BAB 4: Sarapan Bersama di Ndalem

Kegiatan Kayla dimulai dari salat tahajud bersama Afif, mengaji, salat subuh, mengaji lagi, dan menyimak santri mengaji. Pagi ini Kayla dan Afif akan sarapan bersama di ndalem bersama orang tua dan saudara-saudara Afif yang lain. Tadi pagi pagi sekali, setelah dari masjid Afif memberi tahu Kayla terkait keinginan ibunya yang ingin makan bersama.

“Sampean (kamu) aja kali yang disuruh sarapan di ndalem” kata Kayla sambil membenarkan kerudung nya di depan kaca.

“Abah sendiri tadi yang bilang kalo Umi mau sarapan bareng kita,” jawab Afif yang sedang duduk menunggu Kayla di sofa.

“Kenapa?, ngga nyaman sarapan di rumah umi?,” tanya Afif lagi.

“Bukan ngga nyaman, tapi masih agak canggung aja,” jawab Kayla.

“Santai aja, orang tua saya juga sudah menjadi orang tua kamu. Bersikaplah seperti pasangan yang harmonis seperti layaknya pasutri yang baru menikah, ya meskipun ini hanya perjodohan dan kamu belum suka saya, usaha aja dulu,” kata Afif panjang lebar.

Kayla yang mendengar itu terdiam mencerna setiap ucapan Afif, kalimat “kamu belum suka saya” terus berputar di otaknya. Kayla membenarkan itu tapi perkataannya seakan akan menunjukkan kalo Afif sudah menyukainya. Apakah benar begitu?. Apa tidak terlalu cepat?. Segala macam pertanyaan dan keraguan muncul di dalam benaknya.

“Kamu dengar ucapan saya?” tanya Afif lagi.

“Hah,” jawab Kayla gelagapan.

“Iya saya ngerti kok,” jawab Kayla kemudian.

Afif yang melihat Kayla sudah siap langsung berdiri dan langsung berjalan keluar rumah untuk ke ndalem umi nya. Kayla mengikutinya dari belakang.

“Berjalan di samping saya, jangan di belakang,” perintah Afif.

“Hah,” Kayla hanya ber hah heh hoh dan diam di tempat karena Afif berhenti tepat di depannya.

“Hah heh hoh aja, kamu. Yang fokus kalau jalan!” kata Afif sedikit kesal karena dari tadi Kayla sepertinya kurang fokus.

“ Kok dimarahin sih, ish,” jawab Kayla sewot sambil melihat ke arah Afif.

“Jalan di samping saya, Kayla,” kata Afif lagi. Kali ini Afif bilang dengan sangat jelas terdengar di telinga Kayla.

“Iya iya, gini kan, hayu,” jawab Kayla dengan kesal dan langsung mensejajarkan dirinya dengan Afif sambil menggandeng tangan Afif.

“Bergandengan juga sekalian biar semakin terlihat harmonis dan so sweet,” kata Kayla asal. Meskipun ragu dan takut tapi dengan berani Kayla menggandeng tangan Afif. Padahal sebelumnya tidak pernah ada kontak fisik di antara mereka kecuali waktu hari pernikahan saat Afif mencium kening Kayla, dan Kayla hanya sekadar mencium tangan Afif.

“Ya, terserah kamu,” jawab Afif tak acuh kemudian melanjutkan jalan mereka menuju ndalem.

Sebenarnya Afif menyunggingkan senyum sedikit namun tidak terlihat karena tertutupi oleh wajah galaknya.

“Tumben banget Kayla mau dekat-dekat aku, apalagi sampe bergandengan,” kata Afif di dalam hatinya, tindakan Kayla membuat Afif sedikit terkejut namun juga senang karena jika seperti ini berarti Kayla sudah sedikit demi sedikit menerima pernikahan ini.

“Assalamualaikum,” ucap Afif dan Kayla.

“Waalaikumsalam”

“Langsung duduk aja” Kata Abah.

“Lepasin tangan mantu Umi, jangan digandeng terus gak akan hilang istrinya, sini nak,” Umi menarik tangan Kayla untuk duduk di sampingnya. Semua keluarga tersenyum melihat Afif dan Kayla yang datang bergandengan tangan.

