Part 2

Saat aku melihat ke arah jalan, mataku di kejutkan oleh seseorang yang ada di mobil. Aku terbelalak dan mercoba untuk mendekat ke arah gerbang sekolah, agar bisa melihatnya dengan jelas.

"Mas Damar? Kenapa dia bisa ada disini? Seingatku saat dia pamit 5 tahun lalu, bilangnya mau merantau ke Kalimantan, kerja di pertambangan dengan teman dia. Kenapa tiba-tiba saja dia ada disini tanpa sepengetahuanku?" tanyaku masih tidak percaya dengan pandanganku sendiri.

Tapi mobil itu sudah pergi saat aku mengejarnya. "Mas Damar kenapa ada di kota ini? Ya Allah, apa sebenarnya yang sedang terjadi di sini?" aku lemas sekali saat tidak bisa mengejar mobil yang aku lihat adalah Mas Damar.

Wanita yang tadi mengundang kami ke rumahnya menghampiri aku yang saat ini masih lemas sekali.

"Bu Marissa kenapa?" tanya wanita itu terlihat khawatir denganku.

Aku tersentak dan melihat ke arahnya. "Aku tadi sepertinya melihat suamiku yang sudah lama tidak kembali. Oh ya bu, apa ibu kenal pria yang tadi ada di mobil kelihatannya Ibu berbicara dengannya tadi." Aku menatap wanita paruh baya itu dengan penuh harapan.

Wanita itu lalu membimbingku untuk bangkit. Ah, malu rasanya diriku karena sekarang jadi pusat perhatian ibu-ibu yang lain yang juga sedang menunggu anak atau cucu mereka yang sedang sekolah.

"Laki-laki yang ada di mobil tadi adalah menantuku tidak mungkin dia adalah suamimu. Namanya Sukma, bukan Damar seperti nama suami Bu Marissa." aku terhenyak sejenak.

Aku mencoba untuk mencerna ucapan wanita itu yang saat ini sudah duduk di sampingku. Menjauh dari yang lain.

"Menantu ibu? Sukma? Ko, wajahnya benar-benar mirip dengan suamiku yang pergi merantau ke Kalimantan lima tahun lalu. Sampai sekarang dia tidak kembali tanpa kabar berita." wanita yang aku tahu bernama Bu Sakinah itu menatapku iba.

Dia mengelus punggungku dan berusaha untuk menghiburku.

"Dia bukan suamimu, nama pria yang ada di mobil itu Sukma. Dia adalah suami dari putriku yang kerja di Korea sebagai model. Mereka bertemu di sana dua tahun lalu, lalu memutuskan untuk menikah sekitar satu bulan yang lalu. Jadi tidak mungkin kalau dia adalah suami Bu Marissa yang bernama Mas Damar." aku lemas dan kehilangan harapan.

Aku meraup wajahku dengan kasar setelah mendapatkan keterangan dari Bu Sakinah soal menantu barunya.

'Kenapa bisa begini? Apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan rumah tanggaku bersama Mas Damar? Ya Allah, berilah aku petunjukmu untuk mengetahui misteri ini.' batinku lesu.

Aku terkejut ketika Faqih yang sudah ada di samping ku dan tersenyum. "Mama kenapa menangis?" jagoan kecilku langsung memeluk dan menciumku. Tangan kecilnya menghapus air mataku yang mengalir tanpa aku undang.

Bu Sakinah tersenyum kepada Faqih. "Anak baik, temani mamamu agar dia tidak sedih lagi. Nenek pergi dulu ya, itu Tian juga sudah keluar dari kelas." aku berterima kasih kepada Bu Sakinah yang sejak tadi dengan setia menunggu dan menemani diriku.

Aku kemudian menyuapi Faqih, bekal yang aku bawa dari rumah. Faqih terlihat masih penasaran dengan apa yang terjadi padaku. Tapi aku mewanti-wanti kepadanya untuk tidak berbicara saat makan.

Setelah makan Faqih kembali bertanya perihal diriku yang menangis tadi. "Mama apakah sedang sakit? Kita pulang saja kalau mama sakit. Ok?'' tanya Faqih sambil menggenggam kedua tanganku.

