Part 3

Setelah mengganti pakaian aku kemudian pergi ke rumah Bu Sakinah yang ternyata letaknya tidak terlalu jauh dari rumah orang tuaku.

Rumah paling megah dan mewah di lingkungan tempat tinggal kami. Bu Sakinah ternyata orang kaya. Pantas saja selama ini dia selalu di antar jemput oleh mobil mewah dan sopir.

Aku benar-benar insecure dengan penampilanku dan Faqih yang hanya sederhana. Aku lihat orang tua lain datang dengan mobil dan pakaian mewah mereka.

"Mah, rumah Tian cantik dan besar sekali." Faqih menatap rumah itu dengan tatapan takjub.

Bu Sakinah menyambut kedatangan kami semua dengan ramah. Aku cukup senang dengan hal itu. Biasanya orang miskin seperti aku jika datang di pesta orang kaya pasti jadi bahan gunjingan.

"Mari masuk, Faqih. Kumpul sama teman kamu yang lain," Bu Sakinah menyuruh Faqih untuk menyusul teman-temannya yang kini sudah berkumpul di satu ruangan luas yang sudah di sulap jadi tempat permainkan anak-anak dengan aneka mainan.

Tetapi Faqih tidak mau, aku lalu berusaha untuk membujuk Faqih agar bergabung dengan anak lainnya. "Ayo, sayang. Main sama teman kamu." bujukku sekali lagi. Tetapi Faqih tetap tidak mau.

Faqih bersembunyi di belakangku. "Maaf, Bu Sakinah. Faqih tidak bisa bermain dengan yang lain. Biar dia bersama saya saja." Bu Sakinah akhirnya hanya mengangguk saja lalu meninggalkan kami untuk menyambut tamu lainnya.

Aku melihat ke arah panggung di mana seorang pria yang wajahnya mirip Mas Damar ada di sana.

"Mah, Pah. Ayo duduk dulu. Sukma mau panggil Alina dulu supaya bergabung dengan yang lain." aku melihat dua orang yang berpenampilan mewah duduk di tempat yang tadi di tunjuk oleh pria bernama Sukma. Bu Sakinah terlihat mengobrol dengan mereka berdua

Aku melihat mereka bukan orang tua Mas Damar. Aku semakin pusing saja di buatnya. "Apakah benar kalau pria itu bukan Mas Damar? Apa benar dia adalah Sukma, menantu Bu Sakinah?" aku memijit pelipisku yang sakit. Terus berdenyut nyeri.

Semua mata memandang ke arah tangga. Di mana pria yang bernama Sukma turun bersama wanita cantik layaknya model internasional.

"Wah, Alina cantik sekali. Pantes saja dia jadi model di Korea. Suami dia juga tampan sekali." mataku tertuju kepada mereka berdua yang sekarang menjadi pusat perhatian seluruh tamu.

Ya Allah, hatiku berdenyut nyeri melihat lelaki yang wajahnya begitu mirip Mas Damar. Tetapi dia ternyata bukan suamiku. Namanya Sukma dan kedua orang tuanya ternyata pengusaha dari Jakarta.

Apakah ada hal yang tidak kuketahui tentang suamiku selama ini? Aku semakin pening ketika memikirkan semua ini. Saat mataku tanpa sengaja bertemu dengan Sukma, aku melihat dia begitu biasa. Lebih tepatnya dia tidak mengenaliku.

"Mas, apakah itu benar-benar bukan kamu? Lalu kemana kamu, Mas? Aku sangat rindu denganmu." aku mengusap air mataku yang jatuh tanpa aku sadari.

Alina merupakan seorang wanita yang sangat cantik. Dia juga seorang model internasional yang layak untuk bersanding dengan pria rupawan itu.

"Mama, bukankah pria itu wajahnya sangat mirip dengan Ayah? Aku sering melihat fotonya di dinding rumah kita. Di ponsel Mama juga ada." Faqih menunjuk ke arah Sukma yang saat ini sedang bersama dengan keluarganya.

Mereka terlihat begitu bahagia dengan kehadirannya di tengah keluarga besar Bu Sakinah. Para tamu lain terlihat menikmati hidangan mewah yang disediakan oleh keluarga Bu Sakinah.

