BAB 7: Kayla Kembali Mengajar

Pagi-pagi sekali Kayla sibuk membantu ibunya di dapur untuk membuat sarapan.

“Kayla, ambilin kencur di tempat bumbu di kulkas,”

“Iya, sebentar,” jawab Kayla dan langsung berjalan ke arah kulkas.

“Bu, kencur yang manaa?,” teriak Kayla dari depan kulkas. Ia mencari di tempat bumbu-bumbu an yang semuanya tidak bisa Kayla bedakan.

“Kencur yang ini,” kata Afif yang sudah ada di belakangnya.

“Oooow ini, okay okay,” jawab Kayla ber oh ria, belum menyadari kalo yang memberitahu nya adalah suaminya.

“Masa bumbu gitu doang gak tau,” kata Afif lagi.

“Dih, ini susah ya dibedainnya. Mending ngafalin rumus grammar,” jawab Kayla sambil menutup pintu kulkas dan berbalik, Ia sedikit kaget ketika Afif sudah ada di belakangnya.

“Aih ngapain di belakang saya?,” heran Kayla.

“Saya sedang memberitahu orang yang ngga tau yang namanya kencur,” kata Afif santai.

“Ya udah sih, nanti saya juga bakal tau bedain bumbu-bumbu,” kata Kayla yang menahan malu karena bergumam hal yang tidak jelas tadi, Ia kira yang berbicara itu bukan Afif.

“Ah kenapa gak fokus siii,” gumam Kayla.

“Ini Bu, kencurnya, bener kaaan,”

“Iya bener, tumben,” kata Ibu Kayla.

“Iya dong, udah bisa sedikit bedain bumbu-bumbu an sekarang, mah,” jawab Kayla bangga. Padahal tadi itu Ia dikasih tau oleh Afif.

Afif yang masih berdiri di samping kulkas hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Kayla yang merasa bangga dengan dirinya di depan ibunya. Afif lanjut ke musala keluarga untuk salat Dhuha.

Sekitar pukul 08.00 pagi mereka sarapan bersama dengan tenang.

“Kayla siap-siap buat ke sekolah ya,” kata Kayla setelah membereskan meja makan.

“Loh, masih ngajar di MA?,” tanya ibu Kayla.

“Iya, masih. Kenapa Bu?,” tanya Kayla.

Ibu Kayla melihat sekilas ke arah Kayla dan beralih menatap Afif.

“Itu Kayla gak papa ngajar di MA lagi nak?,” tanya ibu Kayla kepada Afif.

“Iya, gak papa kok Bu,” kata Afif sambil tersenyum ke arah ibu mertuanya.

“Nanti si Kayla juga bakal ngajar les bahasa Inggris di pondoknya dulu, biasanya sore atau malem, 2 kali dalam seminggu, gapapa emang?, gak ganggu aktifitas kamu, nak?,” tanya ibu Kayla panjang lebar. “Tidak apa-apa Bu, ini aktivitas yang sudah kayla lakukan sebelum nikah sama saya, kan. Gak papa dilanjut aja, sayang. Nanti biar pulang ke sini tiap Minggu,” jelas Afif.

“Tuh kan Bu, orang gak papa,” jawab Kayla. Pembahasan yang mengarah padanya membuat dia sedikit tidak enak, takut takut ibunya bakal nyuruh dia berhenti ngajar dan mengikuti apa kata Afif aja. “Oh tidak bisa, nanti gak bisa ketemu temen-temen nya di pondok,” kata Kayla dalam hati.

“Kamu harus ikut apa kata suami, jangan bandel,”

“Iyaa, Kayla tahu,” jawab Kayla.

“Okay, kamu ngajar nya sebulan sekali aja, nanti diobrolin lagi sama pengurus sekolah dan pondok nya, kasian mantu ibu kalo harus bolak balik tiap Minggu,” suruh Ibu Kayla final.

