Bara saat ini merasa sangat lega setelah melihat ayahnya mulai membaik. Tekanan batin yang dimiliki oleh Alvin selama bertahun-tahun karena merasa bersalah telah menaruh Putri kecilnya di depan panti asuhan di saat keadaan dalam keadaan genting.
"Syukurlah! Sekarang keadaan Tuan Alvin sudah lebih baik. Kita harus menjaga kesehatan psikis dan juga psikologisnya agar dia tidak terganggu. Om pergi dulu!" dokter pribadi yang selama ini merawat Alvin kemudian meninggalkan Bara dan Marissa yang masih diam seribu bahasa.
Marissa saat ini sedang gemetar seluruh tubuhnya karena merasa takut sudah melakukan suatu kesalahan dengan mengaku sebagai anak dari Alvin.
"Apakah yang kita lakukan ini suatu saat tidak akan menjadi masalah untuk saya, Tuan?" tanya Marissa terlihat ketakutan dan serba salah.
Marissa tidak pernah menyangka bahwa garis hidupnya akan sampai kepada hal demikian. Marissa selama ini menjadi seorang yatim piatu dan hidup dengan kasih sayang kedua orang tua angkatnya.
"Tuan, Anda yakinkan kalau semua ini tidak akan jadi masalah buat kita?" tanya Marissa lagi.
Bara menghela napas berat. "Masalah ini hanya kita berdua yang mengetahuinya. Selama kamu tutup mulut kita tidak akan terekspos oleh siapapun. Tenanglah Marissa. Aku ga akan mencelakai kamu. Aku selama ini sudah mencari keberadaan adikku di manapun. Tapi selalu gagal. Panti asuhan yang aku cari sudah pindah tempat. Kami jadi kehilangan jejak. Marissa, nanti setelah kesehatan Ayahku Lebih baik aku akan menjelaskan kepadanya tentang kamu." Marissa bernafas lega mendengar itu.
Marisa kemudian pergi ke ruangan Faqih yang sampai saat ini masih koma. Bara menemani wanita itu yang terlihat begitu lelah karena sejak dia datang ke Jakarta belum pernah meninggalkan Rumah Sakit barang sejenak.
Marissa bahkan melupakan urusannya sesaat untuk menemukan keberadaan sang suami. Tanpa sengaja Marissa menabrak seseorang yang berjalan terburu-buru saat dia hendak masuk ke dalam ruangan Faqih.
"Maafkan aku." ucap seorang wanita yang menggunakan masker dan juga hoodie. Marissa tidak bisa melihat wajahnya yang tertutup rapat.
Bara mengerutkan keningnya karena merasa heran dengan orang itu. "Ayo masuk, kita periksa apa yang terjadi kepada Faqih." Bara terus melihat ke arah wanita yang sekarang sudah pergi meninggalkan mereka dengan tanda tanya yang besar.
Marissa melihat Faqih yang megap-megap karena selang oksigen dia yang terlepas dari hidungnya. Bara terkejut melihat hal itu dan langsung mencari dokter yang menangani Faqih.
"Tenanglah Marisa aku akan menyelidiki masalah ini dengan teliti. Aku curiga dengan perempuan yang tadi keluar dari ruangan ini secara tergesa-gesa." Bara memeluk Marissa yang terlihat bergetar tubuhnya karena takut.
Dokter dan suster yang tadi dipanggil oleh Bara sudah berpasangan dan saat ini sedang berusaha untuk menyelamatkan Faqih.
"Aku akan mengirim anak buahku untuk menjaga ruangan ini agar tetap aman. Sekarang kamu duduk dulu. Wajahmu sangat pucat dan lelah. Apa kita pulang dulu saja ke hotel yang sudah aku sewa untuk kamu beristirahat di sana?" tanya Bara kepada Marissa yang selalu menolak sarannya.
"Bagaimana aku bisa tidur sementara nasib anakku belum jelas seperti itu?" tanya Marissa sambil terisak.
Tiba-tiba saja tangan Marissa ditarik secara paksa oleh seseorang. Celine melotot ke arah Bara dan Marissa yang tadi saling berpelukan.
"Marissa! Apa maksud semua ini, huh? Katakan padaku! Kenapa kalian berpelukan seperti itu? Kamu sudah tahu kan kalau Bara adalah milikku? Apa kamu punya rencana untuk merebut dia dariku?" begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh Celine yang sedang diamuk cemburu.
Bara langsung berdiri dan membawa pergi Celine dari sana agar tidak mengganggu konsentrasi dokter yang sedang menolong Faqih.
"Kamu apa-apaan sih? Kenapa kelakuan kamu Barbara seperti itu terhadap sahabatmu sendiri?" tanya Bara ketika mereka sudah menjauh dari tempat Marissa yang saat ini sedang menangis terisak mendengar segala tuduhan jahat Celine.
Celine menatap tajam kepada Bara yang kecewa padanya. "Aku tidak suka dan merasa cemburu melihatmu dekat dengan wanita itu. Aku mencintai kamu, Bara! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu jauh dariku atau pergi ninggalin aku demi dia! Gak akan!" Celine terlihat histeris di hadapan Bara yang tampak bingung untuk menenangkannya.
Bara selama ini tidak pernah memandang Celine lebih dari sahabat. Dia memang terlalu percaya diri dengan menunjukkan perhatian dan kasih sayang terhadap gadis itu sehingga membuat Celine jadi salah paham dam terus menaruh harapan padanya.
Bara merasa apa yang dilakukan oleh Celine sudah benar-benar berbahaya. Melabrak Marissa dan mempermalukan wanita malang itu di rumah sakit.
Wanita malang yang sudah bersedia menolongnya untuk bisa mengembalikan kesehatan ayahnya yang selalu merindukan anak kandungnya. Sejak semalam Bara sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk melindungi Marissa dari siapapun yang akan melukainya, termasuk Celine.
"Aku ingin kita putus dan mengakhiri hubungan kita. Maafkan aku, Celine! Aku rasa kita berdua tidak bisa melanjutkan hubungan kita kalau di dalam pikiranmu tidak bisa percaya denganku. Aku disini hanya sedang menjaga ayahku yang sakit. Marissa juga sama sedang menjaga anaknya yang masih koma dan tadi hampir saja dibunuh oleh seseorang. Apa kamu pikir kami punya hasrat untuk melakukan perselingkuhan di belakang kamu?" tanya Bara yang terlihat begitu kesal dan tidak bisa memaafkan perbuatan Celine yang sudah membuatnya kecewa.
Celine tentu saja terkejut mendengar keinginan Bara untuk putus darinya. Dia sudah diwanti-wanti oleh Rudi untuk bisa menjadikan Bara sebagai suaminya kalau dia masih ingin menjadi anaknya.
Celine tanpa ragu-ragu langsung memeluk tubuh Bara dan menolak keinginan pemuda itu untuk putus darinya. Celine memutuskan untuk menjatuhkan harga dirinya sendiri demi hubungannya agar tidak berakhir bersama Bara.
Bara berusaha untuk melepaskan diri dari Celine yang terus terisak dan menangis pilu. "Maafkan aku Bara. Aku melakukan itu karena aku begitu takut kehilangan kamu. Aku akan hancur kalau sampai kau meninggalkanku. Aku sangat mencintai kamu!" Celine terus merengek dan memohon kepada para agar tidak mengakhiri hubungan mereka yang sudah terjalin bertahun lamanya.
Bara yang sudah merasa tidak nyaman dengan hubungannya bersama Celine benar-benar tidak mampu lagi untuk bertahan.
"Maafkan aku, Celine. Aku sudah final untuk mengakhiri hubungan kita. Pergilah dan jangan datang lagi ke dalam hidupku!" setelah mengatakan itu Bara pun langsung meninggalkan Celine yang tentu saja tidak terima di perlakuan begitu.
"Pasti karena kamu tertarik kepada Marisa kan? Makanya kamu ingin berakhir denganku? Jujur saja!" Celine sudah begitu emosi kepada Bara dan tidak bisa lagi menahan diri atau berpura-pura sok imut dan manis lagi di hadapan pemuda yang telah mematahkan semangat hidupnya dan masa depan yang selama ini telah dia pupuk dengan impian besar menjadi istri Bara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Apriyanti
semoga cepat terbongkar bahwa Marissa adalah putri kandung nya tuan Alvin
lanjut thor
2023-11-24
2