Sekitar lima menit mereka hanya diam hingga akhirnya mereka kembali bersuara.
“Meskipun pernikahan kita terjadi karena sebuah perjodohan, sejak saya mengucapkan ijab kabul di depan orang tua kita, saya hanya melihat ke arah kamu dan sejak itu saya yakinkan diri saya bahwa saya harus mencintai kamu karena kamu perempuan yang halal bagi saya dan sudah seharusnya saya mencintai dan menyayangimu,” jelas Afif panjang lebar menatap dalam kepada perempuan yang sekarang sedang duduk di depannya.
Kayla tercekat mendengar penuturan itu dari Afif, dari awal Afif memang serius dengan hubungan ini, Kayla juga serius tapi Ia harus benar-benar memastikan perasaan mereka dulu.
Hati Kayla bergemuruh, hatinya terasa berdetak lebih cepat mendengarkan perkataan Afif yang terdengar seperti sebuah pengakuan bagi Kayla, tapi Kayla tidak terlalu yakin dengan itu.
“Kenapa aku harus gugup seperti ini, ya Allah aku speechless,” batin Kayla, saat ini Ia terlihat sangat gugup.
“Kita baru kenal waktu kita menikah, jadi emang rasa itu langsung tumbuh di hati, Mas?,” tanya Kayla suaranya sangat kecil karena rasanya Ia seperti kehilangan tenaga.
“Rasa itu tumbuh saat saya mencium kening kamu waktu setelah kita menikah dan tidak ada alasan untuk tidak mencintai istri saya sendiri,” kata Afif lagi.
Apakah ini sebuah pengakuan, batin Afif. Akankah Kayla mengerti apa yang baru saja Ia ungkapkan.
“Kamu belum jawab pertanyaan saya,” kata Afif. Karena dari awal yang berbicara hanya dirinya, Kayla hanya bertanya.
“Ehm Kayla tidak tahu,” kata Kayla menunduk. Ia juga tidak paham dengan perasaannya sendiri saat ini.
“Dua orang yang sudah menikah memang sudah sepantasnya saling mencintai dan menyayangi,” kata Afif, kali ini terdengar tegas.
Afif tidak tahu bagaimana cara meyakinkan seorang perempuan bahwa sebenarnya Ia sangat mencintainya. Ia tidak bisa berkata-kata manis yang berhubungan dengan cinta.
“Apa yang paling membuatmu takut dalam pernikahan ini?,” tanya Afif. Karena dari awal Kayla selalu bilang tidak siap untuk menikah.
“Takut karena kalau menikah saya tidak sebebas dulu dan saya takut punya anak,” ujar Kayla jujur.
“Sekarang setelah menikah, berarti kamu merasa tidak bebas?,” tanya Afif menaikkan satu alisnya.
“Iya,” jawab Kayla cepat, Ia menatap Afif dan menunduk kembali karena Afif menatapnya dengan tatapan datarnya.
“Kamu jelas tahu bagaimana seharusnya seorang perempuan mematuhi perintah suaminya?.”
“Iya, tahu. Makannya saya tidak siap menikah karena pasti begini,” kata Kayla tersenyum kecil melihat Afif.
“Apalagi suaminya spek Mas Afif, buset Kayla benar-benar di rumah aja, gak kemana-mana,” kata Kayla santai melihat Afif.
“Emang kamu mau ke mana?.” Afif melihat Kayla dengan tatapan tajam.
“Huft, sudahlah lupakan saja,” Kayla menghela nafas pelan dan bersandar di sandaran kursi.
“Kamu tanggungan saya sekarang, kamu harus bersikap bagaimana seharusnya menjadi istri saya,” kata Afif datar.
“Harus bersikap seperti apa?.”
“Tidak ada ceritanya seorang istri yang selalu menjawab perkataan suaminya dan tidak ada ceritanya seorang istri keluyuran tanpa izin suaminya.”
“Saya emang begitu, ya?,” tanya Kayla. Padahal dirinya selalu menjawab apa kata Afif.
“Hmm,” Afif menjawab dengan deheman.
“Kamu tadi bilang takut punya anak, kenapa?,” tanya Afif.
“Hah i-itu belum siap aja untuk punya seorang anak,” jawab Kayla meringis. Ia semakin gugup membahas soal ini dengan Afif.
“Saya tidak berniat untuk menunda memiliki anak, anak itu itu adalah anugerah dari Allah, karena kamu mau lanjut kuliah S2 jadi lebih baik fokus kuliah dulu,” kata Afif melihat Kayla yang kembali menunduk.
“Maaf,” cicit Kayla. Ia jadi merasa bersalah kepada Afif.
Di sini Afif tulus mencintai Kayla dan serius berumah tangga dengannya. Namun, Kayla masih memikirkan karirnya ke depan dan masih ingin bebas.
“Apa kamu tidak keberatan punya anak sambil kuliah?,” tanya Afif kali ini Ia berniat mengisengi istrinya itu.
“Mas..., ngga siap punya anak dibilang, ish,” kata Kayla mengangkat kepalanya menatap Afif.
“Setakut itu kamu untuk punya anak,” kata Afif terkekeh.
“Hehe, iya takut banget,” kata Kayla nyengir kecil.
“Tidak ada yang harus ditakutkan, kamu gak akan ngasuh anak kita sendiri.”
“anjayyyy anak kita katanya, geli amat dengernya,” batin Kayla.
“Iyaa, udah ah, bahas yang lain aja jangan bahas anak, ih,” kata Kayla tidak enak membahas perihal ini.
“Ini bahasan serius, Kayla,” kata Afif datar. Kayla kembali diam.
“Masuk kamar dan tidur,” suruh Afif.
“Iya, Mas gak ke kamar?,” tanya Kayla.
“Saya di sini dulu,” jawab Afif. Setelah itu Kayla masuk ke kamar.
Apakah aku keterlaluan ya, karena gak mau punya anak sekarang, apakah aku dosa?, batin Kayla. Kayla benar-benar kepikiran dengan apa yang tadi mereka obrolkan.
Sedangkan Afif masih duduk di dapur dan berpikir keras kenapa Kayla belum menjawab soal perasaannya. Apakah istrinya itu belum punya rasa apapun padanya. Atau hanya belum yakin, batin Afif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Anonymous
makanya jgn terlalu keras afif,,klo mau mendidik ya mbo pake cara halus gtu loh. gregeretan bgt sama si afif dah
2024-02-23
0