9. Memutuskan Untuk Berubah

Obrolan Fais dan Bu Maya hanya berakhir satu arah. Jika Bu Maya masih gencar menyuruh Fais untuk membuka hatinya kepada Diana, Fais pun tetap pada pendiriannya.

Namun, malam itu dia diam-diam memikirkan perkataan ibunya. Setibanya mereka di rumah dan Diana baru saja selesai memakai skincare malamnya, Fais yang sebenarnya akan tidur tiba-tiba bertanya, "Apa selama ini kamu mencintai saya?"

Diana terkejut. Gerakannya yang hampir menaiki kasur seketika terhenti. Setelah berdeham dan menenangkan debaran jantungnya agar sedikit lebih santai, ia pun menjawab, "I--Iya, Mas."

"Sejak kapan?" Fais bertanya lagi.

"Jauh sebelum Mas menikah dengan Mbak Dara." Ketika memberikan jawaban itu, Diana tidak berani menatap Fais tepat di mata. Dia memilih menunduk. Terasa lebih baik untuknya.

Sementara itu, Fais tampak cukup kaget dengan pengakuan Diana. Dia tidak menyangka jika Diana sudah sangat lama memendam perasaan untuknya.

"Apa yang membuatmu bertahan selama itu, Diana? Padahal kamu tau, tidak sedikit pun cinta saya kepada Dara berkurang. Apa yang membuatmu rela hidup dengan keadaan seperti ini?"

Diana mendapatkan pertanyaan bertubi-tubi dari suaminya. Namun, rasanya jadi menyakitkan karena ada nama Dara dan fakta tentang cinta keduanya.

"Tidak ada seorang pun wanita di dunia ini yang sanggup dan rela bertahan dalam cinta sepihak, Mas. Setiap detik, setiap helaan napas, rasanya begitu menyakitkan. Aku bukannya tidak pernah membuang perasaan ini. Tapi, karena saat ini Mas adalah suamiku, maka mencintaimu juga sudah termasuk dalam kewajibanku. Aku tidak memaksa Mas untuk balas mencintaiku juga. Tidak. Tapi, aku cuma mau bilang, setiap perbuatan akan ada pertanggungjawaban. Dan, dalam hubungan kita ini, tanggung jawab Mas adalah kepada Tuhan."

Ucapan Diana menjadi kalimat penutup darinya. Kini, Diana sudah berbaring, memejamkan mata, berbalik memunggunginya.

Fais hanya mampu berkedip. Memanggil Diana pun dia tidak bisa. Pada dasarnya, pengakuan Diana jauh lebih menusuk hatinya daripada perkataannya ibunya.

Malam ini, Fais telah memutuskan hal besar. Sesuatu yang akan mengubah hidupnya di masa mendatang.

Setelah itu, Fais pun ikut merebahkan dirinya. Jika biasanya ia tidur membelakangi Diana, kali ini tidak. Ia tetap mempertahankan diri menghadap ke arah istrinya untuk kali pertama.

Waktu terus berjalan. Diana yang pura-pura tertidur, memberanikan diri memutar tubuhnya. Dilihatnya Fais telah lelap dan napasnya berembus tenang. Diana pun mulai menyentuh wajah suaminya dalam diam. Perlahan-lahan air matanya mengalir. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia berani berbicara selantang itu tentang perasannya.

Akankah ada perubahan untuknya? Akankah saat ia membuka mata keesokan harinya, foto pernikahan Fais dengan Dara menghilang begitu saja dari dinding kamar mereka? Akankah Fais mulai perhatian, membuka hatinya, dan mencintainya dengan tulus?

Diana menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan tangis agar tidak terlepas. Jari-jari tangannya sudah mulai bergetar dan Diana hendak memindahkannya dari wajah Fais.

Seakan tahu, Fais pun menahan tangan Diana. Dengan kelopak mata yang tidak terbuka, pria itu menggenggam erat tangannya dan meletakkan di bawah pipinya.

Tangisan Diana semakin pilu. Jika Fais sudah seperti ini, tak lain dan tak bukan ia tengah bermimpi bersama Dara.

Sebagai seorang istri, Diana merasa tidak ada artinya.

Keadaan ini sama halnya seperti Diana kecil yang kehilangan orang tuanya karena kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Saat hidupnya mulai tidak berarti, Bu Maya datang dan hadir sebagai penerang.

Bu Maya mengaku sebagai kerabat jauh dari ibunya. Lantaran merasa berdosa karena selama ini tidak memperhatikan Diana, Bu Maya pun mengangkat Diana sebagai anaknya. Dia menyekolahkan Diana, memberikan tempat tinggal di bawah atap yang sama dengannya.

Sejak saat itu, perasaan itu pun muncul kepada Fais. Namun, cinta Diana dipaksa mati sebelum tumbuh oleh fakta bahwa Fais sudah mempunyai calon istri. Seorang gadis yang sudah ia pacari sejak duduk di bangku SMA.

Diana sudah berniat pergi. Namun, kepergiaan Dara membuat Bu Maya meminta Diana untuk bersedia menjadi istri Fais.

Diana bukannya tidak tahu bagaimana dalamnya cinta Fais kepada Dara. Namun, teringat akan balas jasa, Diana pun menyetujuinya.

Sampai detik ini, ia hidup seperti dirinya di masa kecil. Sendirian. Kesepian. Penuh air mata.

Diana tidak tahu, akankah ada yang datang sebagai penerang dalam hidupnya sekali lagi? Ataukah seluruh hidupnya hanya akan berakhir seperti ini?

"Maaf, maafkan aku, Dara." Fais berkata dalam tidurnya. Ekspresi wajahnya berubah sedih. "Biar bagaimanapun, aku akan tetap mencintaimu."

Dan, Diana pun tertidur dengan membawa luka lebar pada hatinya.

Keesokan harinya, Diana dibuat heran dengan sosok suaminya yang tampak santai mengisi sofa dalam kamar dengan ponsel pintar di tangan.

"Em, Mas," panggil Diana hingga Fais mengangkat kepalanya, "Kok, belum siap-siap ke kantor?"

"Hari ini saya gak ke kantor."

"Eh, kenapa? Mas Fais lagi gak sehat? Kepalanya sakit atau ada yang--"

"Saya lagi pengen di rumah," sela Fais membuat Diana terdiam, sebelum kembali melanjutkan, "Berdua sama kamu. Boleh?"

"Bo--boleh, kok. Ini, kan, rumah Mas Fais. Jadi, gak perlu tanya aku kalau Mas Fais pengen di rumah aja."

Diana merasa wajahnya memanas. Jantungnya berdetak cepat hanya karena Fais menatapnya sangat intens.

Untuk menyembunyikan rasa gugupnya, Diana berjalan ke arah cermin dan mengambil sisir lalu menata rambut sebahunya agar rapi. Namun, gerakan tangannya sontak terhenti saat Fais mendekat dan berdiri di belakang tubuhnya. Tatapan keduanya bertemu dalam pantulan cermin dan Diana refleks menundukkan kepala.

"Kenapa kamu tidak memanjangkan rambut saja? Saya lebih suka istri saya rambutnya panjang," ucap Fais dengan suara rendah, tetapi mampu membuat Diana mengangkat kembali tatapannya.

"Mas su--suka kalau rambut aku panjang?" tanya Diana tergagap. Ditatap dengan sebegitu lekat dan posisi yang nyaris tidak berjarak, membuat napas Diana terasa sesak. Ini adalah pengalaman baru baginya. Dan, dia tak tahu apa penyebab Fais melakukan hal ini.

"Iya. Panjangnya segini," jawab Fais sambil menyentuh pinggang Diana dari belakang, "Kamu mau menyenangkan saya dengan memanjangkan rambutmu?"

"Hm." Diana mengangguk dan senyum kecil terbit di bibir Fais untuk kali pertama.

Diana bukan tak tahu mengapa Fais menyuruhnya untuk memanjangkan rambut. Seingatnya, rambut mendiang Dara juga panjang. Mungkin saja Fais ingin melihat Dara dalam versi dirinya.

Hati Diana kembali terasa sakit. Saat ia memindahkan mata ke arah dinding di mana foto Dara berada, Diana seketika dibuat terkejut. Tidak ada foto pernikahan Fais dan Dara di dinding kamar itu. Tidak juga pada dinding yang lain ataupun di atas nakas di sebelah kasur Fais.

Diana hendak bertanya. Sebelum suaranya keluar, Fais sudah lebih dulu berkata, "Tolong bantu saya untuk hidup dengan baik. Ingatkan saya jika Dara adalah masa lalu dan kamu adalah istri saya yang harus saya jaga perasaannya. Apa kamu mau melakukannya untuk saya, Diana?"

Melihat reaksi sang istri yang terdiam sekaligus tercengang akan permintaannya, Fais seketika menghela napas panjang. Ia memutar tubuh Diana. Setelah menghadap ke arahnya, ia kembali berkata, "Permintaan saya terlalu memberatkan kamu, ya? Apa semuanya sudah terlambat?"

Diana menunduk. Ia menyembunyikan tetesan air matanya dari Fais.

Namun, Fais dengan cepat menyentuh kedua pipi Diana. Merengkuhnya dalam sentuhan dan cukup hangat. "Maafkan saya. Saya sudah terlalu banyak menyakitimu. Entah untuk yang disengaja atau tidak, saya beneran minta minta maaf."

Diana tidak ingin bertanya hal apa yang membuat Fais mau berubah untuknya. Dia Juga tidak mau tahu. Biarlah. Biarlah semua berjalan sebagaimana mestinya.

"Tidak ada kata terlambat jika Mas Fais benar-benar serius. Untuk semua yang pernah terjadi di antara kita, aku juga sudah memaafkannya, Mas."

"Terima kasih. Saya janji akan berusaha lebih baik lagi."

