12-13
1
Teteh Lia
wah, aq ikut seneng. gitu donk babang Fais. 👍👍👍
2023-12-13
0