Boneka kelinci kecil berwarna pink itu berbicara padanya untuk beberapa saat, "Kenapa kau bisa berada di boneka ini Amelia?" Tanya Fariz.
boneka itu lantas bergerak dan berdiri padanya, tampak bekas terbakar di bagian kaki boneka itu.
"Wayana adalah tuanku Fariz, Dia berasal dari jauh. dan sudah berada di kota bansar selama yang papaku atau papamu tau. Sebaiknya kalian tidak ikut campur dalam urusannya." Amelia menjelaskan.
"Mengapa, terus kau kenapa mengatakan hal seperti ini." Fariz mendekati boneka itu.
Ruangan kamar Amelia tampak lengang, angin menderu membuat jendela berkelebat keras.
Fariz tidak menyadari dari kejauhan sana, diantara hutan hutan lebat. Sosok yang kehilangan dua taringnya satu di atas dan satu di bawah, tengah mengintai mereka berdua.
Sontak saat itu juga. Amelia keluar dari wujud bonekanya, lantas membuat Fariz yang tadi berada di dekatnya menjadi kaget, lantas bergegas bergerak menjauh seketika itu juga.
Wajahnya pucat sedikit, menyaksikan Amelia yang tampak keluar dari boneka itu.
"Apa, apa yang kau lakukan? Hei, sebenarnya ada apa ini.."
"Bukan urusanmu. Cepat Lari. bangunkan ayahku dan bergegaslah." Amelia tampak serius menjelaskannya.
Sosok itu tiba tiba menghilang dan mendobrak kaca jendela hingga kaca itu hancur berkeping keping.
BUM!
Suara memekakkan telinga, membuat Fariz menutup telinganya. Di bawah sinar bulan sabit yang mulai membentuk bulan bungkuk.
setelah dentuman itu, Fariz perlahan lahan membuka matanya berusaha melihat jendela yang tadinya hancur itu. Namun yang dia lihat justru hal yang ganjil.
Fariz jelas jelas melihat jendela itu ditembus hingga hancur, namun masih terlihat sama dari apa adanya.
Kepalanya sedikit sakit, dia bergegas beranjak ke ujung tempat tidur lantas tergeletak di lantai.
...ΩΩΩΩΩ...
"Fariz, nak. Fariz sadar nak, sadar." Mang Karman mengguncang guncang tubuhnya di lantai kamar Amelia, sebelum mang Karman ada di kamar itu, pagi pagi dia melakukan kegiatan biasanya di kebun belakang dan kebun depan samping pagar rumah.
Tak ada yang ganjil awalnya, hingga dua jam kemudian. Fariz yang seharusnya sudah meminta di antar justru tidak keluar selama itu.
Mang Karman yang menyadari hal itu, membuang cangkulnya sembarangan lantas mendobrak kamar Fariz.
Pintu telah sempurna terbuka dan orang tua itu sudah menemukan Fariz tergeletak di lantai, pingsan.
Dia panik dan segera menggendong Fariz dan membaringkannya di tempat tidur, lantas dia mencoba menghubungi dokter yang berada tidak jauh dari kompleks tersebut.
30 Menit berlalu.
"Anak ini baik baik saja Pak, hanya kelelahan. Beberapa jam lagi dia akan sadar. jika Anak ini sadar berikan dia obat yang sudah aku rekomendasikan tadi."
"Apakah ada biaya,"
Dokter itu tertawa dengan seruan Karman. Menggeleng. "Tidak perlu, kau seperti tidak kenal aku saja. Kita adalah teman kawan. Jangan bayar aku, kita ini bertetangga. walau klinikku jarang buka. Ya sudah. aku pergi dulu." Dokter itu mengemasi barang barangnya lalu melambai pada tuan rumah. sosoknya hilang di kelokan tangga yang menuju lantai bawah.
"Haah, dia memang baik, dokter yang baik.. Semoga kau cepat sadar nak.. Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"
...------------...
Lantai atas ruang kamar Amelia hanya tersisa kelengangan selama dua jam terakhir, mang karman yang bosan turun ke lantai bawah, dia mendorong pintu dapur.
Pemandangan dapur yang biasa, ada beberapa piring kotor di sana. kompor lama yang usianya sudah lebih dari 10 tahun, juga ada wajan yang sudah berlubang.
Burhan memang pernah cerita sewaktu mereka dua hari lalu datang kemari.
"Zahra bilang tidak mau mengurus Fariz, padahal dia tau kami tidak punya keturunan. Kami tau Fariz hanya Anak panti yang orang tuanya entah berasal dari mana. Tapi aku sayang padanya lebih dari anak kandung, Zahra keterlaluan. Aku menyesal telah menikahinya."
" Sudahlah, lagi pula tak enak nanti didengar Fariz. Dia kan anakmu. Anggap saja begitu. Tidak baik untuk tumbuh kembangnya kalau kalian terus berseteru seperti ini."
"Amelia, biasanya kan kau yang membantu ayah di dapur. sekarang tak ada lagi, Burhan masih beruntung memiliki Fariz. sedangkan aku.. aku bahkan tidak bisa menjaga putriku satu satunya, hingga membiarkan dia mati mengenaskan."
Mang karman mengingat, saat Amelia dibunuh oleh Siluman hitam Wayana di depan matanya. Amelia sudah terbujur kaku dengan leher patah, dan wajah pucat dingin. Darah terus keluar dari lehernya.
Mang karman menangis dalam diam, lagi lagi ingatan buruk itu menyergapnya dalam hening, entah sampai berapa lama hal ini akan terjadi.
Di ujung jendela dapur, Amelia dengan mata merahnya ikut menatap sedih, dia tau rasa sakit macam apa yang dirasakan Ayahnya, namun amelia kini tak bisa menghibur sama sekali.
Dia melesat meninggalkan kediaman Ayahnya, menuju ke arah hutan lebat dan gelap. Hutan kematian.
"Aku harus memberi Wayana pelajaran, berani beraninya dia membuat Ayahku kembali menangis dengan memanfaatkan Fariz!!" Amelia mengerutkan Alisnya, dia marah besar kali ini.
...******...
Angin berhembus kencang mendadak, tidak wajar di antara hutan hutan yang meranggas seperti habis terbakar, Hutan kematian merupakan hutan yang benar benar ada dan bukan mitos, hutan yang dipenuhi hewan hewan ghaib, dan berada di dimensi yang berbeda pula.
"Apa, ada apa budak.. bukankah kau itu suka di dunia manusia.. hah?" Wayana mengejek.
"Berani beraninya kau!"
"Apa kau lupa, siapa yang lebih kuat disini!" Sentak Wayana.
"KU PERINGATKAN KAU MELI, JANGAN COBA COBA MENGHENTIKAN RENCANAKU MENGHANCURKAN KOTA ITU, ATAU KAU AKAN KUMUSNAHKAN MENGERTI. Kehilangan satu budak masalah bagiku." Wayana mengibaskan tangannya ke arah Amelia.
Sihir hitam keluar dari tangan Wayana mengarah cepat ke arah Amelia, seketika saat Amelia menatap kedepan. Ia melihat bola hitam menghantam telak ke arah wajahnya.
Ledakan besar radius 10 meter terjadi, tubuh Amelia melesak di kedalaman tanah lima meter. penuh tanah hitam yang beberapa masuk ke mulutnya.
Wayana melesat pergi setelah menghajarnya, Sepeninggal Wayana. Amelia yang kondisinya mengenaskan, berusaha merangkak keluar dan terbatuk batuk.
"Ayah, aku rindu padamu. aku tidak ingin menjadi bagian dari mereka.. aku hanya ingin menjadi manusia.. aku, tak adakah yang bisa menolongku.. hiks, hiks." Amelia menangis tanpa air mata, dia meninggal baru 7 Tahun lalu. Usianya takkan bisa sebanding dengan Wayana yang berusia setua kota bandar ini. kota bansar sudah berusia hampir 120 Tahun.
Amelia melesat melewati perbatasan lalu kembali mengawasi kota bansar, itu adalah tugasnya yang diberikan oleh Wayana.
Jika dia berkhianat atau minimal tidak mau menurut. Dia hanya akan berakhir menjadi debu oleh makhluk itu.
Wayana bukan hanya kejam dan licik. dia merupakan sosok penting di dunianya, dia merupakan bawahan langsung dari seorang penguasa di dunia ghaib. Dan dia sedang melaksanakan misi penting di alamnya. Emosinya tidak terkontrol saat ini.
hutan hutan dunia manusia memang tidak ada bandingannya dengan dunia ghaib, Amelia bahkan selalu bermain di sela sela pohon. bertemu banyak binatang hutan yang beraneka ragam.
Termasuk bertemu dengan salah satu suku pedalaman.
...ΩΩΩΩΩ...
"Ukh.. dimana ini?"
"Kau sudah bangun nak?"
"Ini dimana?"
"Ini dirumah mang karman nak, nah Bapak sudah menelfone Ayahmu. Besok dia pulang. Oh iya, kau pingsan kenapa?"
'Kalau aku cerita, apa mang karman akan sedih ya. soalnya kan yang menemuiku tadi malam kan! Amelia. Nanti Mang karman bisa sedih lagi kalau begitu, sebaiknya aku merahasiakannya saja deh.'
"Oh, Aku lelah paman. belum makan dari sore, makanya tidak kuat tadi naik tangga."
"Ooh, bukan karena hal lain?"
"Iya, bukan. aku lelah saja."
Mang Karman tampak bernafas lega mendengar penjelasan Fariz.
"Baiklah kalau begitu., Paman akan tidur ke kamar. ini sudah hampir tengah malam. Besok jangan lupa ke sekolah ya. Anak anak harus rajin belajar." Mang Karman memberi nasehat.
Fariz mengangguk dari kursinya, tersenyum sampai punggung Mang Karman hilang di tangga bawah.
kini giliran Fariz Yang bernafas lega.
"Untung saja,. paman tidak curiga." Fariz mengelus dadanya yang sedari sesak karena berbohong pada mang Karman."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Yusriyyah Abidah♥
lanjutt thorr😍😍semangat truss...
2020-08-12
2