TO THE DEAD
Aku gadis berusia 9 tahun, ketika tiba di kota kecil ini.
Awalnya semua amat menyenangkan. Aku bisa sekolah bersama teman teman, di akhir pekan keluargaku berlibur. Berjalan - jalan di kebun teh, di danau, bahkan piknik di tepi danau.
Melihat bunga yang bermekaran saat musim hujan datang. Kadang kala aku bermain hujan bersama Ayah dan Ibuku dan kami tertawa.
Pasar dan jalan raya penuh sesak. Orang orang berlalu lalang, para pengamen sesekali melintas. Jual beli berlangsung. Ada para pengamen yang kadang melintas, pengemis, atau para pedagang asongan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Saat mobil Ayah melaju menuju danau seperti biasa saat akhir pekan. Aku bernyanyi sepanjang perjalanan, melihat kendaraan yang terhenti karena mogok, atau melihat orang dewasa sedang membawa sekarung rumput, mungkin untuk pakan ternak mereka.
Di perbukitan juga ada banyak peternakan hewan, ayam, kambing, sapi bahkan kerbau. Lapangan luas kadang kala terlewati oleh mobil.
Jarak rumahku ke danau memang jauh, tapi aku bisa menghabiskan waktu berjam jam untuk melihat vidio kartun kesukaanku. Atau menghabiskan es krim yang tadi dibeli Ibu di minimarket.
Seusai kegiatan di dalam mobil selesai, aku terlelap tidur.
Dor!! sesuatu terdengar meledak, membuatku yang tengah tertidur pulas, menjadi terbangun.
"Apa yang terjadi?" Tanya Ibu. Melirik Ayah yang tengah menatap bingung ke
Pak Supir.
"Sepertinya pecah ban, saya akan periksa Tuan." Ujar Mang Umang. Dia adalah Supir Ayah selama kami tinggal di kota.
Mang Umang membuka pintu mobil dan memeriksa. Sekejap Ia menghembuskan nafas berat. "Tuan, ada dua ban yang bocor, dan kabar buruk!, kita cuman bawa satu ban cadangan!" Ucapnya, wajah Mang Umang tampak merasa bersalah.
"Yah, kita gak jadi ke danau dong Pa?! Anaya kan mau liat bunga anggrek, mawar, kebetulan di suruh Bu Guru menggambar bunga?!" Aku mengeluh.
Ibu mengelus kepalaku, "bukankah di sekitar rumah banyak bunga? Atau kamu mau ketemu temenmu! yang kemarin itu?" Ibu bertanya sambil menyelidik. Aku cemberut, tapi benar aku ada janji sama temanku.
"Papa janji Anaya, kita akan ke danau. Tapi tidak hari ini. Kamu menggambar bunga, di taman depan rumah saja ya!" Ujar Papa. Aku ingin berseru protes namun batal, karna Mang Umang berseru.
"Tuan, saya sudah mengontak jemputan. Saya juga menelfon Montir kemari. Sekitar 30 menit lagi jemputannya datang." Ucapnya sembari terus fokus mengganti salah satu ban yang bocor karna paku.
Aku menunggu sambil bermain boneka. Tapi, sesuatu yang aneh mengintaiku. Aku melihat ke luar jendela mobil, ada Anak kecil dengan pakaian putih, tapi sosok itu membelakangiku, sehingga aku tidak bisa melihat wajahnya secara jelas. Ketika tanganku ingin membuka pintu mobil, tepukan tangan Ibu membuatku tersentak dan menoleh.
"Ibu! Anaya kaget!" Ujarku.
"Kamu melihat kebun teh sampai segitunya?"
Ibu bingung melihatku yang mematung.
"Bukan!! Anaya liat Anak kecil di-" Aku menunjuk tapi tunjukanku hanya ada kebun teh yang hijau dan luas, kemana sosok Anak kecil yang memakai kain putih itu? Dia menghilang cepat sekali!
"Anak kecil?! Anak kecil apa? Tidak ada yang tinggal di sini Anaya. Kamu lihat! Lagian kebun teh ini dekat dengan hutan, dan tidak ada rumah sepanjang 10 kilo meter dari sini? Kamu lihat kan. Mungkin kamu salah lihat sayang!." Ibu berkata lembut sembari mengelus kepalaku.
Tidak!! Aku tidak mungkin salah. Dia jelas berdiri di sana. Bagaimana bisa hilang secepat itu? Keluhku dalam hati.
...****************...
Setengah jam kemudian, aku benar benar bosan. Kapan jemputan itu tiba. Ketika aku hendak berteriak jengkel, dari kejauhan sebuah mobil berwarna hitam merapat ke sisi jalan. Seorang Pria, dengan paras tampan hanya setengah dari bintang film, keluar dengan terburu buru.
"Akhirnya kau datang Adi, Tuan dan Nyonya menunggu!" Mang Umang mendekat, menepuk nepuk lengannya.
"Kenapa lama sekali Nak,!?" Tanya Mang Umang, "Lihat bahkan Nona Anaya sudah sebal padamu!" Mang Umang menunjuk ke arahku, Pemuda itu melirik ke arahku yang sedang cemberut menatapnya. Wajahnya seolah memperlihatkan ekspresi menyesal.
"Siapa ini Mang?" Tanya Ayah kepada Mang Umang. Mang Umang tersenyum, memperkenalkan Putranya.
"Ini Putra sulung saya, nah. Nak perkenalkan dirimu pada Tuan Hermawan!" Mang Umang mengangguk pada anaknya. Aditya nama Pemuda itu, usia 24 tahun dan sudah bekerja.
Sekejap Aditya menyalami Hermawan. Berkenalan dan mereka terlibat percakapan, sesekali Linda ikut berbicara. Anaya cuman cemberut.
Anaya kali ini benar benar jengkel. "KATANYA MAU PULANG!!" Teriak Anaya membuat semuanya menoleh. Ibunya berbisik.
"Itu tidak sopan. Jangan lakukan lagi!"
Kalian asyik sendiri, aku tidak bisa menemui Meli. Aku padahal sudah janji minggu lalu. Tapi, bukankah Anak kecil tadi.. Gerutu batin Anaya.
'Meli..' Gumam Anaya pelan, sejenak Ia teringat pada sosok Gadis misterius yang satu jam lalu dilihatnya. Jika diperhatikan sosok itu memang mirip Meli, teman yang Anaya kenal sejak pertama mengunjungi danau itu. Sekejap Ibunya melihat Anaknya yang melamun. Dia menggoyang bahu Anaknya, Anaya kemudian tersadar.
"Ayo pulang!" Gerutu Anaya. Ia turun dari mobil dan menarik narik ujung baju Ayahnya, merengek. Anaya berharap Ayahnya melihatnya namun, Ayahnya semakin asyik mengobrol.
Anaya memikirkan cara lain, Dia berteriak menyuruh Ayahnya menyudahi percakapan dan bergegas menuju mobil. "AYO.. AYAH,.. AYO PULANG!!" Rengekan Anaya semakin menjadi jadi. Dia sekarang merangkul kaki Ayahnya, Sambil terus merengek.
"Iya, Anaya tunggu sebentar, sebaiknya kalian pindah dulu. Nanti Ayah menyusul." Hermawan melihat Putrinya sekilas lalu melanjutkan obrolannya dengan Mang Umang dan Aditya.
"Sampai mana kita tadi.." Suara percakapan mereka terdengar samar. Linda Istrinya segera merangkul tangan Anaya dan mereka menuju mobil baru, meninggalkan mobil silver yang rusak di belakangnya. Anaya hanya bisa mendengus sebal.
Anaya membuka pintu belakang dan duduk nyaman, Ayahnya masih sibuk mengobrol dengan Aditya, sesekali Linda menyuruh Suaminya berhenti bertanya dan lekas memasuki mobil sebelum Anaya menangis karna kebosanan.
Demi Anaya. Hermawanpun mengalah, padahal tadi ia sedang membujuk Aditya, untuk mengambil beberapa dana dari perusahaan yang dikelolanya, dan mengembangkan bisnis bersama sama. Juga Hermawan hanya mengambil keuntungan 20% jika Aditya berhasil mengembangkan modalnya.
Hingga di dalam mobil, percakapan tentang bisnis itu belum usai. Malah kian melebar, tentang calon Istri Aditya nanti, tentang sekolah Anaya nanti, kalau ia sudah remaja, sampai Hermawan ditanya oleh Aditya, apakah Anaya akan punya adik.
Hal itu membuat Linda terbatuk, "KALIAN INI BICARA APA SIH?! SUDAH NGOBROLNYA. HENTIKAN!!" Linda berteriak kesal.
Hermawan dan Aditya menahan tawa melihat ekspresi Linda yang marah.
"Dia sedang mengemudi! ngobrolnya kan bisa nanti." Linda cemberut melanjutkan kalimatnya, Hermawan dan Aditya akhirnya tertawa sungguhan.
"Ayah, Ibu dan Kakak sedang bicara tentang apa?" Anaya yang memperhatikan percakapan tidak mengerti maksudnya Aditya. Tentang, 'Adik buat Anaya'. Ibunya menanggapi dengan lembut.
