TO THE DEAD

TO THE DEAD

Ep 01 - Kecelakaan

Aku gadis berusia 9 tahun, ketika tiba di kota kecil ini.

Awalnya semua amat menyenangkan. Aku bisa sekolah bersama teman teman, di akhir pekan keluargaku berlibur. Berjalan - jalan di kebun teh, di danau, bahkan piknik di tepi danau.

Melihat bunga yang bermekaran saat musim hujan datang. Kadang kala aku bermain hujan bersama Ayah dan Ibuku dan kami tertawa.

Pasar dan jalan raya penuh sesak. Orang orang berlalu lalang, para pengamen sesekali melintas. Jual beli berlangsung. Ada para pengamen yang kadang melintas, pengemis, atau para pedagang asongan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Saat mobil Ayah melaju menuju danau seperti biasa saat akhir pekan. Aku bernyanyi sepanjang perjalanan, melihat kendaraan yang terhenti karena mogok, atau melihat orang dewasa sedang membawa sekarung rumput, mungkin untuk pakan ternak mereka.

Di perbukitan juga ada banyak peternakan hewan, ayam, kambing, sapi bahkan kerbau. Lapangan luas kadang kala terlewati oleh mobil.

Jarak rumahku ke danau memang jauh, tapi aku bisa menghabiskan waktu berjam jam untuk melihat vidio kartun kesukaanku. Atau menghabiskan es krim yang tadi dibeli Ibu di minimarket.

Seusai kegiatan di dalam mobil selesai, aku terlelap tidur.

Dor!! sesuatu terdengar meledak, membuatku yang tengah tertidur pulas, menjadi terbangun.

"Apa yang terjadi?" Tanya Ibu. Melirik Ayah yang tengah menatap bingung ke

Pak Supir.

"Sepertinya pecah ban, saya akan periksa Tuan." Ujar Mang Umang. Dia adalah Supir Ayah selama kami tinggal di kota.

Mang Umang membuka pintu mobil dan memeriksa. Sekejap Ia menghembuskan nafas berat. "Tuan, ada dua ban yang bocor, dan kabar buruk!, kita cuman bawa satu ban cadangan!" Ucapnya, wajah Mang Umang tampak merasa bersalah.

"Yah, kita gak jadi ke danau dong Pa?! Anaya kan mau liat bunga anggrek, mawar, kebetulan di suruh Bu Guru menggambar bunga?!" Aku mengeluh.

Ibu mengelus kepalaku, "bukankah di sekitar rumah banyak bunga? Atau kamu mau ketemu temenmu! yang kemarin itu?" Ibu bertanya sambil menyelidik. Aku cemberut, tapi benar aku ada janji sama temanku.

"Papa janji Anaya, kita akan ke danau. Tapi tidak hari ini. Kamu menggambar bunga, di taman depan rumah saja ya!" Ujar Papa. Aku ingin berseru protes namun batal, karna Mang Umang berseru.

"Tuan, saya sudah mengontak jemputan. Saya juga menelfon Montir kemari. Sekitar 30 menit lagi jemputannya datang." Ucapnya sembari terus fokus mengganti salah satu ban yang bocor karna paku.

Aku menunggu sambil bermain boneka. Tapi, sesuatu yang aneh mengintaiku. Aku melihat ke luar jendela mobil, ada Anak kecil dengan pakaian putih, tapi sosok itu membelakangiku, sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya secara jelas. Ketika tanganku ingin membuka pintu mobil, tepukan tangan Ibu membuatku tersentak dan menoleh.

"Ibu! Anaya kaget!" Ujarku.

"Kamu melihat kebun teh sampai segitunya?"

Ibu bingung melihatku yang mematung.

"Bukan!! Anaya liat Anak kecil di-" Aku menunjuk tapi tunjukanku hanya ada kebun teh yang hijau dan luas, kemana sosok Anak kecil yang memakai kain putih itu? Dia menghilang cepat sekali!

"Anak kecil?! Anak kecil apa? Tidak ada yang tinggal di sini Anaya. Kamu lihat! Lagian kebun teh ini dekat dengan hutan, dan tidak ada rumah sepanjang 10 kilo meter dari sini? Kamu lihat kan. Mungkin kamu salah lihat sayang!." Ibu berkata lembut sembari mengelus kepalaku.

Tidak!! Aku tidak mungkin salah. Dia jelas berdiri di sana. Bagaimana bisa hilang secepat itu? Keluhku dalam hati.

...****************...

