*Dendam Ratu Muda (DRM)*
Drap drap drap…!
Sebelumnya, di saat perang berkecamuk sengit di depan benteng Istana, di saat ayahnya bertarung bertaruh nyawa mempertahankan Kerajaan dari musuh, Pangeran Tirta Gambang justru punya misi sendiri.
Dia menyusup keluar dari tembok benteng Istana lewat jalan tikus dan berkuda kencang menuju ke Penjara Kayu Hitam, kompleks penjara yang terletak di salah satu sisi ibu kota Digdaya.
Di kejauhan dia bisa mendengar bisingnya suara pertempuran.
Pada akhirnya, pemuda tampan berpakaian biru terang itu sampai ke depan gerbang besar sebuah pagar kayu yang tinggi dan tebal berwarna hitam kehitam-hitaman. Di atas gerbang ada papan besar yang melintang dan memiliki ukiran tulisan besar yang berbunyi “Penjara Kayu Hitam”. Meski hampir seratus persen penjara itu berbahan kayu, tetapi dia antiapi. Kayu hitam memang adalah kayu kuat yang langka dan tahan oleh api biasa.
Kedatangan Pangeran Tirta Gambang membuat empat prajurit jaga di depan gerbang segera menjura hormat.
“Buka, situasi genting!” perintah Pangeran Tirta Gambang.
Tanpa meminta surat perintah atau surat jalan, apalagi surat tanah, prajurit jaga itu segera membukakan pintu gerbang dengan mengetuk menggunakan pangkal tombak. Setelah itu, barulah prajurit di balik pintu membuka gerbang.
Tirta Gambang segera menggebah kudanya berlari masuk. Kedatangannya segera disambut oleh Kepala Penjara Kayu Hitam karena dia mendatangi ruang administrasi penjara.
“Ambil ini!” kata Tirta Gambang sambil melempar dua kantong kepeng kepada pejabat penjara itu.
Sambil terkejut, Kepala Penjara Kayu Hitam menangkap dua kantong berat itu.
“Bebaskan istri dan putri Mahapatih Olo Kadita!” perintah Tirta Gambang.
“Baik,” ucap Kepala Penjara patuh. Ternyata dia pejabat yang menerima suap. Sepertinya di negeri itu belum ada KPK. “Ikut hamba, Gusti Pangeran.”
Tirta Gambang lalu turun dari kudanya dan mengikuti Kepala Penjara.
Tidak ada halangan bagi mereka untuk masuk ke dalam penjara, di mana banyak orang yang ditahan. Paham “tersangka sementara” yang dianut oleh hukum Kerajaan Pasir Langit membuat penjara besar itu ramai oleh narapidana.
Di antara tahanan Penjara Kayu Hitam adalah istri dan putri mendiang Mahapatih Olo Kadita, serta para prajurit dan pelayannya. Meski mereka menyaksikan dengan jelas bahwa Mahapatih diculik oleh Joko Tenang yang sebenarnya adalah Prabu Dira, tetapi hukum membuat keluarga serta seluruh prajurit dan pelayan menjadi tersangka sementara. Jangan ditanya kenapa ada hukum yang seperti itu!
Kedatangan Kepala Penjara dan Pangeran Tirta Gambang segera direspons oleh prajurit jaga dengan membukakan pintu-pintu lorong penjara yang berlapis. Seorang juru kunci ikut mendampingi.
Akhirnya mereka berhenti di depan sebuah sel berteralis. Dinding sel itu terbuat dari kayu yang tebal dan keras. Di dalam sel itu ada dua orang wanita yang berbeda usia. Satu emak-emak dan yang satu lagi seorang gadis cantik lagi imut. Pakaian mereka hanya berpinjung dengan bahu yang terbuka dan bersarung jarik.
Kedua wanita itu adalah ibu dan anak. Ibunya bernama Ramu Kalila dan putrinya yang berkulit kuning langsat adalah Rayu Pelangi.
“Gusti Pangeran!” sebut keduanya terkejut saat melihat kemunculan sang pangeran.
Prajurit juru kunci lalu membuka gembok pintu teralis.
“Gusti Pangeran!” sebut Rayu Pelangi gembira sambil buru-buru berlari pelan keluar dari sel dan menghamburkan diri memeluk Tirta Gambang.
Dengan kikuk, Tirta Gambang menerima pelukan tersebut. Dia tidak enak karena dilihat oleh Kepala Penjara dan Ramu Kalila.
“Ayo, kita harus cepat pergi. Situasi Kerajaan sedang sangat gawat. Perang sedang berlangsung. Jika musuh yang menang, kita semua akan dibunuh,” kata Tirta Gambang setelah melepas pelukan Rayu Pelangi.
Terkejutlah mereka semua mendengar perkataan pemuda tampan itu.
“Terima kasih, Gusti Pangeran,” ucap Ramu Kalila sambil turun berlutut, kemudian bersujud kepada Tirta Gambang.
“Bangunlah, Bi. Kita harus segera pergi!” perintah Tirta Gambang. Lalu perintahnya kepada Kepala Penjara, “Siapkan dua kuda lagi!”
“Baik, Gusti,” ucap Kepala Penjara.
Setelah Kepala Penjara menyiapkan dua kuda untuk Ramu Kalila dan Rayu Pelangi, Tirta Gambang lalu pergi berkuda bersama keduanya meninggalkan penjara tersebut.
“Ke mana kita akan pergi, Gusti?” tanya Rayu Pelangi di sela-sela berkudanya.
