30 menit perjalanan, akhirnya mobil bima sudah tiba di basement rumah sakit terdekat, Bima keluar dari dalam mobilnya dan membukakan pintu untuk mala, selama 1 bulan di negara ini bima lah yang selalu menjaga mala, layaknya keluarga sendiri, Seperti halnya mala yang demam 2 minggu yang lalu, bima yang paling menghawatirkan keadaan mala.
Setelah sampai di ruangan dokter, Mala disuruh berbaring dan di periksa oleh seorang dokter perempuan paruh baya, Selepas melakukan pemeriksaan dokter itu tersenyum ke arah bima. Kemudian menjabat tangan bima dan memberikan selamat.
" Selamat ya pak, istri anda positif hamil" ucapnya sambil tersenyum
Mendengar itu tentu saja membuat bima mengerutkan keningnya, namun beberapa saat setelahnya bima mengucapkan terimakasih pada dokter itu. Dan membalas senyumannya.
" T....tapi dok" ucap mala terbata dengan suara parau
Mendengar suara parau mala bima menggenggam tangan mala, serta sedikit mengangguk seakan memberi kekuatan pada wanita di sampingnya.
Setelah di berikan serep obat yang harus di tebus diapotik rumah sakit ini, Bima dan mala keluar dari ruangan dokter lalu melangkah ke arah apotik yang harus mengantri terlebih dahulu, bima memberikan sebuah kertas resep obat pada petugas farmasi. lalu mengajak mala untuk duduk di kursi tunggu.
Bima terlihat menyimpan banyak pertanyaan yang dia bendung dalam memorinya, mau bertanya namun takut salah, pasalnya bima tidak pernah tau jika mala sudah menikah, Yang bima tau hanyalah mala adik dari andra.
Mala hamil? anak siapa? bukankah selama ini wanita itu tidak pernah keluar apartemen selain bersamanya, pertanyaan semacam itu selalu terbesit dalam benaknya, Namun bima takut salah bicara.
"Obat atas nama nona mala" Panggil salah satu petugas
Mendengar itu bima segera melangkahkan kakinya untuk mengambil obat untuk mala, setelah itu bima membawa mala yang masih terdiam keluar dari rumah sakit,
di dalam mobil mala masih tetap diam tanpa bersuara, hingga saat bima berniat untuk menyalakan mesin mobilnya tiba-tiba terdengar suara isak tangis mala yang begitu pilu.
"Kenapa aku harus hamil di saat seperti ini" lirihnya disertai isak tangis
Melihat mala seperti itu, reflek bima membawa mala dalam dekapannya, pria tampan itu mencoba menenangkan mala dan membelai rambut lurusnya.
"Ya allah, kenapa aku harus hamil di saat yang tidak tepat, bukannya hamba tidak bersyukur atas amanah yang engkau titipkan, tapi kenapa harus dari laki- laki yang hanya mempermainkan perasaanku , Hiks...hiks..." Tangis mala semakin deras dalam dekapan bima, hingga jas yang bima gunakan penuh dengan air mata
"Menangis lah jika itu bisa membuat hatimu merasa lebih tenang, Kamu tidak sendiri. ada aku yang akan selalu siap menjadi tempat bersandar mu" ucap bima lembut
Setelah puas menangis dalam dekapan bima, akhirnya mala mengangkat wajahnya dari atas dada bidang bima, ini kali pertama bima mendekap mala dan membelai rambutnya seperti itu. " kenapa saat mendekap mala seperti itu jantungku seakan lebih cepat berdetak"lirih bima dalam batin.
"Aku mau pulang bima," pekik mala dengan suara serak
Mendengar itu bima langsung menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan gedung rumah sakit, di tengah perjalanan tidak ada pembicaraan di antara keduanya, mereka melewati hanya dengan keheningan, Hingga tanpa sadar mala memejamkan matanya yang terasa berat sehabis menangis.
Sesekali bima melirik ke arah mala yang sudah lelap dalam tidurnya, Banyak hal yang ingin pria itu ketahui, bima mengangkat bibirnya membentuk senyum tipis, entah kenapa hatinya terasa nyaman berada di samping mala seperti ini, apa mungkin bima sudah mulai ada rasa pada mala?