Setengah jam kemudian, aku benar benar bosan. Kapan jemputan itu tiba. Ketika aku hendak berteriak jengkel, dari kejauhan sebuah mobil berwarna hitam merapat ke sisi jalan. Seorang Pria, dengan paras tampan hanya setengah dari bintang film, keluar dengan terburu buru.

"Akhirnya kau datang Adi, Tuan dan Nyonya menunggu!" Mang Umang mendekat, menepuk nepuk lengannya.

"Kenapa lama sekali Nak,!?" Tanya Mang Umang, "Lihat bahkan Nona Anaya sudah sebal padamu!" Mang Umang menunjuk ke arahku, Pemuda itu melirik ke arahku yang sedang cemberut menatapnya. Wajahnya seolah memperlihatkan ekspresi menyesal.

"Siapa ini Mang?" Tanya Ayah kepada Mang Umang. Mang Umang tersenyum, memperkenalkan Putranya.

"Ini Putra sulung saya, nah. Nak perkenalkan dirimu pada Tuan Hermawan!" Mang Umang mengangguk pada anaknya. Aditya nama Pemuda itu, usia 24 tahun dan sudah bekerja.

Sekejap Aditya menyalami Hermawan. Berkenalan dan mereka terlibat percakapan, sesekali Linda ikut berbicara. Anaya cuman cemberut.

Anaya kali ini benar benar jengkel. "KATANYA MAU PULANG!!" Teriak Anaya membuat semuanya menoleh. Ibunya berbisik.

"Itu tidak sopan. Jangan lakukan lagi!"

Kalian asyik sendiri, aku tidak bisa menemui Meli. Aku padahal sudah janji minggu lalu. Tapi, bukankah Anak kecil tadi.. Gerutu batin Anaya.

'Meli..' Gumam Anaya pelan, sejenak Ia teringat pada sosok Gadis misterius yang satu jam lalu dilihatnya. Jika diperhatikan sosok itu memang mirip Meli, teman yang Anaya kenal sejak pertama mengunjungi danau itu. Sekejap Ibunya melihat Anaknya yang melamun. Dia menggoyang bahu Anaknya, Anaya kemudian tersadar.

"Ayo pulang!" Gerutu Anaya. Ia turun dari mobil dan menarik narik ujung baju Ayahnya, merengek. Anaya berharap Ayahnya melihatnya namun, Ayahnya semakin asyik mengobrol.

Anaya memikirkan cara lain, Dia berteriak menyuruh Ayahnya menyudahi percakapan dan bergegas menuju mobil. "AYO.. AYAH,.. AYO PULANG!!" Rengekan Anaya semakin menjadi jadi. Dia sekarang merangkul kaki Ayahnya, Sambil terus merengek.

"Iya, Anaya tunggu sebentar, sebaiknya kalian pindah dulu. Nanti Ayah menyusul." Hermawan melihat Putrinya sekilas lalu melanjutkan obrolannya dengan Mang Umang dan Aditya.

"Sampai mana kita tadi.." Suara percakapan mereka terdengar samar. Linda Istrinya segera merangkul tangan Anaya dan mereka menuju mobil baru, meninggalkan mobil silver yang rusak di belakangnya. Anaya hanya bisa mendengus sebal.

Anaya membuka pintu belakang dan duduk nyaman, Ayahnya masih sibuk mengobrol dengan Aditya, sesekali Linda menyuruh Suaminya berhenti bertanya dan lekas memasuki mobil sebelum Anaya menangis karna kebosanan.

Demi Anaya. Hermawanpun mengalah, padahal tadi ia sedang membujuk Aditya, untuk mengambil beberapa dana dari perusahaan yang dikelolanya, dan mengembangkan bisnis bersama sama. Juga Hermawan hanya mengambil keuntungan 20% jika Aditya berhasil mengembangkan modalnya.

Hingga di dalam mobil, percakapan tentang bisnis itu belum usai. Malah kian melebar, tentang calon Istri Aditya nanti, tentang sekolah Anaya nanti, kalau ia sudah remaja, sampai Hermawan ditanya oleh Aditya, apakah Anaya akan punya adik.

Hal itu membuat Linda terbatuk, "KALIAN INI BICARA APA SIH?! SUDAH NGOBROLNYA. HENTIKAN!!" Linda berteriak kesal.

Hermawan dan Aditya menahan tawa melihat ekspresi Linda yang marah.

"Dia sedang mengemudi! ngobrolnya kan bisa nanti." Linda cemberut melanjutkan kalimatnya, Hermawan dan Aditya akhirnya tertawa sungguhan.

