Part 15

Faqih terlihat sedang menangis, Bara heran melihat itu. "Kenapa jagoan Om menangis?" tanya Bara sambil memberikan senyum terbaiknya kepada Faqih.

"Om, sejak tadi malam mama tidak datang kemari. Apa Om tahu di mana mamaku?" tanya Faqih dengan menghapus air matanya.

Bara mengerutkan keningnya. "Tadi malam setelah memberi makan malam untuk kalian, ibumu langsung Om antar ke rumah sakit. Om langsung ke ruangan kakek, karena beliau sendirian saja di sana. Apa mama kamu belum pulang sejak semalam?" tanya Bara yang pagi ini datang untuk menjenguk Faqih.

Niatnya Bara hendak membawa Faqih untuk bertemu dengan ayahnya. Sejak tadi malam Alvin terus meminta kepada Bara untuk bertemu dengan Faqih dan juga Marissa.

Tetapi Bara mempanding keinginannya tersebut karena waktu yang sudah malam dan Marisa juga butuh istirahat.

"Baiklah Om akan bertanya kepada suster. Siapa tahu mereka bisa memberitahu kita kemana ibu kamu pergi." Faqih memeluk Bara dengan erat.

Faqih menganggap Bara sebagai Omnya, karena sekarang Marissa memiliki status sebagai adiknya.

Bara menggendong Faqih dengan hati-hati. Anak itu keadaannya masih belum stabil sehingga masih harus hati-hati. "Om, Bagaimana kalau Ibuku diculik oleh seseorang? Om, Tolong selamatkan Ibuku karena aku hanya memiliki dia." Faqih masih saja merengek dan menangis pilu.

Bara berusaha untuk menghibur Faqih yang pasti saat ini begitu khawatir dengan keadaan Marissa. Apalagi sejak semalam Marissa tidak juga kembali. Hal itu benar-benar aneh karena di luar kebiasaan Marissa selama ini.

Bara sudah hampir satu bulan lamanya mengenal Marissa sebagai ibu yang baik dan bertanggung jawab terhadap anaknya. Tidak mungkin kalau Marissa pergi begitu saja dan meninggalkan Faqih sendirian di rumah sakit.

"Om akan mencoba ke ruangan Security dan melihat CCTV yang ada di sini. Faqih jangan khawatir. Kita pasti akan menemukan ibumu dalam keadaan baik-baik saja." Faqih mengangguk lalu diam.

Faqih adalah anak yang pintar dan sangat pandai menyesuaikan diri. Faqih mengikuti Bara kemana pun pemuda tampan itu membawanya.

"Bara! Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa Kelihatannya kok begitu khawatir?" tiba-tiba saja Celine sudah berdiri di hadapan Bara yang tadi hendak masuk ke ruangan security.

Bara menghentikan langkahnya ketika melihat kedatangan Celine. Bara terlihat begitu datar dan tidak terlalu menanggapi ucapan perempuan itu.

Bagaimana pun juga Bara masih ingat dengan apa yang dilakukan dan direncanakan oleh Celine dan ayah angkatnya. Mereka merencanakan kejahatan untuk keluarga sang ayah yang begitu baik padanya.

"Kamu sendiri sedang apa berada di rumah sakit?" Bara berusaha sekuat tenaga untuk bisa menekan perasaannya yang terbawa emosi setiap kali ingat niat Celine mendekati dirinya hanya untuk bisa menguasai perusahaan sang ayah angkat.

Celine sebenarnya cukup kaget melihat sikap Bara yang terlihat begitu cuek dan tidak bersahabat kepadanya. " Kenapa akhir-akhir ini Aku merasa kalau kamu menghindariku? Walaupun kamu sudah meminta putus dariku, bukankah kita masih bisa bersahabat dan menjadi teman yang bai? Aku benar-benar tidak bisa melupakanmu." Bara rasanya begitu muak mendengar perkataan Celine yang begitu palsu di matanya.

Mungkin kalau dulu, Bara akan merasa terharu mendengar ucapannya. Tetapi Bara sekarang sudah mengetahui kebusukan hati mantan kekasihnya yang hanya ingin memanfaatkan dirinya saja.

