Melihat Kayla yang kesakitan Afif pergi ke dapur dan ke ruang tengah untuk mencari apakah ada obat untuk Kayla di sana. Di ruang tengah ada laci dan di situ Afif menemukan ada kotak obat yang biasa Ia siapkan untuk dirinya sendiri jika Ia butuh. Terkadang Afif bawa saat pergi ke luar atau dalam perjalanan jauh.
Afif membuka kotak obat itu dan mencari apakah di dalamnya ada promag atau obat sakit maag lainnya. Ternyata ada promag Ia melihat tanggal expired-nya dan setelah di cek dan masih bisa dikonsumsi.
Afif menggodok air untuk Kayla. Setelah itu Ia ke kamar dengan membawa nampan yang di atasnya ada satu gelas air hangat dan obat promag.
“Bangun dulu, minum obat,” kata Afif pelan. Kayla yang belum tidur langsung duduk. Afif duduk di pinggir kasur di dekat Kayla, Ia memberikan obat promag kepada Kayla dan juga air hangat.
“Bisa minum obat berbentuk pil gini, kan?,”
“Iya, bisa. Promag gak pahit kan,” jawab Kayla kemudian meminum obatnya dilanjut meneguk air hangat yang tadi diberikan oleh Afif.
“Terima kasih,” kata Kayla melihat Afif sekilas kemudian kembali menunduk.
“Besok besok tidak boleh makan yang pedas-pedas kalau belum makan nasi, paham?,” kata Afif tegas menatap Kayla.
“Iyaa, nggak lagi,” jawab Kayla menurut.
“Jangan telat makan juga,”
“Iyaa."
Setelah itu, Afif meletakkan nampan tadi di nakas di samping Kayla. Kayla kembali merebahkan dirinya. Saat ini obatnya masih belum bereaksi mungkin beberapa menit kemudian akan membuat perut Kayla membaik.
“Tidur!,” kata Afif.
“Iya, ini mau tidur, kok,”
Tidak ada jawaban dari Afif, Kayla menoleh ke arah Afif yang sekarang sudah memejamkan mata hendak tidur di samping Kayla.
“Mas emang sudah ngantuk?,”
“Kamu gak ngantuk emang?,” Afif nanya balik membuka matanya dan menatap Kayla.
Karena posisi mereka saling tatap Kayla agak memundurkan kepalanya.
“Nggak,” jawab Kayla dan beralih menatap langit-langit kamar mereka.
“Kamu sering sakit maag gini?,” tanya Afif. Ia tidak jadi tidur cepat melihat Kayla yang sepertinya tidak mengantuk, Ia berniat menemaninya dulu.
“Nggak sering, sih. Waktu masih kuliah, iya sering,” cerita Kayla.
Afif hanya menggelengkan kepalanya.
“Kamu beneran gak masak waktu nge kos pas kuliah?,” tanya Afif penasaran kenapa Kayla sering sakit maag padahal biasanya anak kuliahan suka masak-masak di kosan bareng teman-temannya.
“Nggak, paling malas soal masak, malas banget pergi ke dapur,” kata Kayla menerawang jauh waktu dia masih kuliah dulu.
“Terus kamu makannya?,”
“Beli, sama sedia roti, mi dan makanan yang bisa langsung dimakan tanpa harus dimasak,” jelas kayla.
“Segitu malasnya kamu ke dapur,” kata Afif menggelengkan kepalanya heran.
“Iya, emang benar malas banget yang namanya masak di dapur, itu dulu. Sekarang mah, ngga sih, biasa aja,”
“Hmm, gitu,” kata Afif berhedem.
“Iyaa, waktu itu saya masak kan,”
“Sekali doang,”
“Kata Mas jangan masak, ada Mbak Tin yang masaaak,”
“Hmm iya kamu gak usah masak, lakukan hal lain,”
“Hehehe terima kasih sudah ngertiin Kayla,” kata Kayla tulus melihat Afif.
“Hmm,”
Kayla terlihat masih tidak mengantuk, Afif meliriknya sekilas.
“Waktu KKN ada jadwal piket masak bukan?,” tanya Afif kepada Kayla, kira-kira istrinya itu masaknya bagaimana.