"Ayah, Ibu dan Kakak sedang bicara tentang apa?" Anaya yang memperhatikan percakapan tidak mengerti maksudnya Aditya. Tentang, 'Adik buat Anaya'. Ibunya menanggapi dengan lembut.

"Jangan dipikirkan ya, kamu main aja." Linda tersenyum. Anaya mengangguk. Sekejap Linda menatap tajam ke arah depan.

Maksud ekspresi itu.

Awas jika kalian berani membahas hal itu!!

Hermawan mengangkat tangan. Tanda dia takkan membahasnya lagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Mang Umang sudah tertingal jauh, mobil berwarna hitam itu menuruni bukit kembali ke kota kecil. Aditya fokus pada kemudi, namun ada sesuatu yang tiba tiba lewat di tengah jalan raya.

Sosok itu berwarna hitam berlari. Aditya langsung banting stir, karena kaget.

Kemudian mobil itu terjungkal terbalik, Linda berteriak histeris merangkul Anaya.

Hermawan menutup mukanya berusaha melindungi wajah namun terlambat.

Kaca di sekeliling mobil pecah. Mereka semua terluka parah, terkecuali Anaya. Dia hanya terluka ringan. Yang terluka paling parah adalah Linda dan Hermawan. Aditya cukup parah, sedangkan Anaya hanya terluka di bagian pelipis dan dahinya. Aditya berusaha keluar dari mobil.

Namun, belum sempat Aditya mencoba mendorong pintu mobil. Dari arah depan melaju mobil bus tak terkendali, yang akan menabrak, mobil yang terbalik di depannya. Linda dengan secepat kilat berusaha membuka pintu mobil, tapi tidak berhasil.

"Sayang, bangun!!" Teriak Linda pada Hermawan. Suaminya pingsan akibat terbentur. Aditya yang berada di depan ikut berusaha membuka pintu mobil.

Setengah menit, berlalu. Suasana sangat tegang!. Mobil bus itu terus mendekat! "Akhirnya!" Lirih Aditya, Linda langsung menoleh ke arahnya.

"Aditya.. Tolong bawa Anaya,.. Jaga dia.." Lirih Linda, Ia segera menggendong Anaya.

"Ba.. Bagaima dengan.." Ucap Aditya.

"Aku tidak bisa berdiri,.. Sepertinya kakiku patah. Jadi selamatkanlah dia. Kau juga tidak bisa membawaku kan? Dengan keadaanmu, lekas keluar!!" Lirih Linda.

Aditya mengangguk. Dia harus segera keluar. Dengan susah payah Aditya bergerak. Dia menggeram menyuruh kedua kakinya berdiri, namun tak berhasil, dia akhirnya berusaha merayap menuju tepi jalan, namun sayangnya tidak sempat.

Aditya akhirnya berguling sebisanya.

Di sisi lain mobil bus itu akhirnya menabrak dan melindas mobil yang terbalik itu. Hampir saja Aditya ikut terlindas oleh bus itu. Anaya yang akhirnya tersadar, ketika saat detik terakhir sebelum bus itu melindas. Anaya Tercengang.

Setelah sadar, ia langsung berteriak histeris. Menyaksikan orang tuanya yang terimpit oleh bus itu, Anaya tak sanggup menahan kesedihannya. Linda sempat melambaikan tangan kepada Anaknya. Salam perpisahan.

"AYAHHH...!! IBUUUU...!! KAKAK..!!, LEPASKAN ANAYAAA..!! AYAHHH!.. IBUUU...!!!" Anaya berteriak histeris, sambil mencoba melepaskan tangan Aditya yang memegangnya. Tak berhasil, Anaya hanya bisa sesenggukan menangis.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Anaya masih meronta minta di lepaskan, namun Aditya yang berhasil keluar dari mobil. Sebelum bus menghantam, justru tidak membiarkan Anaya berlari kesana. Karna keadaannya berbahaya. Sekarang kedua mobil itu mengeluarkan api.

Aditya merangkul Anaya. Berusaha menenangkan dirinya. Anaya menangis sejadi jadinya, darah mengalir dari pelipisnya, tapi kondisi Aditya yang paling buruk. Dia membawa Anaya, ikut menangis. Kaki kiri Aditya terluka, sedangkan Anaya syok. Dengan kejadian barusan.

Hingga beberapa penumpang selamat dari bus itu keluar, beberapa yang lain menghubungi ambulance dan juga polisi. Anaya masih termenung, menangis.

Terpopuler

Comments

Taryadi I

Taryadi I

Horor komedi mantap

2022-06-22

0

AlaNa🍇

AlaNa🍇

hadir..

2021-12-09

0

🐝⃞⃟𝕾𝕳ᴹᵃˢDANA°𝐍𝐍᭄

🐝⃞⃟𝕾𝕳ᴹᵃˢDANA°𝐍𝐍᭄

mampir, semangat

2021-11-19

1

lihat semua
Episodes
1 Ep 01 - Kecelakaan
2 Ep 02 - Kejadian lain
3 Ep 03 - Sosok misterius 1
4 Sosok misterius 2
5 Mati lampu.
6 Bertemu Ayah Janson
7 Bantuan keluarga Janson
8 Rahasia
9 Kisah masa lalu
10 Kisah masa lalu
11 Kisah masa lalu
12 Kisah masa lalu
13 Amelia memperingati Fariz.
14 Membahas Bu Rizka
15 Buku tua
16 Makam
17 Potongan halaman misteri
18 Amelia mengawasi
19 Wayana dan hutan hitam
20 Guru privat
21 Berenang di kolam
22 Kematian Marni, Mila dan Imah
23 pelindung misterius
24 pertemuan awal Amelia dan Anaya
25 Dilema
26 tentang TO THE DEAD
27 Taman
28 Wayana yang terluka
29 Membahas keluarga Hermawan
30 Kedatangan Hans.
31 Pulang ke rumah
32 Makan di restoran
33 Merasa terhina
34 kemunculannya Amelia
35 Ketiduran di mobil
36 Anaya melihat hal itu lagi
37 Toko roti
38 Keadaan rumah Anaya
39 Koma
40 Alam bawah sadar
41 Menunggu dirimu membuka mata.
42 Kunci yang hilang
43 Si nenek bijak
44 Pengumuman
45 Membahas permasalahan
46 Hutan Kionh
47 Perencanaan keluar hutan
48 Rumah hans
49 Sejak kapan ini terjadi?
50 Cahaya misterius di palung laut
51 Maya dan Farhan
52 Berkemas
53 Galih mengenal Xin
54 memulai perjalanan
55 Area istirahat
56 Bertarung tanpa alasan
57 Quena merasakan sesuatu
58 Perjalanan berlanjut
59 Makan bersama
60 Sihir Xin.
61 Kebingungannya
62 Ketiduran
63 perdebatan
64 Galih yang bingung
65 Kedatangan Ruha
66 Sejarah Tiga Gunung.
67 Galih sadar
68 Ungkapan Galih
69 Jemputan Shi ya
70 Bertemu Shi ya
71 Menceritakan
72 Salah faham
73 Menghentikan
74 Memaafkan
75 Kehilangan
76 Keterangan yang ditolak
77 Melawan Ular Raksasa
78 Selamatkan sahabat
79 Misi pembebasan
80 Pertarungan
81 Fakta yang tertutup
82 Kematian Bi Marni dan Mila
83 Penyelidikan Shi ya
84 Bercerita pada Anaya dan Janson.
85 Pertarungan dan kedatangan Quen
86 Menolong Heng
87 Kekalahan Wayana
88 Perasaan Wayana
89 Pengorbanan Mayana
90 Tentang Yu Jian dan kematian Mayana.
91 Salah faham 2
92 Memecahkan bola cristal
93 Penjelasan 2
94 Kesedihan Fariz
95 kebersamaan masa lampau
96 Balas dendam
97 Keping masa lalu
98 Kezi dan Laras
99 Hari penobatan
100 Kemarahan Ratu
101 Memikirkan Laras.
102 Nenek misterius
103 Moment pertama
104 Pelukan Laras
105 Kezi kembali ke istana
106 Hal yang ingin dikatakan
107 Obrolan Amelia dan Fariz
108 Nenek misterius 2
109 Perubahan Anaya
110 Pelatihan pertama oleh Nenek misterius.
111 Nama
112 Mencari Anaya
113 Kecurigaan Quen
114 Waktu istirahat
115 Rencana Janson
116 Rencana Janson bagian 2
117 Ciuman pertama
118 SEASON SPESIAL
119 Pulang ke rumah Heng
120 Ganti novel baru.
121 Rencana pulang.
122 Rencana pulang 2
123 Pembicaraan
124 perjalanan menuju kota bansar.
125 Ancaman di jalan pulang
126 Moment berharga
127 melanjutkan perjalanan
128 Harapan baru.
129 Puisi dari author
130 Galih temukan suatu kebenaran.
131 Nama dari Quen
132 Nasehat Rey
133 Teriakan Janson
134 Sampai di korea (revisi)
135 Revisi.
136 perbaikan jangan dibaca!!
137 jangan dibaca dulu, tapi boleh di like kok.
138 Typo
139 xx
140 105
141 106