Aku menggeleng karena tidak ingin membuat jagoanku khawatir dengan keadaanku. "Mama baik-baik saja, sayang. Udah, sekarang Faqih sebaiknya ikut bermain dengan teman-teman yang lain. Mama akan mengawasi kamu dari sini." tapi Putra kesayanganku malah menggeleng sambil menundukkan kepalanya.

Aku mengerutkan keningku dan menatap wajah tampannya yang selalu menjadi obat kerinduanku dengan kehadiran suamiku yang sampai saat ini masih menjadi misteri keberadaannya sejak aku tadi melihat seorang laki-laki yang wajahnya mirip Mas Damar.

'Ya Allah, aku mohon berilah petunjuk dari masalah yang sedang aku hadapi ini.' aku harus tegar, demi anakku yang masih kecil dan butuh diriku.

"Kenapa sayang? Apa ada masalah?" Tanyaku sambil menatap ke arah Faqih yang menggeleng lagi.

Aku tahu kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu. Aku memeluk tubuh mungilnya yang tadi malam demam. Untung saja aku selalu menyediakan obat demam untuknya sehingga dia bisa aku tolong tanpa harus repot pergi ke dokter pada tengah malam.

"Mama akan sedih kalau Faqih tidak mau jujur sama mama. Katakan sayang, ada apa?" tanyaku sambil menatap mata teduhnya yang selalu menenangkan diriku yang gundah saat rindu dengan Mas Damar.

Dengan setia aku menunggu Faqih membuka mulut kembali untuk memberitahuku alasan dia tidak mau bermain dengan teman-temannya.

"Aku tidak mau bermain dengan mereka karena mereka selalu mengejekku sebagai Anak Tanpa Ayah. Mereka bilang aku anak haram." ya Allah, hatiku sakit sekali mendengar apa yang dikatakan oleh Faqih.

Aku hanya bisa memeluk dan menciumnya. Entah apa yang harus aku katakan kepadanya pada saat seperti ini. "Kamu punya ayah, anakku! Hanya saja dia pergi entah kemana." aku memeluk tubuh mungilnya yang bergetar karena tangis.

Aku menahan tangis yang sejak tadi berusaha menerobos pertahananku. Aku ga boleh lemah di depan Faqih. Dia akan semakin sedih kalau melihat aku menangis.

Tanpa sengaja mataku bersirobok dengan Bu Sakinah. Aku kembali mengingat laki-laki yang ada di mobil itu. 'Bu Sakinah bilang kalau pria itu adalah menantu dia. Baiklah, aku akan datang ke pesta penyambutan menantunya. Aku harus mencari tahu semua kebenaran tentang Mas Damar. Aku sangat yakin kalau pria tadi adalah Mas Damar. Hanya saja, pria tadi seperti orang kaya. Semenjak Mas Damar adalah orang sederhana dan biasa saja penampilan dia.' aku memijit pelipisku yang tiba-tiba saja berdenyut, sakit sekali rasanya.

Aku lebih banyak melamun setelah Faqih kembali masuk setelah jam istrahat selesai. Aku memikirkan bagaimana kalau pria tadi adalah Mas Damar? Apa yang akan aku lakukan kalau itu benar?

'Aku harus menemui kedua orang tua Mas Damar dan mencari tahu soal keberadaan suamiku. Aku tidak mau diam lagi. Cukup sudah kesabaranku selama lima tahun ini. Aku harus mencari tahu perkara suamiku.' aku segera pulang ke rumah setelah anakku selesai dengan pelajaran hari ini.

"Bu Marissa, jangan lupa nanti datang ke rumah saya. Nanti alamat akan saya kirim di group orang tua murid." Bu Sakinah kembali mengingatkan agar datang ke rumahnya nanti.

"Ya, Bu Sakinah. insya Allah nanti saya akan datang ke sana. Saya juga perlu mengkonfirmasi perihal laki-laki tadi yang mirip sekali dengan Mas Damar, suamiku yang pergi selama lima tahun." Bu Sakinah tersenyum lalu pergi dengan mobil jemputan keluarganya yang sudah menunggu sejak tadi.

Aku melihat ke arah mobil tetapi bukan pria tadi yang ada di mobil. Bu Sakinah pergi bersama cucunya yang cantik sekali.

Siapakah menantu Bu Sakinah? Apakah benar Mas Damar ataukah orang lain yang mirip dengan Mas Damar?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!