“Iya, ada. Kayla bantuin masak di dapur. Karena gak bisa ngeracik bumbu dan gak bisa ngebedain bumbu-bumbu jadi Kayla hanya membantu aja, kayak bantu ngulek bumbu atau bantuin nyuci sayurnya, gitu doang,” jawab Kayla panjang lebar.
“Temannya nggak keberatan dengan itu?,”
“Nggak, ada beberapa orang yang tidak bisa memasak, bukan Kayla doang yaa, yang gak bisa masak ya bantuin tetap, beli bumbu di warung, misal,” jelas Kayla lagi.
“Sabar banget temannya punya teman kelompok piket masak yang gak bisa masak,” kata Afif sambil menyunggingkan senyumnya, Ia menahan tawa.
“Aiiish, Mas ketawain Kayla?,” tanya Kayla melirik Afif.
“Lucu aja,” kekeh Afif.
“Ish, emang Mas bisa masak?,” tanya Kayla.
Afif menoleh melihat Kayla yang hanya melihat atap-atap kamar mereka, seketika muncul ide untuk mengisengi istrinya itu. Afif memiringkan tubuhnya menatap Kayla lekat, saat ini Afif sangat dekat dengan Kayla meskipun di tengah mereka dibatasi dengan guling.
“Saya bisa masak tentu saja, saya bukan tipe orang yang malas untuk ke dapur,” kata Afif pelan menatap Kayla yang saat ini mengeratkan genggaman nya di selimut yang menutupi separuh badannya.
“Iya, Kayla percaya Mas bisa masak,” kata Kayla cepat. Kayla berusaha santai walaupun sebenarnya saat ini sedang deg deg an.
Afif hanya menatapnya dalam.
“Maaas jangan liatin Kayla terus, ish,” kata Kayla melirik Afif.
“Emang kenapa?, saya sedang melihat istri saya sendiri,”
“Anjay mendengar kata “istri” darinya membuatku sangat geli, aiiish,” batin Kayla.
“Terlalu dekat,” cicit Kayla.
“Apanya yang terlalu dekat, setiap malam kita tidur satu ranjang tapi di tengah ada sekat guling ini,” kata Afif menepuk guling itu pelan.
“Y-yaa kan Kayla belum terbiasa dibilang,” kata Kayla terbata. Perasaan dari dulu gak keberatan, kenapa malah dibahas sekarang, batin Kayla.
“Itu aja terus jawabannya,” Kata Afif sudah hafal dengan jawaban istrinya itu.
“Ya emang itu jawabannya,”
“Hmm, harus diusahakan terbiasa harusnya,” kata Afif berbisik di telinga Kayla.
“Iyaa, udah ah, ayo tidur aja katanya besok mau tahajud,” kata Kayla memundurkan kepalanya.
“Sudah gak sakit lagi perutnya?,” tanya Afif beralih membahas maag Kayla. Ia kembali merebahkan tubuhnya seperti semula, tadi itu Ia hanya iseng, namun reaksi Kayla terlihat jika dia masih gugup dan menghindar.
“Udah mendingan, gak terlalu sakit,” jawab Kayla.
“Jaga kesehatan kamu sendiri, tubuh sehat pikiran juga bakal sehat,” kata Afif yang membuat Kayla mengernyit sedikit tidak faham dengan apa yang baru saja Afif katakan.
“Jadi pikiran saya gak sehat, gitu?,” kata Kayla menyatukan alisnya melihat ke arah Afif lagi.
“Saya tidak bilang gitu,”
“Itu tadi,” kata Kayla kesal.
“Saya hanya memberi tahu kamu, bukan bilang kamu gak punya pikiran sehat, Kayla,” kata Afif pelan.
“Hmm,” jawab Kayla malas.
“Cepat tidur,” suruh Afif.
“Gak ngantuk,” kata Kayla masih ketus. Ia kesal karena perkataan Afif tadi.
“Ya udah, besok kalau tahajud gak bangun saya siram kamu,” kata Afif tegas, Ia kembali memejamkan matanya untuk tidur.
“Ya ya ya, terserah Mas saja,” kata Kayla dan memunggungi Afif.
“Saya serius, Kayla,” kata Afif pelan namun tegas.
“Iyaa, ini tidur,” kata Kayla pelan kemudian menghela nafas pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments