DRM 3: Pertemuan Prabu dan Putri

*Dendam Ratu Muda (DRM)*

 

Panglima Bidar Bintang melaksanakan perintah mengambil kendali keamanan Istana, dengan cara pasukannya mengambil alih tugas keamanan semua prajurit jaga.

Semua prajurit Kerajaan Pasir Langit dilucuti senjatanya dan dibebastugaskan atau dirumahkan. Sementara prajurit berpangkat perwira harus ditangkap dan dipenjarakan.

Hal yang sama diberlakukan kepada tawanan massal dari pasukan Kerajaan Pasir Langit yang kalah perang. Mereka semua dibebaskan, kecuali para perwiranya.

Kepemimpinan Panglima Bidar Bintang yang berwibawa juga tidak tutup mata dengan para prajurit yang terluka. Dia mengatur agar prajurit yang terluka mendapat perawatan medis. Dia memerintahkan tim medis Pasukan Ular Gunung untuk membantu tim medis Kerajaan Pasir Langit.

Sebelum semua prajurit Kerajaan Pasir Langit dibebaskan, mereka diberi pengumuman.

“Siapa pun dari kalian yang masih ingin menjadi prajurit Pasir Langit, datanglah kembali ke depan benteng Istana tiga hari kemudian di waktu pagi!” seru Panglima Bidar Bintang kepada para prajurit yang dibebaskan.

Tidak hanya para prajurit Pasir Langit yang di Istana yang dibebastugaskan, tetapi Pasukan Keamanan Ibu Kota juga dibubarkan setelah persenjataan mereka dilucuti. Kondisi itu membuat langkah yang diambil oleh Pangeran Tirta Gambang sebelumnya adalah tepat.

Hanya satu pasukan yang tidak diganggu oleh Panglima Bidar Bintang, yaitu Pasukan Pengaman Putri pimpinan Komandan Ati Urat.

Para prajurit jaga di kediaman para pejabat pun dibebastugaskan dan diganti oleh para prajurit tempur Pasukan Ular Gunung. Itu tidak bisa ditolak oleh para pejabat yang telah mendapat undangan sidang nanti sore di Aula Tahta.

Di saat Pasukan Ular Gunung sedang membenahi keamanan, Permaisuri Yuo Kai dan Permaisuri Ginari memilih untuk meninggalkan Istana Pasir Langit dan kembali ke Kerajaan Sanggana Kecil.

Jika Permaisuri Yuo Kai wajib pakai kereta kuda, maka Permaisuri Ginari lebih suka menunggang kuda.

Kepergian mereka tetap dilepas dengan terpaksa oleh suami tercinta, Prabu Dira Pratakarsa Diwana. Selain dikawal oleh Bo Fei dan Murai Manikam, kedua permaisuri juga dikawal oleh dua puluh pendekar dari Pasukan Hantu Sanggana ditambah seratus prajurit dari Pasukan Ular Gunung. Semua prajurit yang mengawal menunggang kuda, tidak ada yang berlari kaki.

Seolah-olah sudah tidak mau berlama-lama di Istana tersebut, rombongan kedua permaisuri berangkat di waktu menjelang senja. Waktu keberangkatan itu akan membuat mereka berjumpa malam di tengah jalan. Namun, mereka tidak perlu khawatir. Mereka tidak akan bertempur melawan malam jika bertemu di tengah jalan.

Sebenarnya Prabu Dira masih membutuhkan kedua permaisurinya, terutama Permaisuri Yuo Kai yang ahli dalam tata kota dan hukum. Namun, jika istri-istrinya tidak di sisinya, dia bisa leluasa bermanuver cinta kepada Putri Ani. Adapun Riskaya yang tetap akan mendampinginya sebagai pengawal, tidak akan membuatnya malu-malu karena pengaruh calon selir tidak sekuat permaisuri.

Karena itulah, setelah kedua permaisuri pergi dan sebelum sidang dilaksanakan di Aula Tahta, Prabu Dira berinisiatif pergi ke Wisma Keputrian untuk menemui calon istrinya.