“Cie manten baru mah vibes nya beda,” ejek Mbak Nabila kakak perempuan Afif.

“Iya, nih hawa hawa nya kayak ceria gitu, yaa,” lanjut Mbak Ifa kakak perempuan Afif yang kedua sambil tersenyum ke arah mereka berdua.

Afif dan Kayla hanya tersenyum dan ber hehe saja sambil saling menatap satu sama lain.

“Sudah, sudah jangan selalu digoda adiknya, kasian mereka. Sudah langsung makan saja,” kata Abah menghentikan godaan mereka.

Kayla berinisiatif mengambil piring untuk Afif dan mengambilkan nasi juga lauk. Apa yang dilakukan Kayla tidak terlepas dari mata keluarga di ruangan itu. Mereka terlihat senang melihat keharmonisan Kayla dan Afif. Afif yang melihat semua keluarganya bahagia juga mereka tersentuh namun Ia tersadar bahwa Kayla bersikap demikian hanya karena di depan keluarga saja.

“Lauknya mau apa?,” tanya Kayla sambil tersenyum ke arah Afif.

“Pake tumis kangkung sama telor dadar aja,” jawab Afif. Kayla mengambilkannya dan memberikan piring tersebut ke Afif.

“Terima kasih,” kata Afif sambil tersenyum melihat ke arah Kayla.

Kayla tidak menjawab dan mengambil nasi dan lauk untuk dirinya sendiri, tak lupa Ia mengambil sambal.

“Jangan makan sambal terlalu banyak, masih pagi,” kata Afif.

“Iya, dikit aja,” jawab Kayla.

Karena semua terdiam melihat interaksi Afif dan Kayla yang saling memperhatikan satu sama lain membuat Kayla mengerutkan dahinya ke arah Afif, seakan-akan bertanya “kenapa ini pada diam, ada yang salah kah?.” Afif yang menyadari itu hanya mengangkat bahunya.

“Kenapa pada diam ini,” tanya Afif yang merasa heran.

“Ah ngga papa, suka aja liat kalian berdua,” jawab Umi Afif.

“ Ya udah, lanjut makan,” kata Abah dan mereka langsung makan dengan tenang.

Setelah makan, Afif dan Kayla berniat kembali ke rumah mereka. Namun Umi Fadhilah meminta mereka untuk tinggal sebentar di ndalem.

“Jangan langsung balik, di sini dulu aja. Kita minum teh dulu di ruang tengah,” ajak Umi Dhilah.

“Umi aja, kita balik aja ke rumah,” kata Afif.

“Aih kamu ini kalo disuruh diem aja bentar, malah buru-buru mau pulang, mau ngapain sih,” kata umi Dhilah lagi.

“Kayla mau kan di sini dulu, ngobrol bareng Umi, nanti ada Fahri juga ke sini, nanti sekalian umi kenalin Kayla ke Fahri, adiknya suami kamu,” jelas umi Dhilah.

“Hehe iya, umi,” jawab Kayla sopan.

“Tuh Kayla aja mau di sini,” kata Umi lagi.

“Iya, ya udah Afif juga di sini dulu, sebentar,” jawab Afif akhirnya.

Setelah obrolan tadi, mereka berjalan ke arah ruang tengah.

Setelah duduk di kursi ruang tengah, Afif duduk di samping Kayla. Entah kenapa Afif tidak mau berjauhan dengan Kayla, terlebih lagi sebentar lagi mau ada adiknya yang baru datang dari Mesir.

“Sudah hampir 5 hari di sini, gimana rasanya nak, betah di sini?” tanya Umi Dhilah.

“Iya, mi. Perlahan mulai betah,” jawab Kayla.

“Tapi kangen rumah juga sih mi,” kata Kayla lagi sambil melirik Afif yang sedang melihatnya karena tiba-tiba bahas kangen rumahnya.

“Pulang aja nanti sore, nginep semalam atau dua malam di rumah sana nanti balik lagi ke sini,” kata Umi Dhilah.