"Jangan dipikirkan ya, kamu main aja." Linda tersenyum. Anaya mengangguk. Sekejap Linda menatap tajam ke arah depan.
Maksud ekspresi itu.
Awas jika kalian berani membahas hal itu!!
Hermawan mengangkat tangan. Tanda dia takkan membahasnya lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Mang Umang sudah tertingal jauh, mobil berwarna hitam itu menuruni bukit kembali ke kota kecil. Aditya fokus pada kemudi, namun ada sesuatu yang tiba tiba lewat di tengah jalan raya.
Sosok itu berwarna hitam berlari. Aditya langsung banting stir, karena kaget.
Kemudian mobil itu terjungkal terbalik, Linda berteriak histeris merangkul Anaya.
Hermawan menutup mukanya berusaha melindungi wajah namun terlambat.
Kaca di sekeliling mobil pecah. Mereka semua terluka parah, terkecuali Anaya. Dia hanya terluka ringan. Yang terluka paling parah adalah Linda dan Hermawan. Aditya cukup parah, sedangkan Anaya hanya terluka di bagian pelipis dan dahinya. Aditya berusaha keluar dari mobil.
Namun, belum sempat Aditya mencoba mendorong pintu mobil. Dari arah depan melaju mobil bus tak terkendali, yang akan menabrak, mobil yang terbalik di depannya. Linda dengan secepat kilat berusaha membuka pintu mobil, tapi tidak berhasil.
"Sayang, bangun!!" Teriak Linda pada Hermawan. Suaminya pingsan akibat terbentur. Aditya yang berada di depan ikut berusaha membuka pintu mobil.
Setengah menit, berlalu. Suasana sangat tegang!. Mobil bus itu terus mendekat! "Akhirnya!" Lirih Aditya, Linda langsung menoleh ke arahnya.
"Aditya.. Tolong bawa Anaya,.. Jaga dia.." Lirih Linda, Ia segera menggendong Anaya.
"Ba.. Bagaima dengan.." Ucap Aditya.
"Aku tidak bisa berdiri,.. Sepertinya kakiku patah. Jadi selamatkanlah dia. Kau juga tidak bisa membawaku kan? Dengan keadaanmu, lekas keluar!!" Lirih Linda.
Aditya mengangguk. Dia harus segera keluar. Dengan susah payah Aditya bergerak. Dia menggeram menyuruh kedua kakinya berdiri, namun tak berhasil, dia akhirnya berusaha merayap menuju tepi jalan, namun sayangnya tidak sempat.
Aditya akhirnya berguling sebisanya.
Di sisi lain mobil bus itu akhirnya menabrak dan melindas mobil yang terbalik itu. Hampir saja Aditya ikut terlindas oleh bus itu. Anaya yang akhirnya tersadar, ketika saat detik terakhir sebelum bus itu melindas. Anaya Tercengang.
Setelah sadar, ia langsung berteriak histeris. Menyaksikan orang tuanya yang terimpit oleh bus itu, Anaya tak sanggup menahan kesedihannya. Linda sempat melambaikan tangan kepada Anaknya. Salam perpisahan.
"AYAHHH...!! IBUUUU...!! KAKAK..!!, LEPASKAN ANAYAAA..!! AYAHHH!.. IBUUU...!!!" Anaya berteriak histeris, sambil mencoba melepaskan tangan Aditya yang memegangnya. Tak berhasil, Anaya hanya bisa sesenggukan menangis.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Anaya masih meronta minta di lepaskan, namun Aditya yang berhasil keluar dari mobil. Sebelum bus menghantam, justru tidak membiarkan Anaya berlari kesana. Karna keadaannya berbahaya. Sekarang kedua mobil itu mengeluarkan api.
Aditya merangkul Anaya. Berusaha menenangkan dirinya. Anaya menangis sejadi jadinya, darah mengalir dari pelipisnya, tapi kondisi Aditya yang paling buruk. Dia membawa Anaya, ikut menangis. Kaki kiri Aditya terluka, sedangkan Anaya syok. Dengan kejadian barusan.
Hingga beberapa penumpang selamat dari bus itu keluar, beberapa yang lain menghubungi ambulance dan juga polisi. Anaya masih termenung, menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Taryadi I
Horor komedi mantap
2022-06-22
0
AlaNa🍇
hadir..
2021-12-09
0
🐝⃞⃟𝕾𝕳ᴹᵃˢDANA°𝐍𝐍᭄
mampir, semangat
2021-11-19
1