“Sembah hormat kami, Gusti Prabu!” seru Komandan Ati Urat mewakili pasukannya yang ikut berlutut menghormat ketika Prabu Dira datang bersama Riskaya.

“Sembah hormat kami, Gusti Prabu!” seru sepuluh orang berperawakan pendekar. Lima lelaki dan lima perempuan. Mereka adalah sepuluh anggota Pasukan Hantu Sanggana yang ditugaskan untuk mengawal Putri Ani dan memastikan keselamatannya.

Kesepuluh pendekar itu dipimpin langsung oleh Lengking, Wakil Ketua Pasukan Hantu Sanggana.

Lengking adalah sosok lelaki kurus berambut mengembang seperti wig. Ujung baju merahnya diikat seperti dua ujung tali, sehingga perut kotak-kotaknya terpamerkan. Dia membawa senjata tongkat sepanjang sedepa yang salah satu ujungnya memiliki sabit besar, sehingga dia seperti El Maut versi manusia.

“Bangunlah kalian semua!” perintah Prabu Dira sambil berjalan ke teras Wisma Keputrian.

Pasukan Pengaman Putri dan kesepuluh pendekar Pasukan Hantu Sanggana kembali berdiri.

Dari dalam wisma berjalan keluar dengan anggun sosok Putri Ani Saraswani dalam balutan busana serba putih. Dia sudah berganti baju.

Putri Ani memiliki kecantikan jelita level keterlaluan. Ada sejumlah perhiasan emas di jemari tangannya, pergelangan tangan, leher, telinga dan kepalanya. Di pergelangan kakinya pun ada gelang emas. Gilanya, dia punya hidung kecil tapi mancung sempurna dan bibir yang belah, meski dagunya tidak belah. Itulah uniknya. Ditambah alis yang panjang dengan ketebalan yang sedang. Giwang permata birunya berkilau ketika mendapat bias yang tepat dari matahari sore.

Putri Ani Saraswani datang dengan dikawal oleh Rincing Kila, pendekar pengawal pribadinya.

“Sembah hormatku, Gusti Prabu,” ucap Putri Ani sambil menjura hormat secukupnya seraya menunduk dengan senyum bahagianya. Dia bahagia karena mendapat kunjungan dari sang prabu pujaan.

Rincing Kila menjura hormat dengan turun berlutut.

“Bangunlah!” perintah Prabu Dira.

Singkat cerita.

Semua pengawal ada di luar wisma, sementara Prabu Dira dan Putri Ani duduk di dalam.

Prabu Dira duduk di sebuah kursi di dekat meja bundar. Putri Ani pun duduk di kursi di depan Prabu Dira. Jadi meja tidak ada di tengah-tengah mereka, melainkan di samping, tapi mereka masih bisa memarkirkan siku di atas meja. Di atas meja pun ada hidangan minuman tanpa makanan.

“Tinggal dua tuntutanmu yang belum aku berikan,” kata Prabu Dira sambil tangan kanannya mengulur dan menindih lembut punggung tangan kiri sang putri di atas meja, seolah-olah sang prabu sudah minta jatah padahal belum menikah.

Seeerrr!

Berdesir indahlah darah cinta Putri Ani, seolah-olah setiap pori-pori kulitnya kembang kempis karena bahagia. Rasa bahagia itu juga karena didorong oleh dua permintaannya yang sebentar lagi akan dia dapat.

Permintaan pertama adalah menjadi ratu penguasa Kerajaan Pasir Langit. Permintaan kedua adalah dinikahi oleh lelaki pujaan hatinya dan dia akan resmi memiliki seorang suami yang gagah perkasa dan tampannya juga keterlaluan. Jadi, Putri Ani tidak perlu heran jika dia menjadi istri kedua belas Prabu Dira. Itu karena memang Prabu Dira adalah lelaki idaman semua wanita tanpa kenal batas usia.

Keduanya saling tatap. Yang kalah adalah sang putri. Dia tersenyum menunduk malu. Sangat indah melihat wajah malu-malu Putri Ani yang pipinya merona merah kemerah-merahan.

“Bagaimana perasaanmu setelah peperangan berlalu dan mahkota keratuan sebentar lagi ada di kepalamu?” tanya Prabu Dira dengan senyum manisnya yang semanis madu, tapi memabukkan sang putri.

Pertanyaan itu membuat senyum Putri Ani jadi menghilang, berganti dengan kedataraan.

“Aku merasa bersalah kepada Ayahanda. Selain telah membuatnya tidak berdaya, tapi juga merenggut satu tangannya,” kata Putri Ani.

“Tahta itu indah tapi sangat kejam. Disebut kejam karena bisa membuat seorang gadis cantik jelita seperti dirimu menjadi tega. Namun, dunia tidak akan menyalahkanmu, karena akulah yang jelas-jelas menggulingkan Prabu Galang Digdaya. Jika pun tidak ada persekutuan di antara kita, aku tetap akan melengserkan Prabu Galang. Mungkin bedanya, aku akan membunuhnya,” kata Prabu Dira.

“Aku merasa Gusti Prabu hanya ingin menenangkan perasaanku. Semua pejabat dan rakyat akan menilaiku sebagai anak durhaka karena menjadi otak penggulingan ayahnya,” kata Putri Ani.

“Kau harus bersikap tegas sebagai seorang ratu yang naik dari tangga pemberontakan. Sekejam-kejamnya seorang penguasa, tetapi jika bisa membuat pejabat dan rakyatnya sejahtera dengan sekepeng dua kepeng, dia akan dicintai,” kata Prabu Dira.

“Kapan tahta itu Gusti Prabu akan serahkan kepadaku?” tanya Putri Ani.

“Sore ini, aku akan mengumumkan bahwa tahta Kerajaan Pasir Langit akan dilanjutkan oleh Putri Mahkota. Ritual peresmian akan dilakukan setelah tiga hari, karena selama tiga hari Kerajaan menetapkan sebagai hari berkabung. Setelah kau resmi menjadi Ratu Pasir Langit, keesokannya aku akan menikahimu, Putri.”

“Lalu bagaimana dengan Gusti Permaisuri Yuo Kai?” tanya Putri Ani.

“Putri tidak perlu khawatir, kedua permaisuriku sudah meninggalkan Istana untuk kembali ke Sanggana Kecil.”

“Kedua permaisuri?” sebut ulang Putri Ani dengan kening mengerut.

“Selain Permaisuri Yuo Kai, Permaisuri Ginari juga datang ikut bertempur. Jika kau mengingat wanita berpakaian hitam yang terbang di atas pasukan seperti burung, itulah permaisuri Ginari,” jelas Prabu Dira.

Terbeliak mata Putri Ani. Dia ingat betul sosok wanita berpakaian perang warna serba hitam, tampil begitu mengerikan dengan ketinggian ilmunya. Dia kini menyadari bahwa kesaktian tinggi yang dimiliki oleh istri-istri Prabu Dira bukanlah sekedar isapan jempol belaka. (RH)

Terpopuler

Comments

🔥⃞⃟ˢᶠᶻ🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞hiat

🔥⃞⃟ˢᶠᶻ🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞hiat

semua permaisuri memiliki keahlian sendiri-sendiri, persiapkan dirimu putri Ani memiliki keahlian yang lain untuk bersanding dengan raja

2023-12-17

0

𝓐𝔂⃝❥Etrama Di Raizel

𝓐𝔂⃝❥Etrama Di Raizel

Perwira nya di tangkap karena takut bisa memberontak sewaktu-waktu ya Om

2023-12-10

0

🍒⃞⃟🦅♥︎🍁ηαηα❣️Ꮶ͢ᮉ᳟👻ᴸᴷ

🍒⃞⃟🦅♥︎🍁ηαηα❣️Ꮶ͢ᮉ᳟👻ᴸᴷ

mana enak klw cuma isep jempol om 😫🙈🙈
eeehhhh ehhh🤣🤣🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

2023-12-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!