“Iya, mi. Nanti aja,”

“Ajak istrimu pulang dulu, fif, kasian pasti dia kangen rumah,”

“Afif sibuk, mi” jawab Afif santai.

Kayla yang mendengar jawaban Afif mengerucutkan bibirnya, sudah Ia duga sebelumnya pasti Afif akan jawab sibuk.

“Atuh libur aja dulu satu atau dua hari, buat ke rumah mertua kamu,”

“Iya, nanti besok Afif izin ga masuk,”

“Pulang siang ini aja, lusa baru balik ke sini,” saran Umi Dhilah.

“Sekalian honey moon aja kalian, ke mana gitu,” kata Umi Dhilah sambil melihat pasangan di depannya.

Kayla yang tadinya sedang memakan cemilan langsung terbatuk mendengar kata honey moon, tentu saja Kayla kaget, kayaknya mertuanya ini sudah ngebet pengen punya cucu.

“Nanti aja mi, kan Afif bilang sibuk, Kayla juga 2 hari lagi sibuk ngajar,”

“Ya tinggal ambil libur lagi, kan kalian ada beberapa hari free dalam seminggu, manfaatin hari hari itu aja untuk pergi honeymoon dan segera buat cucuk buat Umi dan Abah,” kata Umi Dhilah panjang lebar. Kayla yg mendengar itu keselek makanannya lagi, buru-buru Afif mengambilnya minum. Kayla langsung meneguknya.

“Iya, mi. Nanti dijadwalkan honeymoon nya,” jawab Afif asal. Karena kalo tidak di iyakan umi nya pasti akan terus ngotot agar mereka pergi honeymoon. Afif cukup kasian dengan Kayla yang merasa sedikit tertekan.

Kayla terdiam dan tidak tahu harus merespon apa, karena dalam pernikahan ini yang belum siap hanya Kayla, yang belum bisa menerima pernikahan ini sepenuhnya hanya Kayla. Sedangkan Afif meskipun belum ada cinta sebelumnya namun Afif dengan tulus menerima Kayla sebagai istrinya. Kayla jadi merasa tidak enak dan tidak nyaman di posisi ini.

“Okay, bisa dibahas nanti aja sama kalian, pulang ke rumah mertua kamu aja dulu nanti siang atau sore,” kata Umi ke arah Afif.

“Iyaa, mi,” jawab Afif pasrah. Afif kalo dihadapkan dengan Umi nya tidak bisa berkutik dan hanya menurut saja.

“Assalamualaikum,” kata sebuah suara dari arah pintu rumah.

“Waalaikumsalam” jawab mereka yang di dalam rumah berbarengan.

“Akhirnya, kamu datang nak, sini duduk,” kata Umi Dhilah. Fahri sudah dari dua hari yang lalu spasi di Indonesia dan berdiam di rumah neneknya. Tidak langsung ke rumah ini. Dan Fahri tentu saja tidak menghadiri acara pernikahan kakaknya karena sedang kuliah di Mesir. Fahri Salim ke umi dan Afif.

“Kak, apa kabar?” tanya Fahri.

“Alhamdulillah, baik,” jawab Afif.

“Waah kakak sudah jadi suami orang nih, akhirnya setelah menyendiri sekian lamaaa,” kata Fahri sambil meledek kakaknya.

“Diam lah Fahri,” kata Afif.

“Halo mbak, gimana rasanya tinggal sama kakak saya yang dingin dan galak ini?,” tanya Fahri ke arah Kayla, sekaligus Fahri menyapanya dengan candaannya.

“Iya dinginnya ngalahin beruang kutub di Antartika,” jawab Kayla sambil tersenyum ke arahnya.

“Okay kalian sudah saling mengenal ya, Kayla sudah tau adiknya Afif, dan Fahri sudah tau istri kakaknya” kata umi Dhilah.

“Iya, mi. Abah di mana?” tanya Fahri.

“Ada di Musala,”

“Baiklah, Fahri pamit mau ke Abah dulu, ya,”

“Kita juga mau balik ke rumah,” kata Afif tiba-tiba.