Bu Sakinah sejak tadi melihat ke arahku dan tersenyum dengan ramah. Aku hanya bisa mengangguk saja. Aku rasanya sudah tidak sanggup lagi untuk berada di tengah-tengah acara ini.

"Laki-laki itu kata Bu Sakinah bernama Sukma dia bukan ayahmu. Ayahmu bernama Damar. Sayang, Ayo kita pulang saja. Mama takut kalau kamu nanti kecapean. Kamu kemarin baru saja semua dari demam." Aku mengajak Faqih untuk pulang.

Bu Sakinah mendekat ke arahku, Faqih nampak menolak untuk meninggalkan arena pesta dan berusaha untuk mendekati pria bernama Sukma.

"Ayah, ini Faqih. Anak ayah! Ayah, aku mohon pulanglah bersama kami. Ayah, kami sangat merindukanmu." aku terkejut ketika melihat Faqih yang tiba-tiba saja berlari ke arah tuan rumah yang sedang bersenda gurau.

Pria yang bernama Sukma tentu saja terkejut melihat kelakuan anakku. Aku langsung mengejar Faqih. "Ayah, ayo kita pulang ke rumah. Apakah Ayah tidak rindu dengan kami?" tanya Faqih dengan air mata yang berderai di pipinya.

Kini kami menjadi pusat perhatian semua tamu yang ada di ruangan tamu mewah milik keluarga Bu Sakinah. Aku jadi merasa malu karena hal ini. Tapi aku juga tidak mungkin untuk memarahi Faqih di hadapan mereka semua.

"Sayang, siapa yang kau maksud ayahmu? Dia adalah suamiku yang baru saja menikah denganku satu bulan lalu. Dia masih lajang dan belum pernah memiliki anak ataupun menikah. Kamu salah orang, sayang!" Alina duduk berjongkok dan menghalangi Faqih untuk mendekati Sukma.

Sukma yang tadi terlihat begitu menikmati pesta kini mengerutkan kening. "Tolong jaga anaknya untuk Tidak sembarangan mengakui orang lain sebagai ayahnya. Aku masih lajang ketika menikah dengan Alina. Bagaimana tiba-tiba aku memiliki seorang anak sebesar ini?" tanya Sukma dengan mata tajam.

Aku merasakan dadaku bergemuruh. Ya Allah, mata elang itu terasa tak asing bagiku. Itu adalah mata Mas Damar yang telah berhasil membuat aku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tapi semua yang melekat kepada dirinya benar-benar membuatku sangat bingung. Ada apa ini? Apakah selama ini dia merahasiakan sebuah identitas lain dariku? Tapi, kedua orang tua Mas Damar hanyalah orang sederhana dari desa.

Aku hanya bertemu dengan mereka beberapa kali sejak pernikahan kami. Jadi aku dan keluarganya tidak terlalu dekat. Apalagi mereka tinggal di desa yang jauh dari rumah kami.

"Maafkan Faqih yang sudah salah mengenali orang. Wajah Anda memang mirip dengan ayahnya yang selalu dia rindukan setiap hari. Lihatlah foto ini kalau Anda tidak percaya padaku." aku pun kemudian menyodorkan ponselku dan memperlihatkan foto pernikahanku bersama Mas Damar.

Pria bernama Sukma menerima ponsel itu dan melihatnya dengan heran. "Laki-laki difoto Ini memang mirip denganku. Tetapi dia hanyalah orang miskin yang berpenampilan lusuh. Aku bukan pria itu. Aku sejak kecil tinggal di luar negeri dan tidak pernah ke Indonesia. Jadi, mustahil kalau kita pernah bertemu sebelumnya." ucap Sukma sambil menyerahkan ponsel ke tanganku.

Alina yang merasa lega dengan penuturan suaminya kemudian mendekati Faqih. "Sayang, wajah ayahmu hanya mirip dengan suamiku. Kamu jangan sedih ya? Tante yakin suatu saat nanti kamu akan bertemu dengan ayahmu!" Alina mengelus lembut kepala Faqih yang langsung menghempaskannya.

Kedua orang tua Sukma berdiri dan mendekati Faqih. Apa yang akan di lakukan mereka pada anakku? Aku sudah ketakutan melihat ekspresi wajah mereka yang tidak bersahabat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!