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Ep 01 - Kecelakaan
2
Ep 02 - Kejadian lain
3
Ep 03 - Sosok misterius 1
4
Sosok misterius 2
5
Mati lampu.
6
Bertemu Ayah Janson
7
Bantuan keluarga Janson
8
Rahasia
9
Kisah masa lalu
10
Kisah masa lalu
11
Kisah masa lalu
12
Kisah masa lalu
13
Amelia memperingati Fariz.
14
Membahas Bu Rizka
15
Buku tua
16
Makam
17
Potongan halaman misteri
18
Amelia mengawasi
19
Wayana dan hutan hitam
20
Guru privat
21
Berenang di kolam
22
Kematian Marni, Mila dan Imah
23
pelindung misterius
24
pertemuan awal Amelia dan Anaya
25
Dilema
26
tentang TO THE DEAD
27
Taman
28
Wayana yang terluka
29
Membahas keluarga Hermawan
30
Kedatangan Hans.
31
Pulang ke rumah
32
Makan di restoran
33
Merasa terhina
34
kemunculannya Amelia
35
Ketiduran di mobil
36
Anaya melihat hal itu lagi
37
Toko roti
38
Keadaan rumah Anaya
39
Koma
40
Alam bawah sadar
41
Menunggu dirimu membuka mata.
42
Kunci yang hilang
43
Si nenek bijak
44
Pengumuman
45
Membahas permasalahan
46
Hutan Kionh
47
Perencanaan keluar hutan
48
Rumah hans
49
Sejak kapan ini terjadi?
50
Cahaya misterius di palung laut
51
Maya dan Farhan
52
Berkemas
53
Galih mengenal Xin
54
memulai perjalanan
55
Area istirahat
56
Bertarung tanpa alasan
57
Quena merasakan sesuatu
58
Perjalanan berlanjut
59
Makan bersama
60
Sihir Xin.
61
Kebingungannya
62
Ketiduran
63
perdebatan
64
Galih yang bingung
65
Kedatangan Ruha
66
Sejarah Tiga Gunung.
67
Galih sadar
68
Ungkapan Galih
69
Jemputan Shi ya
70
Bertemu Shi ya
71
Menceritakan
72
Salah faham
73
Menghentikan
74
Memaafkan
75
Kehilangan
76
Keterangan yang ditolak
77
Melawan Ular Raksasa
78
Selamatkan sahabat
79
Misi pembebasan
80
Pertarungan
81
Fakta yang tertutup
82
Kematian Bi Marni dan Mila
83
Penyelidikan Shi ya
84
Bercerita pada Anaya dan Janson.
85
Pertarungan dan kedatangan Quen
86
Menolong Heng
87
Kekalahan Wayana
88
Perasaan Wayana
89
Pengorbanan Mayana
90
Tentang Yu Jian dan kematian Mayana.
91
Salah faham 2
92
Memecahkan bola cristal
93
Penjelasan 2
94
Kesedihan Fariz
95
kebersamaan masa lampau
96
Balas dendam
97
Keping masa lalu
98
Kezi dan Laras
99
Hari penobatan
100
Kemarahan Ratu
101
Memikirkan Laras.
102
Nenek misterius
103
Moment pertama
104
Pelukan Laras
105
Kezi kembali ke istana
106
Hal yang ingin dikatakan
107
Obrolan Amelia dan Fariz
108
Nenek misterius 2
109
Perubahan Anaya
110
Pelatihan pertama oleh Nenek misterius.
111
Nama
112
Mencari Anaya
113
Kecurigaan Quen
114
Waktu istirahat
115
Rencana Janson
116
Rencana Janson bagian 2
117
Ciuman pertama
118
SEASON SPESIAL
119
Pulang ke rumah Heng
120
Ganti novel baru.
121
Rencana pulang.
122
Rencana pulang 2
123
Pembicaraan
124
perjalanan menuju kota bansar.
125
Ancaman di jalan pulang
126
Moment berharga
127
melanjutkan perjalanan
128
Harapan baru.
129
Puisi dari author
130
Galih temukan suatu kebenaran.
131
Nama dari Quen
132
Nasehat Rey
133
Teriakan Janson
134
Sampai di korea (revisi)
135
Revisi.
136
perbaikan jangan dibaca!!
137
jangan dibaca dulu, tapi boleh di like kok.
138
Typo
139
xx
140
105
141
106

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!