Terakhir, Fais memberanikan diri mengecup Diana pada kening. Tidak terlalu lama, tetapi mampu membuat Diana meneteskan air mata bahagia.

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Ehemm .. yang lagi baper nih🤭🤭

2024-01-17

0

Muliana

Muliana

faira sedang berjuang untuk mendapatkan hati pak ben 😅

2023-12-05

1

Teteh Lia

Teteh Lia

3 iklan buat dukung Diana

2023-12-05

0

lihat semua
Episodes
1 1. Si Gila Harta
2 2. Sakit Tak Berdarah
3 3. Saran Dari Bu Rosli
4 4. Dua Jenis Kesalahan
5 5. Melepaskan
6 6. Mirip Dengan Dara
7 7. Maaf
8 8. Terimalah Dia
9 9. Memutuskan Untuk Berubah
10 10. Dia Orangnya
11 11. Bahagia Itu Ada
12 12. Bertemu Kali Kedua
13 13. Ayla Mulai Beraksi
14 14. Makan Siang Dari Ayla
15 15. Cinta Lama Bertemu Kembali
16 16. Napas Terakhir
17 17. Kebohongan Ayla (Bab Baru)
18 Inikah Kehancuran? (Bab Baru)
19 19. Menceraikan Ayla (Bab Baru)
20 20. Kamu Mencintaiku, Kan? (Bab Baru)
21 21. Perselingkuhan (Bab Baru)
22 22. Benar-Benar Jahat (Bab Baru)
23 23. Ketahuan? (Bab Baru)
24 24. Sidang Perceraian (Bab Baru)
25 25. Tissa Tiada (Bab Baru)
26 26. Ayla dan Segala Kelicikannya (Bab Baru)
27 Penting, Mohon Dibaca!
28 27. Diana Hancur
29 28. Obrolan Panas
30 29. Antara Cinta dan Teman Lama
31 30. Tersulut Amarah
32 31. Kak Fais Jahat, Ma
33 32. Di Bawah Atap
34 33. Kesempatan Terakhir
35 34. Ternyata Mereka
36 35. Masih Merindukan
37 36. Fais Akhirnya Tahu
38 37. Penuh Air Mata
39 38. Semoga Ibu Mati
40 39. Pulanglah
41 40. Mencari Diana
42 41. Dia Sudah Kaya
43 42. Pertemuan Tak Terduga
44 43. Masih Mau Kembali?
45 44. Seperti Sebelumnya
46 45. Luka Lama Ayla
47 46. Tolong Saya
48 47. Tanggung Jawab
49 48. Perlahan Menuju Akhir
50 49. Napas Terakhir
51 Extra Chapter
52 Extra Chapter 2
53 Hollaa
Episodes

Updated 53 Episodes

1
1. Si Gila Harta
2
2. Sakit Tak Berdarah
3
3. Saran Dari Bu Rosli
4
4. Dua Jenis Kesalahan
5
5. Melepaskan
6
6. Mirip Dengan Dara
7
7. Maaf
8
8. Terimalah Dia
9
9. Memutuskan Untuk Berubah
10
10. Dia Orangnya
11
11. Bahagia Itu Ada
12
12. Bertemu Kali Kedua
13
13. Ayla Mulai Beraksi
14
14. Makan Siang Dari Ayla
15
15. Cinta Lama Bertemu Kembali
16
16. Napas Terakhir
17
17. Kebohongan Ayla (Bab Baru)
18
Inikah Kehancuran? (Bab Baru)
19
19. Menceraikan Ayla (Bab Baru)
20
20. Kamu Mencintaiku, Kan? (Bab Baru)
21
21. Perselingkuhan (Bab Baru)
22
22. Benar-Benar Jahat (Bab Baru)
23
23. Ketahuan? (Bab Baru)
24
24. Sidang Perceraian (Bab Baru)
25
25. Tissa Tiada (Bab Baru)
26
26. Ayla dan Segala Kelicikannya (Bab Baru)
27
Penting, Mohon Dibaca!
28
27. Diana Hancur
29
28. Obrolan Panas
30
29. Antara Cinta dan Teman Lama
31
30. Tersulut Amarah
32
31. Kak Fais Jahat, Ma
33
32. Di Bawah Atap
34
33. Kesempatan Terakhir
35
34. Ternyata Mereka
36
35. Masih Merindukan
37
36. Fais Akhirnya Tahu
38
37. Penuh Air Mata
39
38. Semoga Ibu Mati
40
39. Pulanglah
41
40. Mencari Diana
42
41. Dia Sudah Kaya
43
42. Pertemuan Tak Terduga
44
43. Masih Mau Kembali?
45
44. Seperti Sebelumnya
46
45. Luka Lama Ayla
47
46. Tolong Saya
48
47. Tanggung Jawab
49
48. Perlahan Menuju Akhir
50
49. Napas Terakhir
51
Extra Chapter
52
Extra Chapter 2
53
Hollaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!