DRM 18: Penobatan Keratuan

*Dendam Ratu Muda (DRM)*

Di saat Panglima Bidar Bintang dan sebagian kecil pasukannya menertibkan dan merapikan pasukan Kerajaan Pasir Langit, di dalam Istana ada upacara ritual penobatan Ani Saraswani sebagai Ratu Kerajaan Pasir Langit.

Upacara ritual yang dilaksanakan di Aula Tahta itu dihadiri oleh anggota Keluarga Kerajaan, yaitu Prabu Galang Digdaya, Permaisuri Titir Priya dan beberapa kerabat lainnya, tapi minus Pangeran Tirta Gambang yang belum jelas keberadaannya.

Para pejabat sipil dan militer yang telah mengakui keratuan Ani Saraswani juga hadir, termasuk para perwira yang telah dibebaskan dari Penjara Kayu Hitam, minus Prajurit Wira Wedang Ketek.

Semua kepala daerah, yaitu beberapa orang adipati, juga hadir. Jauh-jauh hari mereka telah diundang sehingga bisa tiba di Istana tepat hari.

Prabu Dira Pratakarsa Diwana duduk di kursi kehormatan, berseberangan posisi dengan Prabu Galang yang kini bertangan tunggal. Sebenarnya Prabu Galang masih sakit, tetapi dia wajib hadir untuk menyaksikan pengesahan putrinya menjadi ratu yang sah dan kemudian nanti memberinya restu.

Jika raja dan permaisuri terdahulu masih hidup, penguasa yang baru wajib mendapat restunya jika tidak berseberangan posisi. Penguasa baru juga wajib menerima Pusaka Tahta, yaitu sebuah benda yang dipusakakan dan wajib dimiliki oleh penguasa baru agar tidak ada alasan bagi rakyatnya untuk menolak kepemimpinannya.

Aula Tahta sangat sarat oleh prajurit dan pendekar yang bertugas menjaga keamanan. Upacara sakral itu harus benar-benar ketat keamanannya.

Acara ritual dipandu oleh seorang Dukun Tahta. Dukun Tahta bukanlah orang Istana atau seorang pejabat, tetapi lebih kepada seorang resi. Usianya pun sudah sepuh. Dukun Tahta hanya dipakai jika terjadi pergantian penguasa yang duduk di tahta. Jika selama lima puluh tahun raja tidak berganti, maka selama itu pula dia tidak dipakai.

Selain itu pula, selama ritual berlangsung, ada musik gamelan dan suling yang mengiringi sehingga nuansanya serasa kian sakral. Dilengkapi dengan aroma bunga melati yang tercium kuat menusuk hidung di seantero Aula Tahta.

Saat itu, Ratu Ani Saraswani tampil dalam balutan busana warna hijau muda terang dipadu dengan warna emas, baik itu emasnya benang atau perhiasan pada seluruh anggota tubuh. Pada bahunya yang terbuka ada taburan bunga melati yang telah dihancurkan menjadi serpihan halus. Pokoknya, dia yang kecantikannya keterlaluan, terlihat tambah terlalu cantik, membuat Prabu Dira wajib menikahinya besok.

Semua hadirin menyaksikan dengan khidmat. Sesekali terlihat ada dua pejabat yang berkomentar, tapi hanya sekedar berbisik-bisik.

Setelah berlangsung sekitar satu jam lamanya, akhirnya ritual itu menuju puncak.

Seorang dayang berpakaian serba putih datang membawa nampan emas yang di atasnya ada mahkota tiara emas bertabur batu permata berwarna hijau. Tiara itu dibawa kepada resi Dukun Tahta.

Tiara lalu diambil oleh Dukun Tahta, kemudian dia pergi ke belakang tahta di mana Ratu Ani duduk tanpa mahkota. Maka dengan gerakan yang lembut, Dukun Tahta memasangkan tiara ke kepala Ratu Ani dari arah belakang. Peletakan itupun diiringi oleh irama gamelan yang terdengar sakral.

Gong!

Ketika tiara itu terpasang, satu suara gong besar terdengar bergema, disusul suara gamelan dengan ritme yang cepat.

Penempatan tiara di kepala membuat Ratu Ani terlihat kian berwibawa dan kecantikannya kian berkilau bak seorang dewi dari langit.

“Sujud dan doakan Ratu Mulia Ani Saraswani!” teriak Dukun Tahta keras dengan suara yang agak serak.

Maka pada saat itu, semua orang turun bersujud ke lantai, kecuali Prabu Dira. Prabu Galang bahkan turun bersujud dengan dibantu oleh istrinya yang kemudian ikut bersujud. Para pendekar dan prajurit pengaman juga ikut turun bersujud.

“Gusti Ratu disayang Penguasa Jagad Raya, hidup sejahtera penuh bahagia bersama rakyat negeri!” ucap semua orang yang bersujud. Kalimat itu sebelumnya telah mereka hafalkan sesuai anjuran.

Penyebutan yang serentak membuat Ratu Ani merinding sendiri, merasakan sensasi menjadi seorang penguasa yang dihormati oleh semua orang. Dia sejenak memandang kepada Prabu Dira yang hanya memberi senyum manis semanis madu, seraya satu anggukan halus. Ratu Ani membalas senyum itu dengan senyuman samar yang kilat.

“Terima kasih, wahai rakyatku. Aku berjanji akan membawa kalian kepada kesejahteraan raga dan batin!” seru Ratu Ani sebagai jawaban dari doa rakyatnya. “Bangunlah kalian semua!”

Maka semua abdi yang bersujud kembali bangun kepada posenya masing-masing. Ada yang duduk bersila di lantai, ada yang duduk di kursi seperti Keluarga Kerajaan dan ada yang berdiri seperti para prajurit.

Prosesi selanjutnya adalah pemberian restu dari penguasa terdahulu dan penyerahan Pusaka Tahta.

Dukun Tahta lalu memberikan tangan kanannya kepada sang ratu agar dipegang. Ratu Ani lalu memegang tangan kanan Dukun Tahta dan dia berdiri. Dukun Tahta kemudian berjalan menuntun Ratu Ani meninggalkan kursinya. Sementara tangan kiri Dukun Tahta membawa guci yang berisi air dan seikat rumput.

Mereka menuju ke posisi duduk Prabu Galang Digdaya dan Permaisuri Titir Priya.

Setibanya di hadapan sepasang suami istri tersebut, Ratu Ani lalu turun berlutut tepat di depan Permaisuri Titir Priya. Dia merundukkan kepalanya.

Sang ibu lalu meletakkan tangan kanannya pada bahu kanan Ratu Ani Saraswani.

“Restuku atas keratuanmu, putriku. Jadilah ratu yang adil dan bijaksana,” ucap Permaisuri Titir Priya memberi pesan. Dia sudah berdamai dengan putrinya.

Ratu Ani mengangguk dengan wajah yang tetap menunduk.

Dukun Tahta lalu menyipratkan air dari dalam guci menggunakan seikat rumput. Air itu menyirami kepala Ratu Ani dan ibunya.

Setelah itu, Ratu Ani bergeser ke hadapan Prabu Galang dengan posisi tetap berlutut.

Prabu Galang lalu meletakkan tangan kirinya di bahu kiri putrinya.

“Restuku atas keratuanmu, putriku,” ucap Prabu Galang dengan ekspresi yang tegas.

Dia menekan agak keras bahu putrinya sehingga sang ratu bisa merasakannya.

“Jadilah ratu yang kuat dan tegas. Tunjukkan bahwa kau memang layak menjadi Ratu Kerajaan Pasir Langit,” pesan Prabu Galang Digdaya.

Ratu Ani hanya mengangguk sekali.

Prabu Galang Digdaya lalu membuka sebuah kotak kayu sebesar genggaman. Terlihatlah sebuah batu seperti stempel zaman now, tetapi pegangan tangannya berbentuk meniatur kepala singa bersurai warna merah. Benda itu terbuat dari batu giok, jenis batu yang sangat jarang ditemui di Tanah Jawi. Itulah yang disebut Pusaka Tahta.

“Sayang sekali, ketika aku bertarung dengan calon suamimu, aku tidak membawa Pusaka Tahta ini,” ucap Prabu Galang Digdaya lirih, seolah-olah tidak mau didengar oleh orang lain.

Ratu Ani tidak bereaksi. Dia hanya mendengar.

“Terimalah!” kata Prabu Galang sambil menyodorkan Pusaka Tahta dengan tangan kirinya.

Dengan tetap menunduk, Ratu Ani menerima Pusaka Tahta dengan kedua tangannya.

Dukun Tahta kembali menyipratkan air dari dalam guci yang katanya itu adalah air suci. Entah apa yang membuatnya menjadi suci.

Setelah prosesi sungkeman tersebut, Dukun Tahta lalu memberikan tangan kanannya kepada Ratu Ani.

Ratu Ani menyambut tangan itu dengan tangan kirinya. Dia bergerak bangkit berdiri dan Dukun Tahta menuntunnya untuk kembali ke tahta.

Sekembalinya di kursi tahta, Ratu Ani kembali duduk dengan tetap memegang Pusaka Tahta.

“Dengarkanlah petuah dan perintah Ratuuu!” teriak Dukun Tahta sambil menyipratkan sekali air suci ke arah depan sebagai simbol.

Maka berdirilah Ratu Ani Saraswani untuk menyampaikan pidato keratuannya.

“Wahai rakyatku! Masa berkabung untuk menghormati para prajurit yang gugur secara satria telah kita lalui. Aku berharap pengorbanan mereka tidak sia-sia dan membawa negeri ini meraih kejayaannya di bawah binaan penguasa Kerajaan Sanggana Kecil yang perkasa dan digdaya. Setelah hari ini, besok pagi, aku akan menikah dengan Gusti Prabu Dira, tanpa memberi kekuasaan Pasir Langit kepadanya. Istana, ibu kota Digdaya dan seluruh ibu kota kadipaten akan berpesta merayakan pernikahan kami selama tiga hari tiga malam!” seru Ratu Ani sebagai pembuka dari khutbah keratuannya. (RH)

Terpopuler

Comments

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

selamat atas keraguanmu Ratu Ani dan menunggu sah nya dengan sang Prabu Dira

2023-12-30

1

KANG SALMAN

KANG SALMAN

air dari si suci kali oom....

2023-12-23

0

auto belah duren lagi nih prabu dira 🙈😅

2023-12-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!