Setelah Afif dan Kayla makan bersama, mereka langsung mandi dan salat Dhuha berjamaah. Setelah itu mengaji bersama.
“Kamu ngajar aja, ya, di MTS dan di MA sini,” kata Afif kepada Kayla.
“Iya, boleh. Ngajar apa dulu?,” tanya Kayla.
“Bahasa Inggris, sesuai dengan jurusan yang kamu ambil waktu kuliah,” kata Afif.
“Iya, okay,” jawab Kayla mengangguk antusias. Ia senang akhirnya Ia tidak si rumah aja.
“Nanti akan ada ustadzah ke sini memberikan jadwal kamu ngajar,” jelas Afif. Kayla mengangguk mengerti.
Setelah itu mereka merapikan sejadah dan meletakkan Al-Qur’annya. Kayla melepaskan mukenanya dan berjalan ke arah sofa dan membuka laptopnya. Ia hendak melanjutkan membuat soal UTS di MA.
“Masih membuat soal?,” tanya Afif dan duduk di depan Kayla.
“Iya."
“Soal kamu yang mau lanjut kuliah udah baca-baca kapan pendaftaran dan mau jurusan apa?,” tanya Afif.
“Belum, belum baca,” geleng Kayla, Ia belum sempat baca-baca karena sibuk mengetik soal.
“Nanti malam saya lihat dan baca infonya,” kata Kayla lagi. Afif hanya mengangguk.
Sekitar 20 menitan mereka diam, dan fokus dengan pekerjaannya sendiri. Hingga Afif bersuara membuat Kayla menatap ke arah Afif.
“Baju saya di kamar mandi, belum sempat saya cuci, bisa minta tolong cuciin?,” tanya Afif kepada Kayla.
“Katanya gak sembarang orang bisa mencuci bajunya Mas?,”
“Kamu bukan sembarang orang, kamu istri saya,” kata Afif tegas membuat Kayla diam.
“I-iya,” kata Kayla gugup, gini doang gugup, astaga, batin Kayla.
“Jadi bisa, gak?,” tanya Afif lagi.
“Bisa bisa,” Kayla mengangguk.
“Nyucinya kalau lagi senggang aja,” kata Afif.
“Iya.”
Afif mengangguk dan melanjutkan membaca buku yang sedang Ia baca.
beberapa menit kemudian bel rumah mereka berbunyi menandakan ada tamu.
“Itu pasti ustadzah yang saya maksud tadi,” kata Afif kepada Kayla.
“Oh, okay. Saya ke depan dulu,” kata Kayla dan berdiri berjalan menuju pintu depan.
“Assalamu’alaikum, neng,” kata ustadzah itu.
“Waalaikumsalam, silakan masuk,” kata Kayla tersenyum ramah dan mempersilakannya masuk.
Kayla menyuguhkan teh dan cemilan di depan tamunya itu.
“Silakan, mbak, diminum dan dimakan dulu,” kata Kayla. Ustadzah itu tersenyum dan sedikit menunduk.
“Terima kasih, neng,” Ia meminum tehnya dan langsung memberikan kertas yang sudah di print kepada Kayla.
“Ini neng, untuk jadwal mengajar di MA dan di MTS bagian putri.”
“Oh, iya, terima kasih ya, Mbak,” Kayla mengambil kertas itu dan membacanya.
“Dan ini buku paketnya,” kata Ustadzah itu dan meletakkan beberapa buku paket di meja di depannya.
“Terima kasih ya, Mbak siapa namanya?.”
“Nama saya Fitri, neng,” jawab Fitri memperkenalkan dirinya.
“Salam kenal ya, saya Kayla,” kata Kayla juga memperkenalkan dirinya.
“Sebelumnya saya sudah tahu nama neng Kayla, semua di pesantren ini tahu nama neng dan merupakan istrinya Ra Afif,” jelas Fitri tersenyum kepada Kayla.
“Oh gitu, ya,” kata Kayla tersenyum.
Afif keluar dari kamarnya dan duduk di samping Kayla. Fitri menunduk melihat Afif yang duduk di depannya.
“Ustadzah, nitip istri saya, ya, dia ini belum terlalu hafal dengan letak dan ruangan-ruangan yang ada di pesantren dan sekolah,” kata Afif pelan sambil memegang tangan Kayla. Kayla melotot ke arah Afif, kenapa dia memegang tangannya.
“Iya, siap Ra,” jawab Fitri mengangguk dan tersenyum melihat kebersamaan lora dan neng di depannya itu.
“Gimana mau hafal semua tempat yang ada di sini, Mas gak bolehin Kayla keluar, ih,” gerutu Kayla pelan sambil tersenyum kecil ke arah Afif.
“Satu lagi, istri saya ini tidak boleh keluar dari gerbang pesantren, tolong ingatkan dia ya, zah (ustadzah),” kata Afif tersenyum ke arah Kayla. Kayla melirik Afif tajam, apa maksud suaminya itu.
“Baik, Ra,” kata Ustadzah Fitri.
Setelah itu Fitri undur diri dan kembali ke pondoknya.
Kayla melepaskan perlahan tangannya dari genggaman Afif.
“Kenapa Mas ngomong gitu, sih?,” tanya Kayla sebal.
“Ngomong apa?,” tanya Afif melihat Kayla yang melepaskan tangannya dari genggamannya.
“Itu tadi, jangan keluar gerbang."
“Iya kamu gak boleh keluar gerbang, itu peraturan pertama dari saya,” kata Afif pelan namun terdengar tegas. Kayla mengerutkan keningnya tidak mengerti.
“Aiish, kenapa ada peraturan segala sih, Mas,” kata Kayla menatap heran ke arah Afif.
“Kamu cukup patuhi saja,” kata Afif dan masuk ke dalam kamarnya.
“Aiiish jinjja, eottheokke. Padahal senang banget bisa ngajar nanti bisa jalan-jalan dan jajan di depan gerbang sekolah,” kata Kayla kesal. Kayla berdiri dari duduknya dan menyusul Afif.
“Mas, di depan gerbang tuh suka ada yang jualan, Kayla pengen atuh jajan di depan sana,” kata Kayla melihat Afif yang duduk di sofa.
“Hmm, nanti kamu bisa nitip aja,”
jawab Afif tanpa menoleh ke arah Kayla, Ia tetap fokus membaca buku di tangannya itu.
“Mas, ih,” kata Kayla sebal duduk di depan Afif. Afif menatap Kayla.
“Aturannya kamu gak boleh keluar gerbang, dan kamu harus patuhi itu,” kata Afif tegas tidak mau dibantah. Kayla tidak menjawab, Ia tidak berani bersuara lagi jika Afif sudah mode serius begini.
Afif melakukan itu karena biasanya di depan sekolah memang ada banyak orang jualan namun, di depan sana ada banyak santri putra yang berlalu lalang untuk pergi ke pondok maupun ke sekolah. Untuk santri putri biasanya memang tidak boleh keluar gerbang dan hanya bisa membeli makanan yang ada di kantin sekolah yang khusus untuk santri putri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments