Part 9

"Celine? Ko kamu bisa ada di sini?" tanya Marissa merasa cukup surprise melihat kawan lamanya yang dulu pernah satu Panti Asuhan dengannya.

Mereka berdua kemudian melepas kangen setelah bertahun lamanya tidak bertemu. Bara merasa bahagia melihat senyum kedua wanita cantik di hadapannya. Bara melihat Faqih masih belum juga siuman dari tidur panjangnya. Benturan di kepala Faqih memang terbilang cukup serius dan membuat Faqih jatuh koma setelah operasi selesai di jalankan.

"Marissa? Ko kamu berada di Jakarta? Bukannya kamu tinggal di Bandung dengan suami kamu? Itu kabar terakhir yang aku terima dari Bu Panti. Apa yang terjadi sama kamu dan anak kamu?" tanya Celine yang cukup terkejut melihat Marissa di rumah sakit dan kenal dengan kekasihnya.

"Satu satu dong nanyanya, aku jadi bingung untuk menjawab pertanyaan kamu." mereka berdua akhirnya cekikikan bersama karena merasa senang.

Marissa kemudian menceritakan kisah hidupnya kepada Celine dan Bara. Bara merasa kasihan sekali kepada Marissa. Tapi pada saat itu Bara belum ngeh kalau Marissa adalah adik yang hampir 10 tahun lebih dia cari.

Mereka sewaktu kecil sama-sama hidup di panti asuhan, hanya saja Celine bernasib beruntung karena diangkat anak oleh orang kaya. Tidak seperti Marissa yang cukup lama tinggal di panti. Sejak kecil tubuh Marisa sangat lemah sehingga sering sakit-sakitan. Makanya orang yang berniat untuk mengadopsinya berpikir panjang untuk melakukan hal itu. Sehingga Marissa akhirnya menghabiskan masa remaja di panti asuhan dan membantu pemilik Panti Asuhan untuk mengelola panti mereka.

Selepas lulus SMA, baru ada sepasang suami istri yang lama sekali menikah tetapi tidak juga punya anak. Mereka orang baik yang menjadi donatur di panti asuhan, mereka melihat Marissa yang begitu bekerja keras membantu pemilik panti sehingga akhirnya mengadopsi Marissa.

Tapi nasib kembali mempermainkan nasib Marissa, selesai dia menikah dengan Damar, setengah tahun kemudian ayah angkat Marissa meninggal, sebulan kemudian di susul oleh ibu angkatnya. Lalu tiba-tiba saja Damar berpamitan pada Marissa untuk merantau tapi tak pernah kembali lagi sampai sekarang. Sehingga akhirnya Marissa menjadi sendiri lagi di dunia ini hanya hidup bersama Faqih.

Bahkan sampai saat ini Marissa masih sering berhubungan dengan anak dari pemilik panti asuhan yang melanjutkan perjuangan orang tuanya yang sudah meninggal cukup lama.

Apalagi tidak ada sesuatu yang bisa digunakan oleh Bara untuk mengidentifikasi identitas adiknya selain nama panti asuhan tempat ayahnya menaruh sang adik di depan pintu mereka.

"Kamu sabar ya, Marissa. Aku yakin kok pasti suamimu bisa ketemu. Sayang, Kamu kan punya banyak anak buah bantulah temanku untuk mencari suaminya." Celine menatap Bara yang sejak tadi memperhatikan Marisa dengan perasaan iba.

Entah kenapa hati Celine tiba-tiba merasa tidak nyaman saat melihat hal itu. Rasa cemburu seketika terbit dihati Celine. Apalagi Celine selama di panti asuhan selalu merasa tersaingi oleh Marissa yang selalu disayang oleh kepala panti dan anaknya.

Wajah Celine memanas saat ingat pemuda itu, yang pernah menjadi cinta di masa lalunya tetapi pemuda itu malah lebih menyangi Marissa.

Saat Bara pergi ke luar untuk menerima telpon, Celine berbisik di telinga Marissa. "Bagaimana kabar Rama? Apakah kau masih berhubungan dengannya? Maksudku, apakah kau masih berkomunikasi dengan dia?" tanya Celine terlihat gugup.

Marissa terkekeh geli dengan ekspresi Celine ketika bertanya tentang Rama.

"Apa kau masih jatuh cinta kepadanya? Terakhir aku dengar kalau Rama sedang melakukan pendekatan dengan seorang gadis. Gadis itu anak dari donatur panti asuhan kita dan berniat melamarnya. Tapi Aku tidak tahu kelanjutan dari rencana itu karena aku datang ke Jakarta untuk mencari suamiku." Marissa tersenyum begitu bahagia.

Bertemu dengan orang yang kita kenal di masa kecil itu adalah sesuatu hal yang sangat menyenangkan dan merupakan sebuah hiburan yang begitu nyata bagi Marissa. Mereka terus bercerita satu sama lain tentang jalan hidup dan kisah percintaan mereka setelah berpisah.

"Kamu yakin, kalau laki-laki yang kau temui di pesta itu adalah Damar? Bukan kembaran dia atau hanya sekedar mirip saja?" tanya Celine pada Marissa.

Marisa menggelengkan kepalanya karena dia juga sebenarnya merasa cukup ragu tentang hal itu. Kalau memang pria itu Damar, kenapa Sukma tidak bisa mengenali dirinya pada saat dirinya menunjukkan semua foto-foto kebersamaan mereka?

"Tadinya aku mau melakukan tes DNA kepada Faqih dan Sukma tapi tiba-tiba saja Putraku mengalami kecelakaan. Sampe sekarang belum pulih. Aku takut kalau Faqih kenapa-napa. Dia adalah sumber kehidupanku satu-satunya. Keluargaku satu-satunya. Aku tidak tahu lagi harus melakukan apa apabila sampai terjadi apa-apa dengannya." Marissa mulai meneteskan air mata kesedihan saat dia mulai membayangkan kembali tentang kecelakaan yang begitu mengerikan baginya.

Sungguh, merasakan hampir kehilangan anaknya, benar-benar sudah membuat Marissa amat menderita. Apalagi kemarin tanpa sengaja Marisa memergoki seseorang yang hampir saja mencabut selang oksigen yang di gunakan oleh Faqih. Hal itu hampir saja merenggutnya nyawa Faqih untuk selamanya.

"Kamu jangan khawatir. Tuhan pasti akan melindungi kalian berdua. Aku yakin sekali kalau orang yang menyerempet kalian waktu itu, yang kabur dan tidak mau bertanggung jawab. Pasti dia pelakunya. Aku sudah melaporkan kasus itu ke kantor polisi dan akan segera diselidiki dengan benar. Kita akan memberikan hukuman yang setimpal kepada penjahat itu. Dia benar-benar tidak punya hati nurani karena meninggalkan korban kecelakaan yang dia akibatkan. Dia datang kemari untuk membunuh Faqih, pasti karena berusaha untuk menghilangkan jejak kejahatan dia. Marissa, mulai sekarang kamu harus berhati-hati dalam setiap tindakanmu." Bara masuk dan menasehati Marissa untuk selalu berhati-hati mulai sekarang.

Celine yang tadinya tersenyum kini mulai menunjukkan rasa tidak sukanya pada sang kekasih yang terlihat begitu perhatian kepada Marissa dan anaknya.

Kerasnya hidup di panti asuhan, Celine diajarkan untuk selalu menggenggam apapun yang dia miliki. Celine tidak mau kalau sampai Bara jatuh cinta kepada Marissa lalu kehilangan cinta Bara untuk dirinya. Bisa hanis dirinya di marahin oleh Rudi, ayah angkatnya yang terkenal kejam dan jahat. Apalagi suami Marissa saat ini sedang pergi, tanpa ada kabar berita.

"Sayang, kamu bisa kan menemani aku untuk makan malam nanti? Kedua orang tuaku ingin bertemu denganmu, nanti kita bisa membicarakan tentang rencana pernikahan kita. Mereka benar-benar menginginkan agar kita bisa menikah tahun ini." Celine menggamit lengan Bara, seakan menunjukkan eksistensinya sebagai kekasih Bara yang tercinta.

Marissa hanya tersenyum melihat kemesraan yang begitu dipaksakan oleh Celine di hadapannya.

"Bukankah aku sudah bilang padamu kalau aku tidak akan menikah sebelum bisa menemukan adikku yang menghilang beberapa tahun lalu? Ayahku sampai saat ini masih menunggu penyelidikanku. Aku memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan kebahagiaan pada ayahku. Celine, Aku harap kamu bisa mengerti dengan keputusanku!"

Celine kesal mendengar alasan yang sama yang selalu dikatakan oleh Bara setiap kali mereka membicarakan tentang rencana pernikahan.

Celine menggeram kesal tetapi dia tetap berusaha untuk menahan dirinya agar tidak marah kepada kekasihnya yang lama sekali dia incar karena selain tampan, Bara juga adalah pewaris dari perusahaan besar yang menjadi rekanan bisnis ayah angkat Celine, Rudi Anggoro.

Apa yang di rencanakan Rudi dan Celine ketika mendekati Bara?

Terpopuler

Comments

Hanisah Nisa

Hanisah Nisa

lanjut

2023-11-22

1

Apriyanti

Apriyanti

lanjut thor

2023-11-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!