“Aih, Bu. Ya gak bisa gitu dong, mas Afif aja gak papa, ya gak mas?,” tanya Kayla sambil duduk di sebelah suaminya dan menatapnya berharap Afif akan membela nya.

“Lebih baik jangan seminggu sekali ngajarnya, suami kamu nanti pasti akan cape, dia lebih sibuk dari kamu,” kata ibu Kayla lagi.

“Ya udah deh terserah mas aja,” jawab Kayla dan melirik ke arah suaminya.

“Sejujurnya saya tidak keberatan harus bolak-balik nganterin Kayla, beneran Bu. Tapi karena arahan ibu seperti itu lebih baik neng ngajarnya sebulan sekali aja,” kata Afif dan melihat ke arah Kayla yang sudah sangat pasrah karena jika jadwal ngajarnya dirubah, dengan begitu mereka akan jarang pulang ke rumah ini.

“Nah bagus, gitu aja,” kata Ibu Kayla.

“Huft, ya udah Kayla siap siap buat ke sekolah yaa,” kata Kayla dengan suara lesu dan berjalan ke arah kamar untuk ganti baju.

“Nak Afif jangan memaksakan untuk sering pulang ke sini, lagian jauh, gak papa fokus ngajar aja di sana,” kata ibu Kayla lagi.

“Iya, Bu,”

“Itu Kayla emang manja, harus agak dikerasin dikit, jangan terlalu dimanja,”

“Iya, Bu. Ibu tenang aja,” kata Afif.

“Afif izin ke kemar dulu, ya,” pamit Afif. Afif kepikiran akan Kayla, pasti Ia sekarang sedang sedih karena akan jarang pulang ke sini karena tidak ada alasan ngajar lagi sekarang.

Setelah di kamar Kayla sudah siap dengan gamis dan kerudung nya.

“Mas yang nganterin kan? Atau Kak Ali?,” tanya Kayla ragu.

“Kan sudah saya bilang semalam, saya yang nganterin,” kata Afif dingin karena sudah jelas sudah diobrolin, kesannya seperti Kayla tidak mau dianter Afif.

“Y yya saya nanya aja,” kata Kayla sambil ngambil tasnya.

“Gak papa kan, ngajar nya sebulan sekali jadinya?,” tanya Afif sambil berjalan ke arah pintu.

“Iya, gak papa. Lagian disuruh ibu, terus benar kata ibu suruh dengerin apa kata mas aja,” jawab Kayla.

“Okay, Ayo berangkat,” kata Afif dan membukakan pintu untuk Kayla.

“Terima kasih,” ucap Kayla menahan rasa gugupnya.

“Dih kenapa nih aku, kok gugup dibukain pintu doang astaga,” kata Kayla di dalam hatinya.

Melihat Kayla yang sedikit gugup membuat Afif menyunggingkan senyumannya.

“Sepertinya dia sekarang sudah sedikit demi sedikit menerima aku sebagai suaminya,” kata Afif dan menyusul kayak yang sudah duluan ke depan.

“Bu, Kayla berangkat dulu, ya,” kata Kayla dan Salim ke umi nya.

“Pak, kaya berangkat dulu,”

“Dianterin suaminya?,” tanya Bapak Kayla.

“Iya pak,”

“Kita berangkat dulu pak, Bu,” kata Afif dan Salim kepada keduanya.

“Assalamualaikum,” kata Afif dan Kayla.

“Waalaikumsalam,”

“Mau pake mobil atau motor?,” tanya Afif.

“Motor aja,”

“Mobil aja, lebih aman,”

“Motor juga aman kok, kan ga rame di sini mah,”

“Mobil aja, ayo,” kata Afif dan membukakan pintu untuk Kayla.

“Ngapain nanya, kalo gitu,” dumel Kayla.

“Di luar dingin, karena masih pagi, saya gak kuat dingin,” kata Afif, sambil menjalankan mobilnya.

“Oh iyaaa."

Selama perjalanan Afif dan Kayla hanya diam. Hingga mereka sudah sampe di depan gerbang sekolah tempat Kayla mengajar.

“Oh udah sampe, hehe terima kasih,” kata Kayla sambil menoleh ke arah Afif.

“Hmm,” Afif hanya menjawab dengan deheman seperti biasa.

Kayla membuka pintu Afif juga mengikuti turun dari mobil, “Kok turun juga?,” tanya Kayla heran karena harusnya Afif langsung pulang saja.

“Gak ada yang ketinggalan?,” tanya Afif.

“Gak ada sih, udah di tas semua,” jawab Kayla sambil nunjuk ke arah tasnya.

“Kaos kaki kamu mana?,” tanya Afif melihat Kayla yang hanya memakai sepatu, kakinya sedikit terlihat.

“Oh, nanti dipake di kantor aja,” jawab Kayla sambil meminta tangan Afif untuk salim.

“Masuk ke mobil dulu, pake di mobil kaos kakinya,” perintah Afif.

“Di kantor aja,”

“Pake dulu, Kayla!,” kata Afif dengan nada yang lebih tinggi.

“Ish iya iyaa,” kata Kayla dan langsung masuk ke mobil lagi untuk memakai kaos kaki.

“Kenapa kali, perihal kaos kaki doang dipermasalahkan, cape deeeh,” gumam Kayla di dalam mobil. Kayla keluar dari mobil dan langsung mengambil tangan Afif untuk salim.

“Udah yaa, udah pake nih, ke sana dulu, yaa,” kata Kayla setelah mencium tangan suaminya.

“Harus selalu dipake kaos kakinya, karena itu aurat,” peringat Afif.

“Iyaa, tadi lupa,” jelas kayla.

“Awas nanti kalo sampe lupa lagi,”

“Iyaa, nggak kok,” jawab Kayla sambil nyengir.

“Nanti dijemput pukul berapa?,” tanya Afif.

“Habis Maghrib, di pondok,” setelah ngajar di sekolah, Kayla akan lanjut ngajar les di pondoknya setalah asar.

“Malam banget, bukannya les nya selesai pukul 5?,”

“Iya sih, tapi pengen ngobrol sama teman-teman dulu,” kata Kayla mencoba menjelaskan kepada Afif agar Ia diperbolehkan di pondok sampai Maghrib.

“Nanti pukul 5 sore saya jemput,” kata Afif.

“Gak bisa Maghrib aja?,” tawar Kayla lagi.

“Gak bisa, sudah sana saya tunggu kamu sampe masuk ke kantor,” suruh Afif.

“Dih pelit, tau ah,” kesal Kayla dan berjalan ke dalam sekolah.

“Saya dengar Kayla,” kata Afif.

“Iyaaa,” jawab Kayla dan meninggalkan Afif yang melihatnya masuk ke pekarangan sekolah. Setelah Kayla sudah masuk ke kantor, Afif langsung masuk ke mobil dan pulang ke rumah.

Di rumah Ali sudah menunggunya di kursi depan rumah dengan kopi yang masih mengebul.

“Brow abis nganterin Kayla ya?,” tanya Ali basa basi.

“Udah tau, nanya,” jawab Afif singkat.

“Ya udah sih, small talk ini tuh, dingin amat masih pagi,” ejek Ali.

“Sejak kapan Kayla ngajar di sekolah dan ngajar les di pondoknya?,” tanya Afif.

“Dia kan lulus 5 bulan yang lalu, setelah 1 bulan lulus langsung ngajar dia. Berarti dari 4 bulan yang lalu,” jelas Ali.

“Ow okayyyy,” jawab Afif dan meminum kopinya.

“Selain itu, sibuk apa lagi?,” tanya Afif penasaran.

“Siapa?, aku?,” tanya Ali yang sedang meng lemot.

“Ya istriku lah,”

“Kadang bantuin ngajar di sekolah MI di madrasah Mbak yang di belakang rumah itu,”

“Terus sibuk nyiapin tes tes an buat daftar S2 kalo waktu itu mah,” kata Ali lagi.

“Tes tes an?, dia niat buat S2?,” tanya Afif kaget.

“Iya, sebelum nikah, dia semangat banget buat lanjut kuliah, Cuma sekarang gak tau,” jelas Ali.

“Okay, nanti aku tawarin dia buat lanjut kuliah,” kata Afif sambil menyeruput kopinya.

“Terserah kamu brow, dia kan istrimu, arahin aja gimana baiknya,” kata Ali.

“Hmm,”

“Emang kalian gak rencana punya baby gitu?,” kata Ali serius.

“Belum untuk sekarang, lagian Kayla juga masih menyesuaikan diri menjadi istri secara tiba-tiba, masih menyesuaikan tinggal di rumah keluargaku, kayaknya dia belum terbiasa,” jelas Afif.

“Oh gitu, okay. Aku gak ikut campur urusan begituan, Cuma iseng nanya”

“Nanti aku akan biarin kayla kalo emang mau kuliah, kuliah dulu aja. Gak papa,” kata Afif lagi.

“Setuju aja aku, mah,”

“Tau gak, brow,” kata Ali yang membuat Afif penasaran.

“Tau apa?,”

“Mbak sepupuku kan Ibu Nyai anggap saja, suaminya juga punya pesantren gede sama kayak Abah kamu,”

“Terus?”

“Ya terus kalo kamu sama Kayla ketemu mereka pasti bakal disidak soal jangan menunda untuk punya anak bla bla, siapin jawaban nya dulu sebelum ketemu mereka,” jelas Ali.

“Oooh nanti diobrolin dulu sama Kayla,” kata Afif. Gimana cara ngobrolin beginian dengan Kayla, pikir Afif.

“Kayaknya Kayla juga tau soal ini,” kata Ali.

“Oh iya okay,” jawab Afif lagi.

Untuk punya anak, tentu saja Afif mau punya anak, Cuma untuk sekarang Afif sedang memikirkan Kayla yang masih belum seratus persen menerimanya, meskipun sekarang Kayla sudah terlihat menerimanya, tapi belum sepenuhnya. Apalagi kayla ingin melanjutkan studi S2 nya. Lebih baik fokus kuliah dulu, kemungkinan Kayla emang belum siap punya anak mengingat di malam pertama pernikahan nya Kayla membahas soal ini. Afif memaklumi dan tidak masalah dengan itu, Afif akan menunggu.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

cuman di dunia novel, engkau sabar ya fif
😁😄😄😄

2024-02-21

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: H-7 Pernikahan
2 BAB 2: Hari-H Pernikahan
3 BAB 3: Mulai Sibuk
4 BAB 4: Sarapan Bersama di Ndalem
5 BAB 5: Pulang ke Rumah Kayla
6 BAB 6: Tongkrongan Afif dan Ali
7 BAB 7: Kayla Kembali Mengajar
8 BAB 8: Kesibukan Kayla dan Perihal Koas Kaki
9 BAB 9: Obrolan Serius antara Afif dan Kayla
10 BAB 10: Nasehat Uwak
11 BAB 11: Perihal Tidak Mau Belajar Alfiyah
12 BAB 12: Tidak Mau Ditinggal
13 BAB 13: Makan Samyang, Maag kambuh, Afif Marah
14 BAB 14: Kayla Tidak Suka Memasak
15 BAB 15: Masakan Afif untuk Kayla
16 BAB 16: Peraturan Pertama dari Afif
17 BAB 17: Di Rumah Aja
18 BAB 18: Afif Menyebalkan
19 BAB 19: Ikut Pengajian Kitab
20 BAB 20: Belum Yakin
21 BAB 21: Hari Pertama Mengajar di Sekolah Milik Keluarga Afif
22 BAB 22: Hukuman Karena Tidak Langsung Pulang
23 BAB 23: Kenalan dengan Temannya Afif
24 BAB 24: Pembahasan Soal Kuliah Kayla
25 BAB 25: Bertemu Ustadzah Fatimah
26 BAB 26: Perihal Arfi
27 BAB 27: OTW Meet Up
28 BAB 28: Finally Meet Up
29 BAB 29: Go To Supermarket
30 BAB 30: Drama Baca Burdhah
31 BAB 31: Kayla Melting
32 BAB 32: Drama Sakit Perut
33 BAB 33: Afif Kembali ke Setelan Awal
34 BAB 34: Soal Upload Story
35 BAB 35: Makan Di Luar
36 BAB 36: Tiba-Tiba Bahas Nama Anak
37 BAB 37: Pagi yang Terasa Dingin
38 BAB 38: Kegiatan Merajut
39 BAB 39: Ngobrol Santai di Rumah Umi
40 BAB 40: Deep Talk
41 BAB 41: Deep Talk 2
42 BAB 42: Ketemu Neng Naura
43 BAB 43: Kedatangan Tamu
44 BAB 44: Bahasan yang Tak Kunjung Usai dan Menemukan Posisi Ternyaman
45 BAB 45: Kayla Galau
46 BAB 46: Malam Pertama Haflah
47 BAB 47: Bahas Lagu Arab
Episodes

Updated 47 Episodes

1
BAB 1: H-7 Pernikahan
2
BAB 2: Hari-H Pernikahan
3
BAB 3: Mulai Sibuk
4
BAB 4: Sarapan Bersama di Ndalem
5
BAB 5: Pulang ke Rumah Kayla
6
BAB 6: Tongkrongan Afif dan Ali
7
BAB 7: Kayla Kembali Mengajar
8
BAB 8: Kesibukan Kayla dan Perihal Koas Kaki
9
BAB 9: Obrolan Serius antara Afif dan Kayla
10
BAB 10: Nasehat Uwak
11
BAB 11: Perihal Tidak Mau Belajar Alfiyah
12
BAB 12: Tidak Mau Ditinggal
13
BAB 13: Makan Samyang, Maag kambuh, Afif Marah
14
BAB 14: Kayla Tidak Suka Memasak
15
BAB 15: Masakan Afif untuk Kayla
16
BAB 16: Peraturan Pertama dari Afif
17
BAB 17: Di Rumah Aja
18
BAB 18: Afif Menyebalkan
19
BAB 19: Ikut Pengajian Kitab
20
BAB 20: Belum Yakin
21
BAB 21: Hari Pertama Mengajar di Sekolah Milik Keluarga Afif
22
BAB 22: Hukuman Karena Tidak Langsung Pulang
23
BAB 23: Kenalan dengan Temannya Afif
24
BAB 24: Pembahasan Soal Kuliah Kayla
25
BAB 25: Bertemu Ustadzah Fatimah
26
BAB 26: Perihal Arfi
27
BAB 27: OTW Meet Up
28
BAB 28: Finally Meet Up
29
BAB 29: Go To Supermarket
30
BAB 30: Drama Baca Burdhah
31
BAB 31: Kayla Melting
32
BAB 32: Drama Sakit Perut
33
BAB 33: Afif Kembali ke Setelan Awal
34
BAB 34: Soal Upload Story
35
BAB 35: Makan Di Luar
36
BAB 36: Tiba-Tiba Bahas Nama Anak
37
BAB 37: Pagi yang Terasa Dingin
38
BAB 38: Kegiatan Merajut
39
BAB 39: Ngobrol Santai di Rumah Umi
40
BAB 40: Deep Talk
41
BAB 41: Deep Talk 2
42
BAB 42: Ketemu Neng Naura
43
BAB 43: Kedatangan Tamu
44
BAB 44: Bahasan yang Tak Kunjung Usai dan Menemukan Posisi Ternyaman
45
BAB 45: Kayla Galau
46
BAB 46: Malam Pertama Haflah
47
BAB 47: Bahas Lagu Arab

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!