Pov Marissa
Hasil test DNA kini ada di tanganku. Jujur saja Aku benar-benar tidak berani untuk melihat hasil test tersebut. Aku takut melihat kenyataan yang tak sesuai dengan ekspektasiku tentang laki-laki yang wajahnya mirip dengan suamiku.
"Bagaimana? Apakah kau sudah membuka hasil test DNA nya? Apa hasilnya?" tanya Bara saat dia melihat aku yang masih menimbang kertas di tanganku tetapi masih belum berani membukanya. Bara terlihat mengerutkan keningnya saat melihatku yang nampak ragu dan terus menghela nafas berat.
Bara meyakinkan kepadaku untuk segera melihat hasil test tersebut agar bisa mengetahui kebenaran yang selama ini membuatku penasaran.
"Bukalah supaya kamu tidak ragu lagi. Kalau dia memang benar-benar suamimu, maka aku akan mencari cara untuk membuat dia mengakui identitas yang dia pungkiri. Aku tidak terima kalau Faqih tidak di aku oleh ayahnya sendiri!" Bara terus mensupport agar diriku berani membuka hasil test tersebut.
Jujur saja hatiku sangat takut dan gemetar. Apa yang akan aku lakukan kalau ternyata hasil test itu negatif? Lalu apa pula yang akan kulakukan kalau hasil test itu ternyata positif dan Sukma ternyata Mas Damar yang selama ini aku cari?
Aku membuka kertas itu dengan tangan yang gemetar. Jantung rasanya berdetak berkali lipat dari biasanya. Dalam hati aku terus merapalkan doa aar apapun hasilnya aku harus tetap tegar dan kuat.
"Negatif?? Jadi dia bukan suamiku? Lalu siapa dia?" tanyaku pada diri sendiri yang merasa bingung dengan hasil test yang aku lihat.
Bara langsung mengambil kertas tersebut. Dia juga penasaran dengan hasil yang tertulis di sana.
"Mungkin laki-laki itu adalah saudara kembar dari suamimu atau hanya sekedar mirip saja. Sudahlah! Mari kita lupakan saja masalah ini. Kalau dia bukan suamimu, itu artinya suamimu masih ada di luar sana. Entah apa yang terjadi kepadanya sehingga lama sekali tidak pulang ke sampingmu dan anakmu!" Bara meletakkan hasil test tersebut di atas meja lalu menepuk bahuku.
Jujur saja aku masih bingung. Kenapa hasil test DNA itu negatif? Padahal aku sangat yakin bahwa dia adalah suamiku. Wajah dan suaranya serta tatapan matanya benar-benar mirip dengan Mas Damar. Kenapa dia bukan suamiku? Aneh!!
Aku bisa merasakan kalau Bara saat ini sedang berusaha untuk menghiburku.
"Bukankah itu bagus kalau laki-laki bernama Sukma itu bukan suamimu? Ada kemungkinan suamimu masih berada di luar sana. Bisa saja dia saat ini sedang berjuang untuk mengumpulkan uang agar bisa pulang ke sisimu. Berpikir positif saja supaya hatimu tenang dan tidak berpikir macam-macam tentang suamimu yang sekarang belum ada kabarnya." Bara mengulas senyum kepadaku yang masih shock dan tidak percaya dengan hasil test DNA itu.
Aku merasa bingung dengan perasaanku sendiri. Bukannya itu bagus ya? Kalau Sukma memang benar bukan suamiku. Berarti ada orang lain di luar sana yang merupakan suamiku yang sesungguhnya.
Masalahnya, dimana suamiku yang asli?? Apakah laki-laki yang waktu itu pulang ke kampung dan menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal di Jakarta adalah benar-benar suamiku? Kenapa aku tambah pusing sekarang setelah mendapat hasil test itu? Alih-alih merasa tenang seperti harapanku.
"Percayalah padaku. Pasti ada misteri dibalik semua ini dan aku akan membantumu untuk menyelidiki semuanya. Sekarang kamu sebaiknya menjenguk pria itu yang sudah siuman. Aku lihat saat ini keluarga pria bernama Sukma ada di ruangannya. Temui mereka!" perintah Bara padaku.
Aku masih membeku di tempat dan tidak merespon apapun yang dikatakan oleh Bara. Sejujurnya saja aku saat ini masih kalut memikirkan masalah ini.