“Kenapa buru-buru amat, baru juga Fahri nyampe rumah,” kata Fahri sebelum berdiri untuk ke Musala.

“Kakak ada kelas,”

“Oh ya udah, mbak Kayla di sini aja dulu, nanti bisa ngobrol sama Fahri,”

“Nggak, dia juga ikut balik, ayo pulang,” ajak Afif.

“Oh, iya,” jawab Kayla.

“Ya udah, nanti Fahri main ke rumah kalian, ya. Setelah dari Abah,” kata Fahri.

“Tidak usah ke rumah, tidak menerima tamu laki-laki,” kata Afif.

“Dih, kenapa?. Kan aku adik kandung kakak, pelit bener,” kata Fahri dengan raut kesal.

“Iya main aja ke rumah,” jawab Kayla menengahi perdebatan kecil kakak beradik ini.

“Nggak, gak boleh,” kata Afif tegas.

“Posesif amat bang, kan Cuma mau ngobrol sama kakak ipar,” kata Fahri.

“Gak boleh, nanti aku bawa kunci rumah, biar gak ada yang masuk ke rumah,” kata Fahri final.

“Masa istrinya dikunciin di rumah sih, kak,”

“Kamu banyak omong ya, sekarang,” kata Afif dingin.

“Ya udah, mending langsung balik aja kalian, mau ngajar kan, sana balik nanti telat,” kata Umi Dhilah akhirnya mengentikan obrolan mereka.

“Kayla, pamit ya mi,” kata Kayla.

Afif sudah terlebih dulu, pergi mendahului karena merasa kesal akan sikap Fahri yang ingin ngobrol dengan Kayla.

“Tidak mungkin aku cemburu, kan?” kata Afif dalam hatinya. Dia menggelengkan kepalanya merasa heran sendri.

“Lora kenapa sih, sewot amat perasaan,” kata Kayla yang sudah berjalan di sampingnya.

“Gapapa,”

“Dih, kayak cewe,”

“Apa katamu,” kata Afifi dingin sambil melihat dengan tajam ke arah Kayla. Yang ditatap merasa ga enak dilihat dengan tatapan itu.

“Ngga, Kayla bercanda,” jawab Kayla sambil ngacir duluan masuk ke dalam rumah.

“Langsung salat Dhuha, jangan nonton tv dulu,” kata Afif sambil melewati Kayla yang baru saja menyalakan tv.

“Sampean dulu aja,” kata Kayla sambil asyik nonton TV.

“Kita salat Dhuha bareng sekarang,” kata Afif tegas.

“Waktu Dhuha kan lumayan masih lama sampe sebelum Zuhur,” elak Kayla, karena pengen nonton dulu.

“Nonton tv juga bisa kapan aja,” Kayla yang mendengar itu hanya melirik tajam ke arah Afif.

“Cepat siap-siap untuk ngambil wudhu dan salat. Saya tunggu 5 menit lagi di Musala,” tegas Afif.

“Aiiish,” kata Kayla dengan raut kesal.

“Dalam 5 menit ngga ke Musala, besok tv nya saya pindah ke rumah umi, sekalian kamu ga usah nonton TV,”

“Astaga, iya iya!. Pemaksaan banget sih,” jawab Kayla langsung mematikan tv nya dan berjalan mendahului Afif untuk masuk ke kamar. Afif yang melihat itu hanya bisa menarik nafas pelan, sulit sekali mengajaknya untuk melakukan hal hal yang Sunnah. Afif berjalan ke kamar mandi yang di samping Musala dan mengambil wudhu di sana, karena pasti Kayla sedang memakai kamar mandi di kamar.

15 menit kemudian Afif dan Kayla sudah selesai melaksanakan salat Dhuha bersama. Setelah berdoa afif menoleh ke arah Kayla dan bilang “Saya abis ini langsung ngajar, sore balik,” kata Afif.

“Iya, nanti sore jadi pulang ke rumah, kan?,” tanya Kayla.

“Iya, jadi.”

“Hehehehehe okayyy,” jawab Kayla senang.

“Kamu hari ini di rumah aja, abis ini lanjut ngaji alwaqiah,” kata Afif lagi.

