DRM 15: Perwira Perang Tunduk

*Dendam Ratu Muda (DRM)*

 

Drap drap drap…!

Serombongan kuda yang ditunggangi oleh para lelaki gagah berasesoris perwira, lengkap dengan bendera Kerajaan Pasir Langit dan panji pasukan, melaju cepat menapaki jalan kering yang berdebu.

Namun, kedua puluh lima penunggang kuda yang dipimpin oleh Senopati Kampala itu harus berhenti di perbatasan depan ibu kota Digdaya.

Senopati Kampala, Panglima Batin Sadar, Laksamana Dudung Kulo dan para komandan jadi mengerutkan kening saat melihat sekumpulan prajurit asing yang berjaga di perbatasan Ibu Kota. Mereka belum pernah melihat prajurit berseragam hijau gelap dengan pola sisik ular pada bagian dada dan bahunya.

“Siapa kalian, Prajurit?” tanya Panglima Batin Sadar. Serius.

“Kami prajurit Pasukan Ular Gunung Kerajaan Sanggana Kecil, diperintahkan berjaga di sini, Gusti,” ucap salah satu dari prajurit jaga yang bisa menerka siapa yang bertanya. Maksudnya menerka jabatannya.

“Buka jalan, kami diperintahkan menghadap!” seru Batin Sadar.

“Baik, Gusti,” ucap prajurit tersebut. Lalu serunya kepada rekan-rekannya, “Buka jalan!”

Beberapa prajurit segera bekerja menggeser pagar balok yang menutupi jalan.

“Lewat mana pasukan Sanggana Kecil ini masuk tanpa bertemu dengan pasukan kita di timur?” tanya Batin Sadar kepada Senopatai Kampala.

“Sepertinya Sanggana Kecil punya pasukan di wilayah kerajaan lain yang menjadi sekutunya. Heah heah!” jawab Senopati Kampala lalu lebih dulu menggebah kudanya memasuki Ibu Kota.

“Heah heah!”

Yang lain pun ikut melanjutkan perjalanan menuju Istana.

Di sepanjang jalan utama Ibu Kota, para perwira perang itu memerhatikan keadaan. Mereka melihat ada para prajurit Pasukan Ular Gunung berpatroli seperti Ibu Kota adalah wilayah kekuasaan mereka. Mereka juga melihat keberadaan prajurit-prajurit tanpa seragam, tetapi mereka bisa mengenali dari seciri dua ciri dari asesoris bawaan yang para prajurit itu pakai, seperti sabuk yang dikenakan atau celana di kaki mereka.

Senopati Kampala kembali menghentikan kudanya di tengah perjalanan.

“Prajurit, ke mari!” panggil Senopati Kampala.

“Hamba, Gusti Senopati!” sahut prajurit bernama Salinan. Dia mengenal Senopati Kampala.

Salinan datang dan menjura hormat.

“Kenapa banyak prajurit Pasir Langit yang tidak bertugas?” tanya Senopati Kampala.

“Semua prajurit dibebastugaskan selama tiga hari sejak kemarin, Gusti. Para perwira pasukan semuanya dipenjara,” jawab Salinan.

“Jadi, di dalam sana tidak ada prajurit kita?” tanya Senopati Kampala lagi merujuk pada Istana.

“Benar, Gusti,” ucap Salinan.

“Heah heah!”

Senopati Kampala kembali melanjutkan perjalanan kudanya yang diikuti oleh seluruh bawahannya.

“Laaah, tidak ada hadiah apa pun dari jawabanku?” rutuk Salinan ketika sudah tidak ada perwira di dekatnya.

Akhirnya rombongan Senopati Kampala sampai di tanah lapang depan benteng Istana. Mereka melihat masih ada orang-orang bekerja mengangkuti mayat yang sudah nyaris habis. Mereka bisa melihat banyaknya tanah yang terbongkar. Mereka bisa menduga bahwa tanah-tanah itu hancur oleh ledakan energi ilmu kesaktian yang cenderung di miliki oleh para pendekar.

Banyak pula darah-darah kering yang membanjiri tanah lapang, termasuk sisa-sisa pecahan daging manusia yang belum dibersihkan secara rapi.

Di depan sana, tepatnya di depan Gerbang Pemuja Langit, ada banyak orang berperawakan pendekar yang didominasi kaum lelaki. Itu tidak lain adalah rombongan Reksa Dipa bersama Pasukan Hantu Sanggana.

Tanpa kenal malu dan gentar, Senopati Kampala dan rombongannya tetap menuju ke Gerbang Pemuja Langit. Ketika mereka tiba di sana, mereka jadi berdampingan dengan rombongan Reksa Dipa. Rombongan Senopati terlihat lebih berwibawa karena mereka duduk di atas kuda, sehingga kepala-kepalanya pun jauh lebih tinggi.

Jadilah mereka saling pandang-pandangan. Sebagian pendekar Pasukan Hantu Sanggana memberi senyum ramah kepada Senopati Kampala dan rekan-rekannya. Ada juga pendekar yang memberi tawa cengengesan. Entah itu tawa keramahan atau ejekan? Tidak jarang pula yang bersikap dingin karena memang tidak kenal.

Sementara Senopati Kampala dan rombongannya memasang wajah batu tanpa senyum sedikit pun. Pada dasarnya sejak awal mereka membawa hawa amarah.

Singkat cerita. Semua rombongan diizinkan masuk. Namun, ternyata kedua rombongan diarahkan ke dua tempat yang berbeda.

Rombongan Reksa Dipa dan Pasukan Hantu Sanggana ditemui oleh Prabu Dira Pratakarsa Diwana yang didampingi oleh Riskaya, wanita yang paling bahagia di Istana tersebut saat ini. Namun, saat di depan publik, dia tetap profesional sebagai pengawal yang sedikit pun tidak terdeteksi memiliki skandal dengan rajanya yang dimulai tadi malam.

Sementara rombongan Senopati Kampala diterima oleh ratu baru, yaitu Ratu Ani Saraswani. Selain pengawal Rincing Kila, sepuluh pendekar anggota Pasukan Hantu Sanggana juga mengawal sang ratu. Hanya bedanya, hari ini kesepuluh pendekar itu berpakaian bagus, menyesuaikan kedudukan mereka sebagai pendekar pengawal ratu. Mereka pun tidak masalah karena pakaiannya dapat gratis.

“Aku tahu kalian adalah para perwira yang setia kepada ayahandaku. Namun, kalian harus tahu. Kondisi yang kalian saksikan saat ini adalah kondisi yang jauh lebih baik dibandingkan jika Gusti Prabu Galang tidak segera digulingkan. Jika tidak, tahta tetap akan jatuh ke tangan Gusti Prabu Dira dan pasukan kalian semua akan habis di tangan pasukan Sanggana Kecil. Aku memanggil kalian untuk mengetahui apakah kalian menerima kepemimpinanku atau ingin keluar dari ikatan militer Kerajaan Pasir Langit. Aku tidak bisa memberi perintah kepada kalian jika kalian tidak bersumpah setia kepadaku,” tutur Ratu Ani.

“Apa yang akan Gusti Putri lakukan jika kami tidak mengakui keratuan Gusti Putri?” tanya Laksamana Dudung Kulo dengan menyebut sang ratu masi dengan gelar “Putri”.

Ratu Ani tidak langsung menjawab. Dia diam sejenak sambil menatap tajam kepada Laksamana Dudung Kulo.

“Kalian tidak akan dianggap pemberontak. Kalian akan dianggap keluar dari keprajuritan Kerajaan Sanggana Kecil. Namun, kalian semua harus menyerahkan senjata dan barang-barang milik Kerajaan. Jika angkatan laut, berarti dia harus menyerahkan semua kapal yang dipakai oleh pasukan angkatan laut, karena itu milik Kerajaan. Setelah itu, jika kalian membentuk pasukan di wilayah kekuasaan Kerajaan Pasir Langit, kalian akan dianggap sebagai kekuatan asing yang mengancam keamanan Kerajaan. Jadi, kalian harus meninggalkan wilayah Kerajaan ini jika ingin membentuk pasukan. Jika tidak, silakan hidup aman di wilayah Pasir Langit sebagai warga biasa. Jika kalian berubah pikiran, datanglah kembali untuk mendaftarkan diri,” tandas Ratu Ani Saraswani. “Silakan tetapkan keputusan kalian!”