Saat aku melihat ke lorong di mana Sukma sedang di rawat, aku melihat kedua orang mertuaku, lebih tepatnya kedua orang tua Mas Damar yang katanya ikut dia ke Jakarta saat ini sedang berjalan tergesa menuju ruangan di mana Sukma sedang di rawat.
'Kalau laki-laki itu benar-benar bukan Mas Damar. Lalu kenapa ada kedua mertuaku disini? Ya Allah, tolong tunjukkanlah kebenaran di hadapanku. Aku mohon padamu!' doaku dalam hati.
Aku tersadar dari lamunan ketika Bara menyenggol bahuku. "Kamu baik-baik saja?"
"Tuan.." kata-kataku teepotong oleh Bara.
"Jangan lagi memanggilku Tuan karena aku bukanlah atasan kamu. Saat ini status kamu adalah adikku. Panggil Kak Bara saja!" pinta Bara padaku.
Awalnya aku merasa kikuk dengan panggilan tersebut. Tetapi aku rasanya terlalu lelah untuk meributkan hal kecil seperti itu dengan laki-laki yang sudah banyak menolongku.
"Kak Bara tadi melihat kan dua orang yang berjalan tergesa-gesa menuju ruangan Sukma?" tanyaku pada Bara dengan wajah serius.
Bara terlihat menganggukan kepala dan menatapku dengan tatapan serius.
"Tolong selidiki kedua orang tua itu. Mereka adalah kedua mertuaku. Asal kita bisa menemukan kebenaran dari mulut mereka, maka keberadaan suamiku saat ini pasti bisa diketahui." pintaku pada Bara yang terlihat mengangguk setuju.
"Tenanglah aku pasti akan berusaha untuk menyelidiki kedua orang itu. Ayo kita ke sana. Siapa tahu nanti kita di sana menemukan informasi yang penting dari mereka." Bara kemudian mengajak aku pergi ke ruangan Sukma.
Benar apa yang dikatakan oleh Bara bahwa di ruang itu terlihat ramai. Kedua orang tua Sukma, kedua orang tua Mas Damar, kedua orang tua Alina juga ada di sana. Aku melihat Bu Sakinah di antara orang yang saat ini sedang menjenguk Sukma.
"Kita masuk atau tidak?" tanya Bara Saat melihatku hanya berdiri di depan pintu melalui kaca yang menempel di pintu ruangan pasien.
Entah kenapa melihat Alina yang sedang menyuapi Sukma hatiku seakan merasa cemburu. Perasaan macam apakah ini? Bukankah hasil tes DNA yang kupegang mengatakan bahwa dia bukan Mas Damar? Lalu perasaan apakah yang saat ini sedang kurasakan? Ya Allah!! Kenapa begitu banyak misteri di sini? 'Tolong tunjukkan padaku di mana suamiku saat ini. Aku mohon padamu!!' doaku lagi.
Bara kemudian masuk ke dalam ruangan itu dan mengacuhkan diriku yang memilih untuk menjauh. Jujur saja aku belum siap untuk bertemu dengan kedua mertuaku. Aku harus menghindari mereka agar penyelidikan Bara tidak sia-sia.
Kalau memang benar ada yang disembunyikan oleh mereka, maka aku harus menjauh dari Sukma. Itu aku lakukan supaya mereka tidak waspada denganku ataupun pada Bara.
Aku memilih untuk masuk ke dalam ruangan Faqih dan menemani Putraku yang sedang tidur dengan lelap. "Maafkan Mama sayang, karena sudah membuatmu berada pada situasi buruk seperti ini. Orang jahat yang sudah menabrakmu dan berusaha untuk membunuhmu saja belum selesai mama selidiki. Kini muncul kedua kakek ada nenekmu di sini. Entah apa yang harus Mama lakukan untuk bisa menemukan keberadaan ayahmu!" hatiku pilu sekali rasanya jika kembali mengingat tentang kemesraan antara Alina dan Sukma di ruangan perawatan tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Nur hapidoh
insyaallah setiap hari kak, klo author ga sakit atau sibuk dg real life
2023-11-28
0
Suyadi Yadi
ayo thor cepat bongkar bawah Marissa adiknya bara, update jangan lama-lama ya
2023-11-28
1