BAB 9: Obrolan Serius antara Afif dan Kayla

“Mas, mau beli bakso dulu yang di perempatan sana boleh, gak?,” tanya Kayla ragu ke arah Afif.

“Makan di sana?,”

“Iya kalo boleh, lebih enak soalnya. Kalo nggak dibungkus aja gak papa,”

“Kalo gak rame nanti makan di sana,” jawab Afif.

Kayla tersenyum mendengarnya. Ia sudah lama tidak makan bakso favoritnya yang di pinggir jalan itu terakhir kali makan sama Ali sekitar satu bulan yang lalu.

“Ibu, bakso nya dua, ya,” kata Kayla memesan bakso untuk mereka berdua.

Untung sepi, batin Kayla senang.

“Minum nya mau apa?, es?,” tanya Kayla.

“Air putih aja, kamu juga air putih jangan minum es terus,” tegur Afif.

“Hehe, iya,” dalam hatinya Ia tidak nyengir begitu, gagal deh minum es, gumam Kayla di dalam hatinya.

“Neng tahu perihal kakaknya ibu yang punya pesantren yang katanya nanti mau ngobrol bareng kita, kalo ke rumah?,” tanya Afif menatap Kayla serius.

“Jangan panggil neng ah, aneh,” kata Kayla tidak terlalu nyaman dipanggil dengan sebutan itu.

“Kamu istri saya jadi sudah sepantasnya dipanggil neng,” kata Afif tegas.

“Panggil dengan sebutan lain aja,”

“Jangan ngalihin pembicaraan, jawab pertanyaan saya yang tadi.”

“Iya tahu, biasanya suka ngasih saran jangan menunda punya anak dan soal rumah tangga lah intinya, hmm, gimana kalo ketemu mereka, ya,” kata Kayla sambil menerawang.

“Terus mau jawab apa?,” tanya Afif.

“Gak tahu, mas ada ide, gak?,” tanya Kayla yang juga bingung.

“Nanti kita obrolin di kamar, jangan di sini,” kata Afif.

“Tadi mas yang nanya,” kata Kayla melirik suaminya itu.

“Iya, gak jadi dibahas, nanti aja kurang pas kalo di sini,” jelas Afif.

Setelah itu mereka memakan bakso nya sambil sesekali mengobrol.

“Biasanya makan di sini sama siapa?,”

“Sama kak Ali, kadang sama Azam,” jawab Kayla.

“Nggak sama teman-teman?,” tanya Afif. Sebenarnya Ia penasaran siapa aja teman-teman istrinya itu

“Nggak, teman-teman Kayla pada udah nikah terus punya anak, teman dekat rumahnya jauh,” Kayla menjawab dengan cepat.

“Oh,” Afif hanya ber oh saja.

“Punya teman dekat adik kelas di sekitar sini rumahnya, mau mampir kah kita?,” tanya Kayla iseng.

“Nggak, saya hanya nanya,” kata Afif.

“Ehm iya iya,” Kayla mengangguk. Afif dan Kayla lanjut makan tanpa obrolan. Setelah itu mereka bayar dan langsung pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, matahari sudah mulai sedikit tenggelam menandakan sebentar lagi azan Maghrib akan berkumandang.

Di rumah, semua keluarga sudah siap untuk pergi ke musala untuk salat Maghrib dan isya berjamaah.

Azam, adik Kayla juga sudah siap dengan baju Koko, sarung, dan songkok (kopiah), Ia terlihat sangat menggemaskan.

“Azam, sini,” ujar Kayla tersenyum melihat adiknya itu. Ia merentangkan tangannya ke arah Azam dan adiknya itu memeluknya.

“Hmm udah wangi,” kata Kayla gemas menoel pipi Azam. Afif di belakang masih berdiri di pintu melihat kakak beradik di depannya.

“Yang lain sudah pada ke musala?,” tanya Kayla kepada Azam.

“Iya, baru saja berangkat, mbak nggak ke musala?,” tanya Azam. Karena biasanya mbak nya itu juga ikut salat di musala bersama keluarga dan warga yang lain. Karena status dirinya sekarang sudah menjadi istri orang sepertinya suaminya itu akan menyuruh nya salat di rumah.

“Nggak, mbak salat di sini saja,” kata Kayla dan membenarkan songkok Azam.

(Di Madura kebanyakan seorang adik memanggil kakak perempuan nya dengan panggilan “mbak” atau bahasa Madura nya “mpuk” artinya kakak perempuan.)

“Mbak nya salat di rumah, karena banyak tugas yang harus dikerjakan oleh mbak mu ini, Zam,” kata Afif bersuara dari belakang. Ia menghampiri Azam dan mengelus belakang kepalanya.

Kayla meliriknya sekilas, tugas apaan kali, batin Kayla. Tapi tetap tersenyum di depan Azam. Azam masih kecil dan sekarang masih kelas satu SD.

“Sudah, sana berangkat nanti takut ketinggalan jamaah,” kata Kayla berdiri dan menyuruh adiknya tersebut untuk berangkat ke Musala yang jaraknya sangat dekat dengan rumahnya.

Afif dan Kayla masuk ke kamar, Kayla duduk di depan meja rias dan membersihkan mukanya dengan micellar water tanpa membuka kerudung nya, Ia hanya sedikit melonggarkan kerudung nya agar lebih leluasa memberikan mukanya.

“Saya mandi dulu,” kata Afif, tanpa menunggu jawaban Kayla Ia masuk ke kamar mandi.

Di kamar mandi, Ia masih heran kenapa istrinya itu masih betah memakai kerudung walaupun hanya di kamar berdua. Tidur juga pakai kerudung, Afif tidak habis pikir, tapi Ia berusaha mengerti mungkin Kayla belum terbiasa dengannya.

Kayla menoleh ke sekeliling kamar dan merapikan barang-barang nya yang berupa tas, buku dan laptop yang Ia bawa tadi ke sekolah. Ia meletakkan di meja belajar nya. Ia melihat ponsel Afif ada di nakas di samping kasur dan dompetnya juga ada di sana, bajunya juga sudah tergantung rapi. Okay, aman. Batin Kayla.

Kayla duduk dan mengambil ponselnya, Ia berniat akan menghubungi teman-temannya. Namun, Afif sudah selesai bersih-bersih, hal itu mengalihkan perhatian Kayla dari ponsel dan melihat Afif yang keluar dari kamar mandi sekilas.

Rambut Afif terlihat basah karena habis keramas, Ia keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai sarung dan kaos pendek warna putih, memakai itu saja bagi Kayla, Afif terlihat tampan. Kayla menggeleng pelan, “Apakah aku sedang mengakui ketampanan dia?, aih Kayla stop,” kata Kayla di dalam hati.

Afif yang melihat Kayla sedang memegang ponsel langsung menyuruh nya untuk mandi dan siap-siap untuk salat Maghrib. “Gak mau bersih-bersih?,” tanya Afif kepada Kayla seraya memakai baju koko nya di depan cermin.

“Iya, ini mau,” jawab Kayla. Sebelum itu Kayla berjalan ke lemari dan mengambil setelan baju tidur dan kerudung bergo.

“Saya salat di musala, kamu salat di sini saja,” kata Afif sambil memakai songkok.

“Saya juga ingin salat di musala, pasti seru ngobrol sama Mbah bini’ (nenek) dan teman-temannya,” kata Kayla melihat Afif.

“Jadi cuma pengen ngobrol doang ke mulsala?,” tanya Afif menautkan kedua alisnya.

“Nggak, sehabis ngaji suka ngobrol gitu sama mereka seru aja,” jawab Kayla.

“Hmm, salat di sini saja, saya berangkat assalamualaikum,” kata Afif berjalan ke arah pintu.

Kayla mendumel di dalam hatinya, kok bisa dia bersikap seperti itu, kemudian Kayla menjawab “Waalaikum salam,” setelah Afif keluar kamar dan menutup pintu kamar, Kayla juga masuk ke kamar mandi.

Malam harinya, setelah salat isya, setelah keluarga Kayla makan malam, baik Afif maupun Kayla setelah itu langsung ke kamar karena mau membahas perihal obrolan tadi sore yang sempat tertunda.

“Jadi gimana nanti kalo ketemu keluarga dari kakaknya ibu?,” tanya Afif yang sedang duduk di sofa.

“Gimana ya, gak tahu bingung Kayla juga,” jawab Kayla pelan tapi terlihat berpikir.

“Saya mah mau punya anak, tentu saja,” kata Afif dengan jelas membuat Kayla mematung di tempat, loading sebentar.

“Hah,” kata Kayla cengo.

“Setelah kamu siap, kita akan punya anak,” kata Afif memperjelas apa yang Ia katakan barusan. Kayla merasa geli dengan kata “kita” dan meringis ketika mendengar kata “anak.”

“E-eh iya,” jawab Kayla gugup.

“Kamu mau lanjut kuliah?,” tanya Afif kepada Kayla yang terlihat gugup di depannya itu.

“Iyaa, kalo boleh,” kata Kayla pelan.

“Boleh,” kata Afif menatap Kayla serius.

“Serius boleh?,” tanya Kayla heboh.

“Hmm, asal kuliah nya di tempat saya ngajar,” kata Afif lagi.

“Yah,” kata Kayla lesu.

“Kalo yang lain gak boleh, ya?,” tawar Kayla lagi.

“Gak boleh, kamu harus selalu dalam pantauan saya mengingat kamu adalah istri saya,” kata Afif jelas dan padat.

“Huft,” kata Kayla menghela nafas pelan.

“Emang niatnya mau di mana?,” tanya Afif ingin tahu niat istrinya itu mau lanjut kuliah di mana.

“Tadinya mau lanjut di Malang atau di Jogja,” kata Kayla.

“Terlalu jauh, kalo mau lanjut saya izinkan, tapi di IAIN Madura, saya juga ngajar di sana,” kata Afif tegas.

“Hmm,” kata Kayla terlihat tidak semangat.

“ Kenapa gak semangat gitu?. Katanya mau lanjut kuliah?,”

“ Nggak papa, hehe,” sebenarnya Kayla berpikir kalo begitu akan makin banyak ketemu sama Afif. Ia tidak menghindar tapi Kayla ingin sendiri, kadang merasa begitu.

“Jangan mimpi saya akan biarin kamu nge kos dan pulang pergi sendiri,” ujar Afif dingin.

Kayla melirik Afif, kok bisa dia tahu apa yang sedang Ia pikirkan, gumam Kayla heran. Kebetulan Sepertinya.

“Ya udah, deh, nanti saya liat ada jurusan apa saja di sana,” kata Kayla lagi.

“Okay,”

Bahasan mereka sudah berbada saru bahasan awal. Tadinya bahas perihal jawaban apa yang akan diberikan jika ditanya oleh keluarga Kayla terkait kapan punya anak dan soal rumah tangga, sekarang malah bahas perihal Kayla yang mah kuliah. Namun bahasan tersebut saling terhubung karena mereka memang belum ada cinta, Kayla belum mau punya anak karena masih mau lanjut kuliah dan Afif menerima dan mengerti itu.

“Jadi, nanti kalo ditanya uwa, jawabnya belum dikasih aja,” kata Kayla ragu menatap Afif.

“Hmm iya, bisa jawab gitu,” jawab Afif mengiyakan ide Kayla.

“Entah nanti uwa yang ke sini atau kita yang disuruh ke sana,” kata kayla.

“Apa ke sana aja kita?,”

“Jangan, kan kita sudah ke sana waktu setelah pernikahan dulu itu,” kata Kayla.

(Setelah pernikahan biasanya pasangan manten baru akan ber silaturahmi ke rumah saudara-saudara orang tua nya.)

“Okay,” kata Afif.

“Besok berangkat ke sekolah pukul berapa?,” tanya Afif.

“Besok tidak ngajar, tadi pelajaran nya sudah dipindah ke hari ini semua, saya boleh dari sekolah untuk masuk setengah sebulan sekali, tapi waktu ngajar di double ketika masuk, semua kelas di hari besok dipindah ke satu hari,” kata Kayla menjelaskan kepada Afif.

“Tidak capek jadi sehari full gitu?,”

“Nggak kok,” jawab Kayla.

“Okay,”

“Besok balik ya?,” tanya Kayla.

“Iya, balik,” kata Afif mengangguk.

“Ow okayy deh,” jawab Kayla mengerti.

Sebenarnya Ia merasa kurang lama tinggal di sini namun Ia harus ikut suaminya itu jadi tidak ada pilihan.

“Saya mau nonton tv ya, bareng Azam,” pamit Kayla.

“Iya, saya juga mau ngobrol di luar bareng Ali,” kata Afif. Kemudian mereka berdua berjalan ke luar kamar. Kayla duduk di samping Azam di depan tv. Sedangkan Afif ke teras depan untuk sekadar ngobrol dan ngopi bareng temannya, Ali.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

ayo dong kay, semangat gitu...
layani suami... wajib loh..
kl sdh jd pasutri itu, ya hrs tau hak dan. kewajiban suami, begitu sebaliknya...
ntar kl suami gk. dilayani, ngelirik cewek lain loh....

2024-02-26

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: H-7 Pernikahan
2 BAB 2: Hari-H Pernikahan
3 BAB 3: Mulai Sibuk
4 BAB 4: Sarapan Bersama di Ndalem
5 BAB 5: Pulang ke Rumah Kayla
6 BAB 6: Tongkrongan Afif dan Ali
7 BAB 7: Kayla Kembali Mengajar
8 BAB 8: Kesibukan Kayla dan Perihal Koas Kaki
9 BAB 9: Obrolan Serius antara Afif dan Kayla
10 BAB 10: Nasehat Uwak
11 BAB 11: Perihal Tidak Mau Belajar Alfiyah
12 BAB 12: Tidak Mau Ditinggal
13 BAB 13: Makan Samyang, Maag kambuh, Afif Marah
14 BAB 14: Kayla Tidak Suka Memasak
15 BAB 15: Masakan Afif untuk Kayla
16 BAB 16: Peraturan Pertama dari Afif
17 BAB 17: Di Rumah Aja
18 BAB 18: Afif Menyebalkan
19 BAB 19: Ikut Pengajian Kitab
20 BAB 20: Belum Yakin
21 BAB 21: Hari Pertama Mengajar di Sekolah Milik Keluarga Afif
22 BAB 22: Hukuman Karena Tidak Langsung Pulang
23 BAB 23: Kenalan dengan Temannya Afif
24 BAB 24: Pembahasan Soal Kuliah Kayla
25 BAB 25: Bertemu Ustadzah Fatimah
26 BAB 26: Perihal Arfi
27 BAB 27: OTW Meet Up
28 BAB 28: Finally Meet Up
29 BAB 29: Go To Supermarket
30 BAB 30: Drama Baca Burdhah
31 BAB 31: Kayla Melting
32 BAB 32: Drama Sakit Perut
33 BAB 33: Afif Kembali ke Setelan Awal
34 BAB 34: Soal Upload Story
35 BAB 35: Makan Di Luar
36 BAB 36: Tiba-Tiba Bahas Nama Anak
37 BAB 37: Pagi yang Terasa Dingin
38 BAB 38: Kegiatan Merajut
39 BAB 39: Ngobrol Santai di Rumah Umi
40 BAB 40: Deep Talk
41 BAB 41: Deep Talk 2
42 BAB 42: Ketemu Neng Naura
43 BAB 43: Kedatangan Tamu
44 BAB 44: Bahasan yang Tak Kunjung Usai dan Menemukan Posisi Ternyaman
45 BAB 45: Kayla Galau
46 BAB 46: Malam Pertama Haflah
47 BAB 47: Bahas Lagu Arab
48 BAB 48: Obrolan Random di Pagi Hari
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
Episodes

Updated 54 Episodes

1
BAB 1: H-7 Pernikahan
2
BAB 2: Hari-H Pernikahan
3
BAB 3: Mulai Sibuk
4
BAB 4: Sarapan Bersama di Ndalem
5
BAB 5: Pulang ke Rumah Kayla
6
BAB 6: Tongkrongan Afif dan Ali
7
BAB 7: Kayla Kembali Mengajar
8
BAB 8: Kesibukan Kayla dan Perihal Koas Kaki
9
BAB 9: Obrolan Serius antara Afif dan Kayla
10
BAB 10: Nasehat Uwak
11
BAB 11: Perihal Tidak Mau Belajar Alfiyah
12
BAB 12: Tidak Mau Ditinggal
13
BAB 13: Makan Samyang, Maag kambuh, Afif Marah
14
BAB 14: Kayla Tidak Suka Memasak
15
BAB 15: Masakan Afif untuk Kayla
16
BAB 16: Peraturan Pertama dari Afif
17
BAB 17: Di Rumah Aja
18
BAB 18: Afif Menyebalkan
19
BAB 19: Ikut Pengajian Kitab
20
BAB 20: Belum Yakin
21
BAB 21: Hari Pertama Mengajar di Sekolah Milik Keluarga Afif
22
BAB 22: Hukuman Karena Tidak Langsung Pulang
23
BAB 23: Kenalan dengan Temannya Afif
24
BAB 24: Pembahasan Soal Kuliah Kayla
25
BAB 25: Bertemu Ustadzah Fatimah
26
BAB 26: Perihal Arfi
27
BAB 27: OTW Meet Up
28
BAB 28: Finally Meet Up
29
BAB 29: Go To Supermarket
30
BAB 30: Drama Baca Burdhah
31
BAB 31: Kayla Melting
32
BAB 32: Drama Sakit Perut
33
BAB 33: Afif Kembali ke Setelan Awal
34
BAB 34: Soal Upload Story
35
BAB 35: Makan Di Luar
36
BAB 36: Tiba-Tiba Bahas Nama Anak
37
BAB 37: Pagi yang Terasa Dingin
38
BAB 38: Kegiatan Merajut
39
BAB 39: Ngobrol Santai di Rumah Umi
40
BAB 40: Deep Talk
41
BAB 41: Deep Talk 2
42
BAB 42: Ketemu Neng Naura
43
BAB 43: Kedatangan Tamu
44
BAB 44: Bahasan yang Tak Kunjung Usai dan Menemukan Posisi Ternyaman
45
BAB 45: Kayla Galau
46
BAB 46: Malam Pertama Haflah
47
BAB 47: Bahas Lagu Arab
48
BAB 48: Obrolan Random di Pagi Hari
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!