Setelah perkataan Ratu Ani itu, Senopati Kampala orang pertama yang turun bersujud.

Melihat pimpinannya turun bersujud, Panglima Batin Sadar dan para komandan Pasukan Kaki Gunung juga ikut bersujud.

“Hamba Senopati Kampala dan seluruh komandan Pasukan Kaki Gunung tunduk patuh dan setia kepada Ratu Ani Saraswani sebagai penguasa tertinggi Kerajaan Pasir Langit!” seru perwira gagah itu dalam kondisi bersujud.

“Aku terima janji setiamu, Senopati, dan para perwiramu yang setia. Bangunlah kalian!” sambut Ratu Ani. Dia lalu memandang kepada Laksamana Dudung Kulo.

“Mohon ampun, Gusti Putri!” ucap Laksamana Dudung Kulo seraya menjura hormat. “Hamba memutuskan untuk meletakkan pangkat dan jabatan hamba dari keprajuritan Kerajaan Pasir Langit. Hamba tetap mengakui Gusti Prabu Galang Digdaya sebagai penguasa Kerajaan Pasir Langit yang sebenarnya. Meskipun Gusti Putri adalah putri mahkota, tetapi penggulingan adalah cara tercela dan tidak sah.”

Dingin ekspresi Ratu Ani mendengar keputusan berani itu. Entah jika sang ratu mengancam akan menghabisi orang yang tidak mau tunduk?

Terkejut semua komandan bawahan Laksamana Dudung Kulo mendengar keputusan pemimpin mereka. Namun, mereka sangat loyal kepada laksamana mereka.

Meski demikian, ternyata ada seorang komandan yang berbeda sikap dengan Laksamana Dudung Kulo.

“Hamba Tarek Giling, Komandan Armada Timur, tunduk patuh dan setia kepada Gusti Ratu Ani Saraswani!” seru salah satu komandan di belakang Laksamana Dudung Kulo. Dia turun bersujud di lantai.

Terkejut Laksamana Dudung Kulo dan lima komandan lainnya mendengar hal itu. Laksamana sampai menengok ke belakang memandang anak buahnya yang tidak satu paham dengannya. Terlihat tatapan yang tidak suka kepada Komandan Tarek Giling.

“Bangunlah Komandan Tarek Giling. Aku terima kesetiaanmu!” perintah Ratu Ani.

Perhatian Laksamana Dudung Kulo kembali kepada sang ratu.

“Jika demikian, Laksamana Dudung Kulo dan kelima komandan Angkatan Laut yang tidak tunduk, mulai saat ini juga aku anggap sudah bukan bagian dari prajurit Kerajaan Pasir Langit. Silakan kalian dan pasukan Angkatan Laut hidup damai sebagai rakyat biasa. Jika kalian ingin meninggalkan wilayah pasir langit, aku berikan dua kapal sebagai kemurahan hatiku. Namun, aku ingatkan kembali, jika sampai kalian melakukan kegiatan militer di wilayah Pasir Langit, kalian akan dianggap pasukan musuh. Kalian yang tidak tunduk, aku izinkan untuk pergi!”

“Terima kasih atas kemurahan hati Gusti Putri,” ucap Laksamana Dudung Kulo, masih penuh hormat.

Dia lalu meletakkan pedangnya dan mencopot semua asesorisnya yang terkait dengan pangkat dan kemiliteran Kerajaan Pasir Langit. Hal yang sama juga dilakukan oleh para komandan bawahannya, kecuali Komandan Tarek Giling. Sehingga ketika mereka pergi keluar dari Istana, sudah tidak membawa embel-embel keprajuritan lagi. Bahkan kuda pun mereka tinggalkan karena itu termasuk inventaris milik Kerajaan. (RH)

Terpopuler

Comments

☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥

☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥

lucu kali ya klo celana dipake di kepalal... yg tdnya rambut lurus jd keriting keris🤭🤭🤭🤭

2023-12-18

1

☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥

☠️⃝⃟𝑽𝑨𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉𝓐𝔂⃝❥

seragamnya kaya baju sibuta dari gua hantu ya thor

2023-12-18

1

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

yang lagi bahagia Riskaya ni dia sdh icip-icip ya 😁

2023-12-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!