Pria itu meletakkan tangannya di atas dadanya sebelah kiri, jantungnya masih berdegup kencang biarpun tidak seperti tadi saat mendekap erat mala.
1 jam kemudian, bima sudah sampai di gedung apartemen miliknya, pria itu memperhatikan mala, lalu menyibak rambut mala yang sedikit menutupi sebagian wajahnya,
" Sangat cantik" ucapnya tanpa sadar,
Melihat mala yang tertidur begitu pulas membuat bima tidak tega untuk membangunkan wanita itu, Setelah diam beberapa saat, akhirnya bima memutuskan untuk menggendong mala ke dalam gedung apartemen.
Bima membuka pintu mobil dan menggendong tubuh rambing mala ala bridal style. Buat bima tubuh mala sangat pas dalam gendongannya, tidak terlalu berat, sangat pas buat ukuran perempuan.
Setelah tiba di apartemen yang di tempati mala, bima memasukkan sandi apartemen lalu meletakkan tubuh mala di atas ranjang kamarnya.
" Terimakasih tuan sudah menggendong nona mala" pekik bibi flo lembut
" sama-sama bi, bima langsung permisi ya" ucapnya dan langsung berlalu dari hadapan bibi flo
Alundra yang menyadari mala sudah lama tidak menghubunginya langsung mencoba menelfon mala hingga beberapa kali, namun hasilnya tetep sama. nomor mala tetap tidak bisa di hubungi. alundra mulai panik, wanita paruh baya itu meminta nara untuk menghubungi adiknya.
Mendengar namanya di panggil, Nara pun turun dari kamarnya serta membawa dania yang kini sudah semakin aktif,
"Ada apa bunda, kenapa bunda terlihat panik seperti itu?" Tanya nara penasaran
"Coba kamu hubungi mala, sudah 1 bulan dia gak ada hubungin bunda, bahkan bunda terakhir bertemu hanya saat mala menginap di sini waktu itu"
Nara langsung mengambil ponselnya dari dalam saku, bukan suara mala yang dia dengar, melainkan sura otomatis operator,
"Nomor mala gak bisa di hubungi bunda,"
Alundra semakin panik, rasa khawatir semakin mendominasi dalam hatinya, takut suatu hal terjadi pada anak bungsunya.
"Bunda harus ke rumah yasmine," ucapnya dan berlalu dari hadapan nara. Namun sebelum alundra berangkat ke rumah yasmine, andra baru saja pulang dari rumah sakit
"Assalamualaikum" pekik andra lalu mencium punggung tangan alundra dan mencium kening nara seperti biasa
"Waalaikum salam mas" Balas nara lembut
"Oh iya, bunda mau kemana sudah rapi?" tanya andra
"Bunda mau kerumahnya yasmine dra, Bunda gak bisa hubungi mala, bunda khawatir," jelas alundra dengan nada sendu
Melihat raut wajah sendu alundra membuat andra iba, Andra mendekat ke arah ibu mertuanya, dengan terpaksa pria itu memberitahu tentang mala pada alundra. biar bagaimapun alundra berhak tau tentang masalah yang sedang di hadapi putrinya,
Andra mengambil nafas panjang sebelum menceritakan semuanya, kemudian pria itu menceritakan semuanya tanpa ad yang di tutupi lagi, Mendengar penuturan andra, seketika dadanya terasa sesak, jantungnya seakan berhenti berdetak untuk beberapa saat,
"Maafkan andra bunda, andra terpaksa tidak memberitahu sebelumnya, Soalnya ini permintaan mala,"
"Iya gak papa nak, terimakasih sudah mau memberitahu bunda, Bunda minta alamat tempat tinggal yang di aussie" pungkas yasmine pelan
"Baiklah bunda, nanti andra kirim lokasi apartemen mala"
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 19:00, Winarto baru saja pulang dari kantor, setelah selesai makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga. Alundra menceritakan tentang mala pada winarto, namun ternyata pria paruh baya itu sudah tau terlebih dahulu dari wijaya beberapa waktu yang lalu.
TERIMAKASIH YANG SELALU SETIA SUPPORT. JANGAN LUPA KOMEN DAN VOTE BIAR AUTHOR MAKIN RAJIN UPNYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Rahman Hayati
baru mampir Thor
moga suka, tetap semangat
2023-12-08
2