“Kita harus keluar dari Ibu Kota!” jawab Tirta Gambang.
“Tapi, kenapa Gusti Pangeran membebaskan kami?” tanya Rayu Pelangi lagi. Dia yakin, jika tidak ada alasan yang kuat, tidak mungkin sang pangeran menyempatkan waktu untuk membebaskan dirinya dan ibunya.
“Aku mencintaimu, Rayu. Aku tidak ingin kau mati atau hidup di dalam penjara!” jawab Tirta Gambang.
Tersenyum bahagialah Rayu Pelangi mendengar ungkapan Tirta Gambang yang memang dia taksir.
Mendengar itu, Ramu Kalila juga merasa senang, meski situasinya sedang tidak menguntungkan. Awalnya, dia sangat ingin melakukan sesuatu atas hilangnya suaminya, tetapi apalah daya dia justru dipenjara. Dia belum tahu bahwa suaminya telah tewas dibunuh oleh Putri Ani Saraswani.
Pangeran Tirta Gambang pun belum tahu berita tentang kematian Mahapatih Olo Kadita. Dia baru tahu berita bahwa sang mahapatih diculik oleh pemuda berbibir merah yang adalah Prabu Dira.
Ketika mereka berkuda di jalanan Ibu Kota, mereka bisa mendengar suara pertempuran yang bersumber dari depan benteng Istana.
Di Ibu Kota pun, mereka melihat para prajurit Pasukan Keamanan Ibu Kota yang tidak ikut dalam pertempuran di depan benteng. Para prajurit itu sedang sibuk mengevakuasi mayat-mayat prajurit dan juga para prajurit yang terluka. Sebelumnya, Pasukan Keamanan Ibu Kota telah dibuat hancur oleh Prabu Dira dan Riskaya, calon selirnya.
Untuk sementara, para prajurit pun tidak peduli dengan kemunculan sang pangeran. Mereka lebih fokus berduka atas kematian rekan-rekan mereka. Mereka merasa sudah kalah.
Namun, ketika Pangeran Tirta Gambang dan kedua wanitanya tiba di batas luar Ibu Kota, mereka dihentikan oleh para prajurit pos penjagaan.
“Hormat sembah kami, Gusti Pangeran!” ucap para prajurit tersebut sambil menjura hormat.
“Singkirkan penghalang jalan!” perintah Tirta Gambang.
“Mohon maaf, Gusti. Gusti dan Istri Mahapatih hendak ke mana?” tanya pemimpin prajurit di pos tersebut.
“Kondisi Istana sangat tidak baik. Aku ingin mengungsikan istri Mahapatih dan putrinya ke tempat aman,” jawab Tirta Gambang.
“Aku sarankan Gusti tidak lewat pinggiran hutan bambu, menurut kabar utusan, di sana ada pasukan musuh yang sangat besar,” kata pemimpin prajurit itu.
Pasukan yang dimaksud oleh pemimpin prajurit itu tidak lain adalah Pasukan Ular Gunung dari Kerajaan Sanggana Kecil sebelum mereka diperintahkan masuk ke Ibu Kota dan Istana.
“Baik,” ucap Tirta Gambang.
“Beri jalan untuk Gusti Pangeran!” teriak pemimpin prajurit kepada anak buahnya.
Empat orang prajurit segera mengangkat dan menggeser pagar balok penutup jalan. Tirta Gambang dan kedua wanitanya melanjutkan perjalanan kudanya.
Setelah mereka meninggalkan pos sekitar puluhan tombak, Rayu Pelangi menghentikan kudanya.
“Gusti Pangeran!” panggil Rayu Pelangi.
Tirta Gambang dan Ramu Kalila menghentikan pula kudanya. Mereka memandang kepada Rayu Pelangi.
“Lebih baik kita pergi ke sumur keong di hutan bakau. Di sana ada Penombak Jubah Merah anak buah Ayah,” kata Rayu Pelangi.
“Benar, Gusti Pangeran. Kita bisa minta bantuan anak buah Mahapatih,” kata Ramu Kalila pula.
Tirta Gambang tidak langsung menjawab. Dia berpikir dulu untuk menimbang apa yang perlu ditimbang.
“Baiklah. Namun dengan syarat, orang itu harus tunduk di bawah perintahku,” kata Tirta Gambang.
Maka mereka pun pergi menuju ke hutan bakau, hutan yang menghubungkan pantai dan Ibu Kota.
Setelah berkuda di daerah yang tidak memiliki jalan yang jelas, mereka akhirnya sampai di sebuah tempat yang memiliki dua sumur tanah. Area sumur dikelilingi oleh pagar kayu yang bisa dilewati.
“Penombak Jubah Merah!” teriak Rayu Pelangi memanggil.
Drap drap drap…!
Tiba-tiba dari tempat-tempat yang tersembunyi bermunculan orang-orang berpakaian merah yang bersenjatakan tombak. Mereka segera mengepung Tirta Gambang dan kedua wanitanya.
Tindakan orang-orang itu mengejutkan ketiganya. (RH)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
As Tini
aq blum ngerti critanya, yg mana musuh ini ya, aq msih nyimak
2023-12-20
0
🔥⃞⃟ˢᶠᶻ🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞hiat
nah loh dikelilingin banyak orang berpakaian merah dan bersenjata tombak, mana yang yang dimaksud itu
2023-12-17
0
𝓐𝔂⃝❥Etrama Di Raizel
Nah ketangkep kan ya
2023-12-10
0