“Iyaa,” jawab Kayla nurut.

“Kunci rumah saya bawa,” kata Afif sambil berdiri.

“Hah! Saya beneran dikunciin di rumah,” kata Kayla tidak percaya.

“Kan emang ga kemana-mana juga, kan?, ya udah kunci saya bawa aja. Takut Fahri ke sini sebelum saya datang,”

“Lagian kenapa kalo Fahri ke sini?, kan adiknya sampean,” kata Kayla lagi.

“Gak usah dekat-dekat Fahri, kamu bukan mahrom dia,”

“Iya, saya tau, lagian dia gak bakal ke sini kalo dilarang sama sampean, jadi kunci gak perlu dibawa juga,” bujuk Kayla.

“Kunci tetap saya bawa, kamu di rumah aja, kalau lapar masak aja, di kulkas sudah banyak bahan untuk kamu masak,”

“Aih, padahal niatnya mau rujak jambu sama mbak ifa dan mbak Nabila nanti sore,” kata Kayla sedih.

“Kapan-kapan aja ngerujak jambu nya."

“Saya pergi dulu,” kata Afif sambil mengulurkan tangan nya untuk Kayla cium. Kayla Salim dengan wajah ditekuk.

“Gak usah kesal gitu wajahnya, biasa aja,”

“Ya gimana gak kesal, saya dikunciin di rumah sendiri,” kata Kayla sewot.

“Nanti sore mau pulang, kan? Jadi nurut aja, bisa?,” kata Afif yang tidak suka dibantah.

“Ya tetap aja, tega banget ngunciin saya di rumah,”

“Kunci saya bawa atau nanti sore gak jadi pulang ke rumah?,” kata Afif dingin.

“Ya udah iya bawa aja kuncinya,” jawab Kayla pasrah.

“Bagus, saya berangkat dulu, assalamu’alaikum ,” kata Afif kemudian berjalan ke arah pintu.

“Waalaikumsalam,” jawab Kayla.

Sebenarnya Afif tidak enak juga membawa kunci rumah dan Kayla yang hanya diam di rumah, Cuma Afif harus melakukan itu agar Fahri tidak bisa mengunjungi Kayla tanpa ada Afif di rumah, Afif juga bingung kenapa bersikap begini, intinya Afif tidak mau Kayla ngobrol dengan Fahri, meskipun adik kandungnya sendiri.

Kayla di rumah sudah selesai mengaji dan kembali ke kamarnya dan bergumam, “Buset, aku dikunciin di rumah, ya ampun emang boleh dia terlihat se-possesive ini?” Kayla tidak habis pikir padahal hanya gara-gara Fahri ingin ngobrol dengan dirinya.

“Aiiish, kesal banget,” kata Kayla sambil merebahkan dirinya di kasur.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

bagus itu, FIF...
aqu setuju...
🤣🤣

2024-02-21

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: H-7 Pernikahan
2 BAB 2: Hari-H Pernikahan
3 BAB 3: Mulai Sibuk
4 BAB 4: Sarapan Bersama di Ndalem
5 BAB 5: Pulang ke Rumah Kayla
6 BAB 6: Tongkrongan Afif dan Ali
7 BAB 7: Kayla Kembali Mengajar
8 BAB 8: Kesibukan Kayla dan Perihal Koas Kaki
9 BAB 9: Obrolan Serius antara Afif dan Kayla
10 BAB 10: Nasehat Uwak
11 BAB 11: Perihal Tidak Mau Belajar Alfiyah
12 BAB 12: Tidak Mau Ditinggal
13 BAB 13: Makan Samyang, Maag kambuh, Afif Marah
14 BAB 14: Kayla Tidak Suka Memasak
15 BAB 15: Masakan Afif untuk Kayla
16 BAB 16: Peraturan Pertama dari Afif
17 BAB 17: Di Rumah Aja
18 BAB 18: Afif Menyebalkan
19 BAB 19: Ikut Pengajian Kitab
20 BAB 20: Belum Yakin
21 BAB 21: Hari Pertama Mengajar di Sekolah Milik Keluarga Afif
22 BAB 22: Hukuman Karena Tidak Langsung Pulang
23 BAB 23: Kenalan dengan Temannya Afif
24 BAB 24: Pembahasan Soal Kuliah Kayla
25 BAB 25: Bertemu Ustadzah Fatimah
26 BAB 26: Perihal Arfi
27 BAB 27: OTW Meet Up
28 BAB 28: Finally Meet Up
29 BAB 29: Go To Supermarket
30 BAB 30: Drama Baca Burdhah
31 BAB 31: Kayla Melting
32 BAB 32: Drama Sakit Perut
33 BAB 33: Afif Kembali ke Setelan Awal
34 BAB 34: Soal Upload Story
35 BAB 35: Makan Di Luar
36 BAB 36: Tiba-Tiba Bahas Nama Anak
37 BAB 37: Pagi yang Terasa Dingin
38 BAB 38: Kegiatan Merajut
39 BAB 39: Ngobrol Santai di Rumah Umi
40 BAB 40: Deep Talk
41 BAB 41: Deep Talk 2
42 BAB 42: Ketemu Neng Naura
43 BAB 43: Kedatangan Tamu
44 BAB 44: Bahasan yang Tak Kunjung Usai dan Menemukan Posisi Ternyaman
45 BAB 45: Kayla Galau
46 BAB 46: Malam Pertama Haflah
47 BAB 47: Bahas Lagu Arab
Episodes

Updated 47 Episodes

1
BAB 1: H-7 Pernikahan
2
BAB 2: Hari-H Pernikahan
3
BAB 3: Mulai Sibuk
4
BAB 4: Sarapan Bersama di Ndalem
5
BAB 5: Pulang ke Rumah Kayla
6
BAB 6: Tongkrongan Afif dan Ali
7
BAB 7: Kayla Kembali Mengajar
8
BAB 8: Kesibukan Kayla dan Perihal Koas Kaki
9
BAB 9: Obrolan Serius antara Afif dan Kayla
10
BAB 10: Nasehat Uwak
11
BAB 11: Perihal Tidak Mau Belajar Alfiyah
12
BAB 12: Tidak Mau Ditinggal
13
BAB 13: Makan Samyang, Maag kambuh, Afif Marah
14
BAB 14: Kayla Tidak Suka Memasak
15
BAB 15: Masakan Afif untuk Kayla
16
BAB 16: Peraturan Pertama dari Afif
17
BAB 17: Di Rumah Aja
18
BAB 18: Afif Menyebalkan
19
BAB 19: Ikut Pengajian Kitab
20
BAB 20: Belum Yakin
21
BAB 21: Hari Pertama Mengajar di Sekolah Milik Keluarga Afif
22
BAB 22: Hukuman Karena Tidak Langsung Pulang
23
BAB 23: Kenalan dengan Temannya Afif
24
BAB 24: Pembahasan Soal Kuliah Kayla
25
BAB 25: Bertemu Ustadzah Fatimah
26
BAB 26: Perihal Arfi
27
BAB 27: OTW Meet Up
28
BAB 28: Finally Meet Up
29
BAB 29: Go To Supermarket
30
BAB 30: Drama Baca Burdhah
31
BAB 31: Kayla Melting
32
BAB 32: Drama Sakit Perut
33
BAB 33: Afif Kembali ke Setelan Awal
34
BAB 34: Soal Upload Story
35
BAB 35: Makan Di Luar
36
BAB 36: Tiba-Tiba Bahas Nama Anak
37
BAB 37: Pagi yang Terasa Dingin
38
BAB 38: Kegiatan Merajut
39
BAB 39: Ngobrol Santai di Rumah Umi
40
BAB 40: Deep Talk
41
BAB 41: Deep Talk 2
42
BAB 42: Ketemu Neng Naura
43
BAB 43: Kedatangan Tamu
44
BAB 44: Bahasan yang Tak Kunjung Usai dan Menemukan Posisi Ternyaman
45
BAB 45: Kayla Galau
46
BAB 46: Malam Pertama Haflah
47
BAB 47: Bahas Lagu Arab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!