"Maafkan aku Celine, aku tidak punya waktu untuk berbincang denganmu. Aku permisi dulu!" Bara merasakan hatinya begitu panas dan sakit ketika dia mengingat segala kenangan manis antara dirinya dan Celine. Bara benar-benar tidak pernah menyangka kalau ternyata kebersamaan mereka hanyalah sebuah kepalsuan dan Fatamorgana yang diciptakan oleh Celine.

"Bara!!!" Celine berusaha untuk memanggilnya tetapi Bara malah mempercepat langkahnya. Faqih hanya diam saja di dalam gendongan Bara.

Bara bergegas masuk ke dalam ruangan Security untuk menghindari Celine yang tampaknya tidak mau menyerah. "Bara!! Aku akan menunggumu di sini." Celine terluka dengan sikap Bara yang berubah drastis dan semakin menjauh darinya.

Celine benar-benar mencintai Bara. Tetapi ayah angkatnya memaksakan dirinya untuk mengambil manfaat dari Bara. Celine selama ini sudah berusaha dengan keras agar bisa menjaga perasaan Bara untuk tetap mencintai dirinya.

Bara berusaha untuk menekan perasaannya ketika dia sudah berhadapan dengan kepala security rumah sakit. Bagaimanapun juga dia harus menemukan keberadaan Marissa.

"Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong cari Ibuku karena sejak semalam dia tidak kembali ke kamarku. Aku sangat takut terjadi hal yang buruk kepada ibuku." Bara mengelus pucuk rambut Faqih yang kini kembali menangis.

"Bisakah saya melihat rekaman CCTV dari jam 07.00 malam sampai pagi ini? Saya berpisah dengan adik saya di koridor yang menuju kamar ayahku. Aku mengira kalau adikku sudah masuk ke dalam ruangan anaknya tetapi ternyata dia tidak masuk ke sana sampai sekarang." Bara menjelaskan semua kronologis menghilangnya Marissa.

Security kemudian menunjukkan CCTV yang di minta oleh Bara. Bara terlihat begitu serius memperhatikan CCTV yang saat ini sedang menampilkan wajah Marisa dan dirinya.

Marissa terlihat berjalan menuju ruangan Faqih, namun tiba-tiba saja ada dua orang bodyguard yang berbadan tinggi besar membawa Marissa pergi.

Bara mengepalkan kedua tangannya karena amarah di dada yang semakin membuncah. Faqih menangis histeris melihat ibunya benar-benar diculik oleh seseorang yang tidak mereka kenal.

"Om, ternyata benar apa yang kurasakan. Ibuku benar-benar diculik oleh orang jahat. Om, Faqih mohon!! Tolonglah Ibuku untuk bebas dari mereka!" Faqih bahkan sampai memeluk tubuh Bara dengan semakin erat.

Bara bahkan sampai mengalami kesulitan untuk menenangkannya. " Om akan melaporkan kehilangan ibumu ke kantor polisi. Tenang sayang! Kita pasti akan bertemu kembali dengan ibumu." Bara kemudian menghubungi anak buahnya untuk membantu dia menelusuri keberadaan Marissa dengan bantuan Cctv yang sampai saat ini masih ditonton oleh Bara dan pihak security yang juga mengerahkan anak buahnya untuk mencari.

Di dalam CCTV tersebut terlihat Marissa yang diangkut ke dalam mobil pan yang besar dan berwarna hitam. Bara terlihat begitu geram dengan kenyataan itu.

"Faqih sebaiknya kembali ke ruanganmu biarkan Om mencari ibumu. Faqih Tenang saja Om pasti bisa membawa ibumu lagi ke sisimu." Bara terus membujuk Faqih untuk mengikuti apa yang dia katakan tetapi Faqih menolak dan terus meminta kepada Bara untuk membawanya.

Bara tidak bisa menolak keinginan bocah tersebut. Apalagi Bara memang sudah menyayangi Faqih. Bara hanya bisa meminta izin kepada dokter yang merawat sakit untuk bisa membawa Faqih mencari Marissa.

Bara sebenarnya tidak tahu harus mencari Marissa ke mana. Tetapi dia tidak ingin menyerah untuk menemukannya. Alvin bahkan sejak tadi terus menghubungi Bara karena tidak sabar ingin bertemu dengan Faqih dan Marissa.

Terpopuler

Comments

Apriyanti

Apriyanti

penasaran siapa yg menculik Marissa
lanjut thor

2023-12-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!